Yesus dan Bangsa-Bangsa Lain (2)

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Draf Buku Perspektif


... Sambungan dari Bagian 1

H. Cornell Goerner

Sejak dari Awal

Seperti yang telah kita lihat, visi akan sebuah kerajaan universal merupakan hal yang integral bagi rencana Yesus dari sejak awal pelayanan-Nya. Fakta bahwa salah satu pencobaan di padang gurun melibatkan “semua kerajaan dunia dengan kemegahannya” (Mat. 4:8) memastikan hal tersebut. Yesus memang beraspirasi untuk menguasai dunia. Ambisi-Nya untuk berkuasa atas segala bangsa tidaklah salah. Godaan Iblis adalah mengambil jalan pintas terhadap sasaran mulia tersebut: mengadopsi metode Iblis. Dengan menolak cara Iblis, Yesus tidak menyerahkan tujuan-Nya berkenaan dengan otoritas atas seluruh dunia. Sebaliknya, Dia memilih jalan penderitaan dan penebusan yang Dia temukan telah digariskan dalam Kitab Suci.

Khotbah pertama di Nazaret menunjukkan bahwa tujuan hidup-Nya merentang luas jauh melampaui bangsa Israel. Dia tidak terkejut ketika umat-Nya sendiri tidak menerima apa yang diberitakan-Nya. “Memang harus seperti ini,” kata Yesus. “Nabi selalu menemukan iman yang lebih besar di antara orang asing daripada di antara orang-orang sebangsanya sendiri” (Luk. 4:24, parafrasa dari penulis). Yesus kemudian memberi contoh:

Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel … Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon (Luk. 4:25-26).

Para pendengar-Nya mengetahui seluruh kisah ini dalam 1 Raja-raja 17. Diterima ke dalam rumah orang bukan Yahudi, Elia mengadakan mujizat yang luar biasa membuat tepung dan minyak terus tersedia dan juga membangkitkan anak janda tersebut?bagi seorang janda bukan Yahudi!

Yesus tidak berhenti pada Elia. Yesus menaruh garam ke perasaan yang terluka dari pendengarnya melalui kisah Elisa. Karena Naaman adalah orang Siria, bukan orang Yahudi, dan seorang pemimpin militer?panglima tentara Aram, yang pada saat itu sedang berperang dengan Israel dan hampir menghancurkan bangsa kecil yang sial ini (2 Raj. 5:1-14). Namun, meskipun banyak orang kusta di Israel, “tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu” (Luk. 4:27). Tidak ada ilustrasi yang lebih dramatis yang bisa diberikan untuk mendemonstrasikan bahwa anugerah Allah tidak terbatas pada bangsa Israel dan bahwa bangsa-bangsa lain sering kali digambarkan lebih besar imannya daripada mereka yang disebut “anak kerajaan.” Tidak heran kalau penduduk Nazaret yang sombong sangat marah pada orang muda yang tidak punya rasa hormat ini, yang menghina bangsa mereka dan mempertanyakan status khusus mereka sebagai “Umat Pilihan”! Tetapi kalau bukan karena kuasa mujizat Yesus, mereka telah mendorong-Nya agar mati di bebatuan kasar di kaki tebing (Luk. 4:28-30).

Anak Manusia

Tidak ada yang lebih menyingkapkan daripada gelar pribadi yang Yesus pilih bagi diri-Nya sendiri. Kita telah melihat bahwa Dia tidak menyukai istilah, “Anak Daud,” sebutan populer bagi Mesias. Dia tahu bahwa Dia adalah “Anak Allah” seperti dirujuk dalam Mazmur 2:7, dan selama Dia diadili di hadapan Sanhedrin, Dia mengakui gelar ini. Tetapi gelar yang Dia gunakan disepanjang pelayanan-Nya adalah “Anak Manusia.” Lebih dari 40 kali dalam seluruh Injil istilah ini digunakan, selalu oleh Yesus merujuk kepada diri-Nya sendiri. Para murid tidak pernah menggunakan istilah tersebut, tetapi memanggil-Nya “Tuan,” atau “Guru.” Bagi Yesus, sebutan-sebutan tersebut hampir merupakan kata ganti orang “Saya.” Berkali-kali Dia mengatakan sebutan itu: “Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Mat. 8:20). “Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Mat. 9:6). “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” (Mat. 12:8). “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya” (Mrk. 13:26).

Yesus mengambil sebutan ini dari dua sumber utama: kitab Yehezkiel dan Daniel. “Anak Manusia” adalah gelar khusus yang diberikan kepada nabi Yehezkiel oleh Allah dan muncul 87 kali. Kata Ibraninya adalah ben Adam, secara harfiah “Anak Adam,” atau “anak dari manusia.” Aslinya kata itu berarti hanya “manusia,” yang dibedakan dengan Allah, dan mengingatkan Yehezkiel akan statusnya yang rendah. Tetapi pada masa Yesus, istilah tersebut telah menjadi gelar kehormatan dari Mesias, dan banyak perikop dalam Yehezkiel yang diidealkan dan ditafsirkan secara mesianis. Ketika Dia membaca kitab ini, Yesus pasti sudah mendengar Allah berbicara secara langsung kepada-Nya: “Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak” (Yeh. 2:3). “Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku” (3:17).

Perikop yang penting bagi Yesus terutama adalah perikop mengenai sebagian bangsa Israel yang diluputkan (6:8); hati dan roh yang baru (11:19; 36:26-27); kovenan baru yang kekal (37:26); dan janji bahwa semua bangsa-bangsa lain akan mengenal Tuhan Allah Israel (37:28; 38:23; 39:7). Semua ini akan digenapkan oleh Dia, sebagai Anak Manusia.

Tidak diragukan bahwa Daniel 7:13-14 berada dalam pikiran Yesus ketika Dia menggunakan gelar, “Anak Manusia.” Itu menggunakan istilah Aramik bar enash bukan ben Adam. Tetapi artinya mirip, enash merupakan kata yang dipakai untuk manusia secara umum, yang dibedakan dengan seorang individu pria. Di dalam tafsiran para rabi dan pemikiran populer, istilah tersebut telah sangat dirohanikan, menunjukkan manusia yang ideal, yang naturnya hampir seperti Allah. Kitab Enokh, suatu wacana apokaliptis yang beredar luas selama abad pertama, meninggikan figur tersebut bahkan melampaui apa yang dilihat dalam visi Daniel. Tetapi ini tidak berarti Yesus dipengaruhi oleh kitab Enokh ini. Perkataan Daniel cukup jelas:

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah (7:13-14).

Yesus mengetahui bahwa ini akan terjadi hanya setelah penderitaan dan pemuliaan-Nya. Dia mengklaim gelar ini bagi diri-Nya, dan karena itu mengidentifikasi diri-Nya sendiri, bukan dengan orang Ibrani atau bangsa Yahudi dalam hal apa pun yang eksklusif, tetapi dengan seluruh umat manusia, dengan seluruh kaum di dunia. Dia tahu bahwa Dia adalah Anak Manusia dan Hamba yang Menderita.2




… supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:

“Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi,

yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan;

Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya,

dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.

Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak

dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.

Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya,

dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya,

sampai Ia menjadikan hukum itu menang.

Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap”

- Matius 12:17-21

... Bersambung ke Bagian 3

Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas