PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Tantangan Perkotaan

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Roger S. Greenway

Greenway.jpg
Roger S. Greenway melayani sebagai profesor bidang Misiologi Dunia di Calvin Theological Seminary dan profesor bidang Misi dan Komunikasi Injil di Westminster Theological Seminary. Selama 24 tahun beliau melayani dalam bidang misi, pertama di Sri Lanka, kemudian di Amerika Latin dan terakhir sebagai Direktur Eksekutif dari Christian Reformed World Ministries.



Kota-kota merupakan garis depan yang baru dari misi Kristen. Karena ukuran, pengaruh, keragaman dan kebutuhannya, kota memberikan tantangan yang sangat besar. Mengabaikan kota akan menjadi suatu kesalahan strategis karena, ke mana kota mengarah, ke situlah dunia mengarah.

Kota adalah pusat kekuatan politik, aktivitas ekonomi, komunikasi, penelitian ilmiah, pendidikan akademis, dan pengaruh moral dan religius. Apa pun yang terjadi di kota mempengaruhi seluruh negara. Ketika kerajaan Kristus berkembang di kota, jumlah orang yang beribadah dan melayani Allah yang sejati berlipat ganda.

Selama abad 20, urbanisasi semakin berkembang di seluruh dunia. Ketika abad 20 dimulai, hanya 13% populasi dunia yang hidup di kota. Pada akhir abad 20, setengah populasi dunia hidup di kota.

Pada tahun 1950, hanya dua kota, New York dan London, yang memiliki lebih dari 8 juta penduduk. Pada tahun 2000, ada 25 kota. Pada tahun 2015, diperkirakan 33 kota akan memiliki lebih dari 8 juta penduduk. Sembilan belas dari 33 kota tersebut akan berada di Asia.

Migrasi dari wilayah pedesaan ke pusat-pusat kota menjelaskan separuh dari pertumbuhan kota. Setengah lainnya terkait dengan pertumbuhan internal, yang ditentukan oleh jumlah kelahiran yang lebih besar dari kematian. Gerakan dari lebih semilyar orang ke kota-kota selama lebih dari dua dekade terakhir merupakan gerakan populasi terbesar dalam sejarah.


Daftar isi

Penyebab Migrasi dari Desa ke Kota

Penyebab utama dari migrasi ke kota-kota adalah meningkatnya populasi di seluruh dunia. Pada umumnya, orang pada hari ini hidup lebih lama, kematian bayi telah menurun dan obat-obatan membuat orang tetap hidup di mana di masa lampau mereka akan telah mati. Dengan meningkatnya populasi mendatangkan kebutuhan akan lebih banyak pekerjaan. Ini memaksa jutaan orang untuk meninggalkan rumah tradisional mereka di desa dan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.

Ada juga penyebab lain. Kota menawarkan berbagai kesempatan pendidikan yang tidak tersedia di kota kecil dan desa. Ada rumah-rumah sakit dan berbagai pusat kesehatan di kota bagi orang-orang yang memiliki kebutuhan pengobatan khusus. Orang-orang muda, terutama, tertarik ke kota karena kota menawarkan kegembiraan, hiburan dan berbagai kesempatan baru. Sering mereka datang ke kota dengan bermimpi untuk menjadi kaya dan kehidupan yang lebih baik, hanya untuk melihat mimpi mereka hancur oleh kenyataan sulit dari kehidupan di kota.


Kemiskinan Kota dan Penderitaan

Beberapa penderitaan yang paling buruk ditemukan di antara orang yang baru belakangan ini tiba di kota-kota. Orang dari kelas petani di desa jarang dipersiapkan untuk berbagai kesulitan yang mereka hadapi. Mereka kekurangan ketrampilan yang dibutuhkan bagi pekerjaan yang tersedia. Mereka tidak mampu membeli rumah atau membayar uang sewa yang tinggi. Mereka dipaksa hidup dalam pemukiman liar, di dalam gubuk yang terbuat dari kayu yang tak terpakai lagi, kaleng dan kertas ter, biasanya terletak di wilayah pinggiran kota.

Pada tahap awal, komunitas-komunitas yang tinggal di gubuk kekurangan air, tempat pembuangan kotoran, listrik dan jalan umum. Karena tanah tersebut bukan milik mereka, para penghuni rentan terhadap pengusiran dan kehilangan yang tiba-tiba akan rumah mereka. Mereka yang cukup beruntung menemukan pekerjaan harus menghabiskan waktu berjam-jam yang melelahkan berjalan dan naik bus umum. Kehidupan keluarga menderita karena baik yang muda maupun yang tua bekerja tujuh hari seminggu pada pekerjaan apa pun yang bisa mereka temukan.

Hidup itu sulit bagi kaum miskin di kota. Kejahatan itu lazim, dan keamanan rendah. Akan tetapi, sejumlah besar orang baru terus berdatangan dari desa-desa. Mereka ditarik datang seakan-akan oleh magnet yang tidak kelihatan di kota. Meskipun kemiskinan dan penderitaan, tingkat optimisme mereka tentang masa depan pada umumnya tinggi. Mereka sangat percaya bahwa, jika bukan orangtua, anak mereka tentunya akan menikmati kehidupan yang lebih baik di kota.


Keterbukaan Terhadap Injil

Sebagai aturan umum, orang yang belakangan ini terpisah dari tempat asalnya dan mengalami perubahan besar dalam hidup mereka, lebih terbuka pada Injil ketimbang sebelumnya. Dalam pengalaman saya, ini juga berlaku bagi orang yang belakangan ini tiba di kota.

Orang-orang baru di kota terbuka bagi ide-ide baru, termasuk ide tentang Allah dan agama. Sebagai hasilnya, saya telah mulai percaya bahwa Allah ada di belakang migrasi sejumlah besar orang-orang ke kota-kota. Dia sedang menciptakan kesempatan baru untuk menyebarkan Injil di antara kelompok suku yang belum terjangkau yang datang dari kota-kota dan desa-desa terpencil. Adalah tugas kita untuk mengambil kesempatan itu dan menjalankan amanat misi Kristus.

Selama bertahun-tahun di kota Meksiko, saya bekerja dengan mahasiswa dalam menginjili dan menanam gereja di berbagai komunitas penghuni liar dan wilayah-wilayah yang berpendapatan rendah. Awalnya kami mencoba bagian lain dari populasi kota. Namun kami menemukan bahwa keterbukaan paling besar terhadap Injil adalah di antara orang-orang yang tiba di kota kurang dari 10 tahun sebelumnya.

Menggunakan metode yang paling sederhana dan paling murah, pergi dari pintu ke pintu, bersaksi secara pribadi kepada keluarga demi keluarga dalam rumah mereka, berdoa bagi yang sakit dan memulai PA, kami memulai lusinan “kelompok sel” dan gereja rumah. Banyak dari mereka berkembang menjadi jemaat-jemaat yang mandiri. Ini membuat saya percaya bahwa migrasi besar ke kota yang terlihat di seluruh dunia mungkin, dalam providensia Allah, sebuah kunci kepada penginjilan dunia. Melalui urbanisasi Allah menarik orang-orang dari setiap ras, suku dan bahasa ke tempat-tempat di mana mereka dapat dijangkau dengan Injil.


Masalah Praktis dalam Misi Kota

Ada lima pertimbangan penting bagi pelayanan di kawasan kumuh kota:

1. Kemiskinan

Di banyak kota, antara 30 dan 50 persen populasinya miskin, sering kali sangat miskin. Pekerjaan misi urban, dalam banyak kasus, menuntut para misionaris untuk mengikuti suatu strategi yang menyeluruh yang menyatakan Injil kasih Allah yang menyelamatkan dan mendemonstrasikan Injil yang sama dalam hal-hal praktis. Berurusan setiap hari dengan ketidakadilan sosial dan ketimpangan ekonomi merupakan masalah yang sangat praktis bagi para misionaris urban.

2. Keragaman Ras, Etnis dan Budaya

Di sebagian besar negara, populasi kota terdiri dari orang-orang dari banyak latar belakang yang berbeda. Mereka berasal dari banyak suku, kasta, ras dan kelas sosial yang berbeda dan mereka berbicara bahasa yang berbeda-beda. Secara tak terhindarkan, ini mempengaruhi strategi misi dan pengembangan gereja. Ini juga menarik para misionaris yang senang berada dekat dengan banyak orang yang beragam.

3. Pluralisme Agama

Di desa-desa, kebanyakan orang mengikuti satu agama tertentu. Tetapi orang kota mengikuti beragam kepercayaan dan praktik agama. Para misionaris urban bisa memberi perhatian utama pada satu kelompok, tetapi mereka harus siap bersaksi bagi kelompok lain juga. Mereka juga harus siap menghadapi orang-orang yang menolak semua agama, dan orang-orang yang menganggap semua agama sebagai sama-sama benar.

4. Sikap Anti Kota

Secara tradisional, kebanyakan pekerjaan misi dilakukan di wilayah pedesaan. Di masa lalu, hal ini masuk akal karena kebanyakan orang tinggal dalam komunitas-komunitas di desa. Tetapi tantangan terbesar pada hari ini ada di kota, dan di sini kita menghadapi kekurangan pekerja. Banyak misionaris begitu terganggu dengan kebisingan dan lalu lintas kota, polusi, masalah sosial, kejahatan dan perumahan padat, sehingga mereka lebih suka untuk bekerja di wilayah pedesaan. Desa-desa yang belum terjangkau memang perlu mendengar Injil. Tetapi melihat jumlah besar dari orang-orang yang belum diselamatkan dan belum bergereja di kota-kota, perhatian lebih harus diberikan di pusat-pusat kota.

5. Biaya Tinggi

Masalah praktis utama bagi badan misi adalah biaya yang lebih tinggi untuk pekerjaan di kota. Mulai dengan yang pertama, perumahan bagi para misionaris lebih mahal di kota. Di desa, sebidang tanah untuk membangun gereja sering lebih kecil biayanya atau tanpa biaya, dan orang-orang percaya di sana dapat membangun tempat ibadah mereka sendiri. Tetapi di kota, perumahan sangat mahal. Ada aturan bangunan yang perlu diikuti, serikat pekerja dan upah kerja yang lebih tinggi. Hal ini dan berbagai faktor lainnya menggoda para misionaris untuk menghindari kota dan lebih memilih wilayah desa.


Firman Allah bagi Kota-kota

Firman Allah harus selalu menjadi titik awal kita dalam misi. Untuk mengerti kehendak Allah bagi kota-kota, kita membutuhkan lebih daripada ayat-ayat Alkitab yang terpencar-pencar. Kita perlu melihat rencana menyeluruh Allah dari penciptaan dan kejatuhan, hingga penebusan dan konsumasi, sebagaimana hal itu berlaku bagi kota-kota. Dalam terang itu, saya mengusulkan pengajaran alkitabiah berikut ini untuk dipertimbangkan:


1. Semua manusia adalah makhluk ciptaan Allah, diciptakan dalam gambar-Nya dan telah jatuh ke dalam dosa, dan Injil anugerah Allah yang menyelamatkan dalam Kristus itu berlaku bagi setiap orang. Yang saya maksudkan dengan ini adalah bahwa Injil memenuhi kebutuhan rohani orang dari segala ras, negara, suku dan kelas sosial. Kota membuat kita terkagum-kagum dengan fakta bahwa di dalamnya terdapat beragam etnis, budaya dan agama. Tetapi Alkitab mengajar kita bahwa ada satu Injil, dari satu Allah, melalui satu Juruselamat, dan itu bagi semua orang yang ada di dalam kota. Kebenaran tersebut adalah mendasar bagi pemahaman kita akan misi urban.

2. Meskipun kebutuhan yang dirasakan berbeda dari pribadi ke pribadi dan tempat ke tempat, kebutuhan tertinggi bersifat universal dan harus dipenuhi. Orang-orang di kota memiliki persepsi yang berbeda mengenai apa yang mereka butuhkan. Sebagian akan mengidentifikasikan kebutuhan mereka ada pada perumahan, perawatan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan. Semua kebutuhan tersebut nyata dan sah, dan suatu pendekatan menyeluruh bagi misi urban akan memenuhi kebanyakan kebutuhan tersebut.

Namun, godaannya adalah begitu asyik untuk membantu orang memenuhi kebutuhan mereka sehingga kebutuhan tertinggi mereka diabaikan. Kebutuhan tertinggi adalah kebutuhan yang menurut Alkitab merupakan kebutuhan yang paling urgen dan paling penting bagi manusia. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan universal akan pertobatan dan kelahiran baru, rekonsiliasi dengan Allah dan hidup kekal melalui iman kepada Kristus.

3. Merupakan kehendak Allah agar kota diinjili. Melihat bias anti kota yang telah kita sebutkan, hal ini harus ditekankan.

Di dalam Alkitab, misi urban dimulai dengan kisah Yunus, nabi Perjanjian Lama yang Allah panggil untuk menyampaikan Firman Allah kepada orang jahat di kota Niniwe. Yunus mewakili semua orang yang, selama bertahun-tahun, mencoba menghindari panggilan ke kota. Tetapi seperti yang akhirnya disadari Yunus, Allah bersungguh-sungguh ingin membawa pesan-Nya ke kota. Allah peduli terhadap orang-orang Niniwe, anak-anak mereka bahkan binatang-binatang di sana (Yun. 4:11).

Amanat Kristus untuk “pergi dan jadikanlah murid dari segala bangsa,” melarang kita mengabaikan kota dengan banyaknya orang dari beragam suku dan ras yang ada di dalamnya (Mat. 28:19). Sangat penting untuk diketahui bahwa strategi misi rasul Paulus sepenuhnya bersifat urban. Bahkan meski permusuhan menemuinya di hampir setiap kota tempat dia melayani, Paulus tahu bahwa Allah ingin agar kota diinjili.

4. Gereja yang hidup dan memberitakan Injil adalah harapan bagi kota-kota, dan mengembangkan gereja-gereja semacam itu adalah kunci bagi misi urban. Perjanjian Baru membahas gereja-gereja sebagai komunitas-komunitas “kovenan baru” di dalam Kristus yang misinya adalah mengomunikasikan Injil dan, melalui kehadiran dan aktivitasnya, menjadi mercusuar dan lemari kaca untuk memperlihatkan Kerajaan Kristus. Gereja-gereja kota adalah agen transformasi Kristus dalam masyarakat. Strategi Paulus umumnya dimulai dengan penginjilan dan berlanjut dengan penanaman jemaat. Melalui pengajaran, tulisan dan teladannya, Paulus memperlengkapi gereja untuk menjadi terang, garam dan ragi dalam komunitas mereka. Gereja yang gagal dalam hal ini sedikit manfaatnya bagi kota.

5. Kota adalah ladang pertempuran di mana pertempuran rohani antara Kerajaan Kristus dan kerajaan Setan sangat terlihat. Santo Augustinus menulis bahwa di setiap kota selalu ada dua kota, kota Allah dan kota Setan, dan keduanya ada dalam konflik yang terus-menerus satu sama lain. Jelas sekali bahwa kota-kota berisikan benteng pertahanan dari kuasa Setan yang menolak penyebaran Injil serta mendorong ketidakadilan dalam masyarakat.

Kota-kota tidak jahat karena mereka hanyalah kota. Namun, kota memaksimalkan potensi manusia baik untuk kejahatan maupun kebaikan. Ada banyak hal yang indah dan baik dalam kota-kota. Melalui sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, dan produktivitasnya, kota meningkatkan kualitas hidup manusia. Tetapi pada saat yang sama, kekuatan kejahatan juga nyata. Dosa menyatakan dirinya tidak hanya melalui perbuatan salah manusia secara individu, tetapi juga dalam tindakan dan kebijakan institusi yang mengeksploitasi dan menindas, dan juga dalam penyimpangan penggunaan sistem yang mengatur kota.

Menjauhkan diri kita baik dari optimisme yang berlebihan terhadap apa yang mungkin dapat kita capai maupun dari depresi ketika kemunduran terjadi, pekerja urban harus memiliki kesadaran alkitabiah akan pertempuran rohani yang sedang berlangsung.

6. Untuk membawa shalom?kedamaian Kerajaan Allah?ke dalam kota dengan keragaman orang, budaya, agama dan masalah-masalah yang membutuhkan pelayanan multisegi dan holistik. Pelayanan holistik ini harus dirancang untuk: (a) membuat murid bagi Yesus Kristus, (b) melipatgandakan gereja-gereja di setiap kelompok suku, (c) mendemonstrasikan belas kasihan dan mempromosikan keadilan, (d) kepedulian terhadap lingkungan sebagai ciptaan Allah, dan (e) terus berdoa agar Setan dikalahkan dan Kristus ditinggikan di setiap sudut kota.

Di dalam kota dengan orang-orang dari banyak bahasa dan budaya, penanaman gereja yang kuat harus dijalankan di setiap komunitas yang berbeda agar Injil dapat didengar dan dimengerti oleh setiap orang.

Kepedulian terhadap ciptaan Allah merupakan suatu kewajiban orang Kristen, dan murid-murid Kristus di pusat-pusat kota harus menjadi yang terdepan dalam usaha untuk menjaga dan melindungi bumi, udara dan air. Bukan hanya manusia yang terluka, tetapi Allah sendiri tidak dihormati jika udara terpolusi, air teracuni dan bumi terkontaminasi.

Doa bagi kota-kota adalah aktivitas misi. “Usahakanlah kesejahteraan kota,” kata Yeremia kepada umat Allah di Babilonia, “dan berdoalah untuk kota itu” (Yer. 29:7). Baik Setan maupun masalah perkotaan tidak dapat tahan menghadapi dampak doa.

7. Visi eskatologis tentang Yerusalem Baru menginspirasi para pekerja Kristus di perkotaan dan membentuk agenda misi. Gerakan sejarah di sepanjang Alkitab dimulai dari taman Eden, di mana kejatuhan terjadi, sampai kepada Yerusalem Baru, kota yang Allah sediakan bagi kita.

Percaya atau tidak, semua anak-anak Allah pada akhirnya akan menjadi warga kota! Kehidupan di kota terbentang di depan kita. Itu akan menjadi suatu kota di mana kebenaran dan keadilan merupakan cara hidup dan nama Kristus saja yang dihormati (Why. 21:10-27). Visi tersebut seharusnya memotivasi kita sekarang, dan membuat kita terus bekerja meskipun banyak halangan. Seperti Abraham, kita mengarahkan wajah kita kepada “kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” (Ibr. 11:10).

Langkah-langkah Menuju Keterlibatan dalam Misi Urban

Saya memohon kepada semua orang yang peduli untuk melakukan kehendak Allah dan menjangkau orang yang terhilang bagi Kristus untuk mempertimbangkan tantangan dari kota-kota yang sedang berkembang di dunia. Migrasi ke kota-kota demikian besar sehingga hal tersebut pastilah memiliki tujuan yang bersifat penebusan yang telah ditentukan Allah di baliknya. Bagaimana seharusnya kita merespons?

Respons kita seharusnya tidak bergantung pada apakah kita lebih suka hidup di kota atau tidak. Sama seperti Yunus, dan juga Paulus, pertanyaannya adalah apakah kita mau pergi ke tempat di mana pekerja dibutuhkan dan di mana Allah menginginkan kita pergi.

Bagi mereka yang rela untuk menggali apa yang mungkin Allah inginkan bagi mereka, saya mengusulkan langkah-langkah pasti:

1. Bertumbuh

Yang terpenting adalah perkembangan rohani Anda sendiri. Pelayanan di kota-kota mengharuskan Anda untuk mengenakan “seluruh perlengkapan senjata Allah” (Ef. 6:11), bukan hanya sekali atau kadang-kadang tetapi setiap hari. Karena itu, perluas cakrawala kerohanian Anda. Usahakan melampaui perkembangan individual Anda ke dalam keprihatinan yang melibatkan gereja dan bidang-bidang pelayanan di mana Anda harus membayar harga untuk menguatkan orang lain.

2. Melibatkan Diri

Libatkan diri ke dalam beberapa bentuk pekerjaan misi urban yang terorganisasi. Ini akan memberi Anda pengalaman yang bernilai dan akan menguji karunia pelayanan Anda. Tawarkan diri Anda sebagai “pemagang” bagi seorang pendeta gereja urban, penginjil atau misionaris. Perhatikan dengan saksama bagaimana Allah menggunakan para pekerja-Nya. Pelajari semua yang Anda mampu mengenai menyajikan Injil kepada beragam orang dan memenuhi beragam kebutuhan.

3. Belajar

Baca buku-buku dan jurnal yang berkenaan dengan pekerjaan misi di kota dan pelajari semua yang Anda bisa tentang model-model pelayanan urban yang berbeda. Jika mungkin, ambil kursus dalam pelayanan urban di perguruan tinggi Alkitab atau seminari. Beberapa sekolah menawarkan program akademis lanjutan dalam bidang misi urban.

4. Jelajahi

Selidiki suatu kota tertentu. Mulai dengan mempelajari peta kota tersebut dan mengidentifikasi bagian-bagiannya yang berbeda?wilayah perdagangan, wilayah industri dan wilayah pemukiman. Lihat secara dekat wilayah-wilayah yang bertumbuh populasinya dan macam orang serta budaya yang ditemukan di sana.

Kemudian pilih satu lingkungan dan pelajari macam kelompok suku yang ada di dalamnya?agama mereka, budaya, bahasa dan kondisi sosialnya. Selidiki kebutuhan rohani, sosial dan material mereka. Cari tahu apakah ada gereja yang hidup di dalam setiap kelompok bahasa. Kemudian pikirkan cara-cara memajukan Kerajaan Kristus dalam lingkungan tersebut.

5. Berdoa

Kembangkan dan peliharalah pelayanan doa bagi kota. Doa adalah tindakan misi. Anda dapat memulai misi urban Anda secara langsung dengan mendaftar kota-kota tertentu di berbagai bagian dunia. Pelajari sebaik mungkin mengenai orang-orangnya dan kebutuhan mereka. Kemudian berdoa secara teratur agar Allah membangun Kerajaan-Nya dalam kota-kota tersebut.

Ikuti langkah-langkah di atas dan Anda akan berkembang dalam pengertian Anda tentang apa yang terkandung dalam misi urban. Allah akan meningkatkan beban dalam hati Anda bagi perkotaan dan akan menunjukkan kepada Anda peran apa yang Dia ingin Anda mainkan. Anggap itu suatu kesempatan istimewa jika Dia memanggil Anda untuk menjadi rekan sekerja-Nya dalam membangun kerajaan-Nya di tempat-tempat paling strategis di dunia, kota-kota.


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas