Yesus dan Bangsa-Bangsa Lain (3)

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Draf Buku Perspektif


... sambungan dari Bagian 2

H. Cornell Goerner

Yesus memang memiliki keyakinan yang dalam tentang misi khusus kepada bangsa Yahudi. Dia menyatakan hal ini dengan sangat jelas sehingga sebagian orang menyimpulkan bahwa Dia tidak pernah membayangkan misi lain di luar Israel. Tetapi pertimbangan yang cermat terhadap seluruh perkataan dan tindakan-Nya akan menyatakan bahwa ini merupakan sebuah persoalan strategi: Seperti yang Paulus nyatakan kemudian, misinya adalah “pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rom. 1:16; 2:10)

Perhatian Yesus terhadap Israel terlihat dalam instruksi-Nya kepada 12 murid ketika Dia mengutus mereka ke dalam misi pemberitaan Injil mereka yang pertama. “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain,” kata Yesus, “atau masuk ke dalam kota orang Samaria melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Mat. 10:5-6). Alasannya jelas. Waktunya sangat singkat, dan penghukuman sedang datang ke atas bangsa itu, jika tidak ada pertobatan yang cepat. Kebutuhan saat itu sangatlah urgen, lebih urgen bagi bangsa Israel daripada bangsa-bangsa bukan Yahudi, yang masa penghakiman mereka akan tiba kemudian. Memang, di dalam konteks yang sama adalah prediksi bahwa pelayanan pemberitaan para murid pada akhirnya akan diperluas kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi; “karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah” (ay. 18). Tetapi mereka lebih dahulu harus berkonsentrasi pada kota-kota Yahudi, karena waktu dan kesempatan mereka sangat pendek (ay. 23).

Lukas juga menceritakan misi pemberitaan Injil yang kedua di mana tujuh puluh murid Yesus yang lain diutus berdua-dua (Luk. 10:1). Sama seperti kedua belas rasul secara simbolis mewakili dua belas suku Israel, tujuh puluh murid yang lain menjadi simbol bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Di dalam Kejadian 10, keturunan Nuh memiliki angka 70 dalam daftar.

Tradisi rabi mengasumsikan bahwa angka 70 merupakan jumlah keseluruhan dari bangsa-bangsa yang tersebar ke seluruh bumi setelah peristiwa Menara Babel, dan berulang kali merujuk kepada 70 bangsa bukan Yahudi. Yesus mungkin menggunakan cara simbolisasi ini untuk tujuan jangka panjang-Nya. Kedua belas murid diutus untuk memperingatkan suku-suku Israel akan penghakiman yang akan datang. Ketujuh puluh murid yang lain diutus kemudian dalam pelatihan misi untuk mempersiapkan mereka bagi misi utama mereka kepada seluruh dunia.3

Kontak dengan Orang Bukan Yahudi

Sebagian besar pelayanan publik Yesus dilakukan di dalam wilayah Yahudi. Dalam beberapa keadaan, jumlah kontak pribadi dengan orang bukan Yahudi yang dicatat dalam kitab-kitab Injil adalah mengejutkan. Dia menyembuhkan orang Gadara yang dirasuk setan (Mat. 8:28-34). Di antara 10 orang kusta yang disembuhkan, satu orang adalah orang Samaria, dan Yesus berkomentar tentang fakta bahwa hanya orang asing yang kembali kepada-Nya untuk berterima kasih (Luk. 17:12-19).

Seorang wanita Samaria merupakan satu-satunya pendengar dari salah satu khotbah terbesar Yesus. Wanita itu menerima kepastian bahwa waktunya sudah dekat, waktu di mana Allah akan disembah bukan hanya di Yerusalem atau di Gunung Gerizim, tetapi di seluruh dunia “dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:5-42).

Iman seorang wanita Kanaan mendapatkan upah ketika anak perempuannya disembuhkan. Banyak tafsiran yang muncul dari perkataan Yesus yang membingungkan pada awal pertemuan: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Mat. 15:24). Ini mungkin merupakan teguran yang disengaja terhadap para murid-Nya, yang ingin mengusir perempuan tersebut sebelum permintaannya dijawab, dan karena memiliki prasangka rasial yang adalah hal yang umum pada masa itu. Hal yang paling penting adalah Yesus melayani wanita bukan Yahudi ini dan memuji imannya di hadapan para murid-Nya dan orang-orang Yahudi yang memperhatikan (ay. 28).

Kepala prajurit yang pelayannya disembuhkan dapat dipastikan adalah orang Romawi. Pemimpin dari satu regu 100 orang prajurit asing yang bermarkas di Kapernaum untuk menjaga ketertiban, ia dipandang rendah oleh orang-orang Yahudi yang membenci “pasukan penjajah” ini. Sadar akan otoritasnya sebagai orang militer, dia dengan rendah hati meyakinkan Yesus bahwa Dia tidak perlu pergi ke rumahnya untuk menyembuhkan pelayannya (dan mungkin bisa menyebabkan diri Yesus menjadi najis karena memasuki rumah orang bukan Yahudi). “katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh,” katanya dengan iman yang murni (Mat. 8:8). Yesus berbalik dan berkata kepada kerumunan orang Yahudi yang mengikuti-Nya: “Aku berkata kepadamu, Aku belum pernah menemukan seorang Ibrani pun yang memiliki iman sebesar pemimpin militer bukan Yahudi ini” (Mat. 8:10, parafrasa dari penulis). Yesus tidak berhenti di situ, tetapi mengatakan prediksi serius ini:

Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi (ay. 11-12).

Kedatangan sekelompok orang Yunani mempercepat krisis akhir dari kehidupan batin Yesus: keputusan-Nya untuk naik ke atas salib. Jelas bahwa kelompok ini bukan hanya orang Yahudi yang sudah terimbas Helenisasi (mengikuti budaya Yunani), tetapi orang asing, entahkah mereka penanya atau proselit, yang telah masuk agama Yahudi dan boleh beribadah dalam wilayah bait Allah, setidaknya di wilayah orang bukan Yahudi. Permintaan mereka untuk temu wicara menyebabkan Yesus menyatakan: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan” (Yoh. 12:23). Ketertarikan yang kuat dari orang Yunani membuktikan bahwa dunia telah siap bagi misi penebusan-Nya yang akan berpuncak pada kematian-Nya yang menebus: “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” “Semua orang” ?orang Yunani dan juga Yahudi; bangsa-bangsa lain dan juga bangsa Ibrani?ini merupakan implikasi yang jelas bagi perkataan yang penting dalam Yohanes (12:32).

Minggu Terakhir

Peristiwa akhir minggu di Yerusalem mengusung kesaksian yang fasih akan fakta bahwa Yesus, menolak menjadi Mesias nasionalis Yahudi, bergerak dengan tabah menuju ke salib, sepenuhnya menyadari bahwa Dia harus menegakkan sebuah bangsa Israel yang baru, umat internasional yang multirasial, yang harus mencakup seluruh dunia dalam lingkupnya sebagai suatu kerajaan rohani. Dia memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai, untuk memenuhi nubuat Zakaria tentang seorang raja yang akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa dan wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut (Zak. 9:9-10). Dia membersihkan pelataran bagi orang bukan Yahudi di bait Allah, dengan berkata secara tajam, “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa?” (Mrk. 11:17). Berdiri di bait Allah, dia menegur keras imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, para pemimpin resmi orang Yahudi, karena gagal menjadi penatalayan yang baik dari kebenaran Kerajaan Allah yang telah dipercayakan kepada Bangsa Pilihan, dan dengan serius berkata, “Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu” (Mat. 21:43). Dia menubuatkan kejatuhan Yerusalem dan kehancuran bait Allah dalam generasi tersebut (Mat. 24:34; Mrk. 13:30; Luk. 21:32); tetapi ketika ditanya mengenai akhir zaman, Dia berkata: “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu. Sebab Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (Mat. 24:4-14). Mengenai kedatangan-Nya dalam kemuliaan, Dia dengan sengaja tidak menyatakan secara jelas, “tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri” (Mat. 24:36). Tetapi saat waktu tersebut tiba, Dia berjanji, “semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing” (25:32, tulisan miring dari penulis).

Tepat sebelum hari raya Paskah, di sebuah rumah di Betania, seorang wanita mengurapi tubuh-Nya dengan minyak wangi yang mahal. Ketika wanita tersebut ditegur karena tindakannya itu yang dianggap memboroskan uang, Yesus dengan tegas membela wanita tersebut dengan perkataan ini: “Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia” (26:13).

Malam berikutnya di ruang atas, bersama dengan para murid-Nya, Dia memeteraikan Perjanjian Baru bersama mereka, mengantisipasi kematian-Nya yang semakin dekat. Dia berkata, sambil memberikan cawan, “inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (ay. 28). Hanya 11 murid yang hadir, dan semua orang Yahudi. Tetapi Yesus tahu bahwa bagian inti yang kecil dari Umat Pilihan yang baru, sisa (remnant) dari orang Israel, segera akan membesar, sebanyak orang yang untuk mereka Dia mati yang mendengar kabar baik dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas