Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia
Draf Buku Perspektif
Bob Blincoe
- Bob Blincoe adalah Direktur Amerika Serikat untuk Frontiers. Beliau pindah ke Irak Utara setelah Perang Teluk tahun 1991 dan merupakan penulis buku Ethnic Realities and the Church: Lesson from Kurdistan.
Saya pindah ke Irak Utara―“Kurdistan”―pada tahun 1991 setelah Perang Teluk. Kami disambut ke dalam lingkungan masyarakat Kurdi seolah-olah kami adalah pembebas. Kami memulai melihat apa yang dapat kami lakukan untuk meningkatkan kehidupan orang kurdi. Serta-merta itu berarti menvaksinasi domba-domba dan kambing-kambing yang masih hidup setelah pergolakan. Namun dari Bagdad pemerintah Irak membuat rencana untuk membuat kami menyesal telah meninggalkan Amerika. Saddam Hussein mematikan listrik di Irak Utara selama empat tahun berikutnya. Kemudian bahan-bahan peledak ditanam di kantor-kantor PBB. Apakah itu saatnya untuk pergi? Satu malam, Samir, salah satu karyawan Irak kami, tidak pulang rumah. Tugasnya adalah berpergian dengan mobil ke Mosul, melewati berbagai pos penjagaan milik Saddam Hussein, dan membeli vaksin untuk ternak yang kami butuhkan. Istri Samir datang memberitahu saya kalau polisi rahasia Irak telah memenjarakan dia dan mengancam untuk membunuhnya kecuali dia setuju untuk mengambil bom dan menanamnya di rumah saya. Dia berkata kepada polisi, “Saya tidak mau; Saya seorang Kristen.” Polisi berkata dia tidak punya pilihan dan menyuruh Samir untuk mengambil alat peledak itu. Samir datang langsung kepada saya, wajahnya putih seperti kertas dan menceritakan semuanya kepada saya. Oleh karena hidupnya berada dalam bahaya karena saya, saya mengatur agar dia dan keluarganya meninggalkan Irak dan pindah ke Australia.
Apa yang harus dilakukan kemudian? Saya membuat pertemuan dengan semua pria di lingkungan saya. Saya membuka hati saya kepada mereka, bertanya, “Mungkin saya sudah membuat hidup kalian berada dalam bahaya; apakah kalian ingin saya pergi?” Mereka memprotes dengan keras karena mereka ingin kami tinggal dan mereka mau melindungi kami. Saya sangat tersentuh. Sejak hari itu penduduk lokal mulai berpatroli di jalanan tempat kami tinggal. Sejak saat itu hasil yang paling kami inginkan―kesempatan untuk membawa kerajaan Allah melalui perkataan dan perbuatan―semakin berlipat ganda. Kami menyewa 100 dokter hewan orang Kurdi dan mengutus mereka berdua-dua. Mereka mulai menvaksinasi lebih dari 5.000 binatang sehari. Ternak semakin meningkat di seluruh tanah Kurdistan. Susu, keju dan daging kembali menjadi bagian dari makanan setiap orang di sana. Dalam kemitraan dengan banyak orang lain yang berjiwa kerajaan Allah, kami hadir pada ”penciptaan” gereja Kurdi. Sebagai contoh, suatu hari kami pergi ke sungai dengan penabuh drum dan musik dan menyaksikan orang-orang percaya Kurdi yang pertama di satu kota membaptis lebih selusin lainnya. Terkadang Allah hanya ingin kita terkesima bahwa Dia melakukan lebih dari yang bisa kita minta atau bayangkan.
Komunitas orang Kurdi mengelilingi kami dengan perlindungan mereka karena mereka merasa telah mengenal kami dengan baik. Pekerjaan kami di antara mereka telah membuktikan bahwa niat kami adalah memang untuk kebaikan orang-orang Kurdi. Karena kami selalu berterus-terang dengan identitas kami sebagai pelayan Yesus Kristus, gerakan orang Kurdi untuk mengikut Kristus bukanlah merupakan kejutan yang menyeluruh bagi komunitas di sana, seraya hal tersebut berangsur-angsur dikenal. Menggunakan perkataan Paulus dalam 2 Korintus 6, kami telah “menunjukkan” bahwa kami adalah pelayan … sebagai orang yang tidak dikenal namun terkenal” (2Kor. 6:4, 9). Kami “tidak dikenal” oleh orang-orang dalam rezim Saddam yang ingin agar kami dibunuh, tetapi bagi teman-teman kami orang Kurdi yang telah menerima kami, kami “terkenal.”