PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Situasi dari Kebutuhan Dunia

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


World Relief

World Relief telah bekerja sama dengan berbagai gereja di seluruh dunia untuk melayani orang miskin dan rentan selama lebih dari 60 tahun. Pada hari ini, World Relief bekerja sama dengan berbagai gereja dan komunitas lokal di lebih dari 20 negara menawarkan berbagai program holistik dalam bidang kesehatan ibu dan anak, perkembangan anak, pencegahan dan perawatan AIDS, pertanian, pemukiman kembali pengungsi dan pengembangan ekonomi. Tulisan ini digunakan dengan izin dari World Relief, Baltimore, MD.

Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.

Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.

Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?

Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku - Mat. 25:31-40

Yesus dan orang miskin tidak terpisahkan. Pengemis, orang buta, orang lumpuh, orang miskin dan orang lapar berkumpul di dekat-Nya. Perjanjian Baru mencatat sepuluh kejadian di mana Yesus “tergerak oleh belas kasihan.” Setiap kejadian merupakan perjumpaan pribadi dengan orang yang menderita. Dia menghidupi berita Yesaya:

… membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk … memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian. (Yes. 58:6-7)

“Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan”
Bagi dua dari tiga orang pada hari ini, kelaparan bukan sekadar kepedihan tambahan sebelum makan. Kelaparan bagi mereka sudah menjadi gaya hidup.

• Tiga per empat dari satu milyar orang mengalami kekurangan gizi yang kronis.

• Kurang gizi merupakan penyebab yang mendasari lebih dari setengah kematian bayi di bawah umur lima tahun. Sebesar 10% dari kematian tersebut secara langsung disebabkan oleh kekurangan gizi yang sangat parah.

• Lebih dari 30.000 anak mati setiap hari akibat kelaparan dan penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Itu berarti 24 anak setiap satu menit. Anak-anak yang riil, memiliki nama dan saudara serta mimpi―anak-anak yang tidak akan pernah mencapai usia dewasa karena mereka kalah dalam pertempuran melawan kelaparan.

Kemiskinan merupakan jantung dari kelaparan di dunia. Untuk memahami keragaman dari penyebab kemiskinan, seseorang perlu menganalisis suatu jaringan masalah―distribusi kekayaan yang tidak seimbang, keterbatasan iklim, keserakahan, kurangnya etika kerja, kelebihan populasi, manuver politik, ketidakcukupan teknologi dan pengangguran. Tidak satu pun dari faktor di atas dapat diatasi secara sendiri-sendiri. Semua harus ditangani. Hal yang menjengkelkan adalah dunia menghasilkan cukup makanan untuk memberi makan semua orang, tetapi itu tidak didistribusikan secara adil. Ketidakseimbangan distribusi makanan merupakan alasan utama dari masalah kelaparan yang menghantui dunia kita pada hari ini. Negara-negara maju nyaris menghabiskan seluruh kantong makanan sebelum memberikan sisa-sisanya ke negara-negara berkembang.

• Negara-negara industri hanya mencakup 20% dari populasi dunia tetapi mengonsumsi 80% dari sumber-sumber makanan.

• Di Amerika Serikat, kita menghabiskan 30-50 milyar dolar setiap tahun untuk diet dan biaya lainnya demi mengurangi asupan kalori. Obesitas dan penyakit kardiovaskular merajalela. Banyak orang Amerika Utara secara harfiah membuat diri mereka makan sampai mati.

Negara-negara industrial yang kaya patut dipersalahkan, tetapi para elit kaya di negara-negara miskin juga turut memikul bagian dari tanggung jawab ini. Terlalu sering, keseluruhan pertumbuhan ekonomi hanya menguntungkan para warga negara kaya di negara-negara miskin. Perkembangan memang ada, tetapi jarang menjangkau mereka yang paling membutuhkannya. Ada tanda yang membawa harapan. Sejak tahun 1970, persentase dan jumlah nyata dari orang yang kelaparan turun secara signifikan di negara-negara berkembang.

• Pada tahun 1970, 918 juta orang, atau 35% di dunia berkembang, mengalami kurang gizi yang kronis. Pada tahun 1990-an jumlah tersebut menurun sampai 841 juta orang, yang merupakan 20% dari orang-orang di negara berkembang.

• Microfinance/Mikro kredit muncul sebagai salah satu cara yang menjanjikan untuk memerangi kemiskinan yang parah. Pinjaman kecil (dimulai dengan kira-kira 50 dollar) memampukan orang miskin untuk membangun usaha kecil seperti kedai makanan atau kerajinan tangan. Pendapatan yang dihasilkan oleh usaha ini mengizinkan orang untuk melunasi pinjaman awal mereka dan memenuhi kebutuhan keuangan mereka. Banyak pemohon kemudian mengajukan permohonan untuk pinjaman yang lebih besar dan mengembangkan usaha mereka, menyediakan keuntungan yang lebih besar bagi diri mereka dan keluarga mereka, dan juga menawarkan lowongan kerja kepada yang lain dalam komunitas lokal mereka. Uang yang dibayarkan kembali dapat dipinjamkan secara terus-menerus, sehingga investasi awal digandakan berlipat-lipat ganda. Penelitian membuktikan bahwa microfinance mengurangi kerentanan orang miskin―anak-anak mendapat nutrisi yang lebih baik, lebih banyak anak yang ke sekolah dan keluarga memiliki pelayanan kesehatan yang lebih baik.

“Ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum”
Air merupakan sumber yang paling bernilai dari semua sumber lainnya, kebutuhan yang vital bagi kehidupan. Manusia tidak dapat hidup lebih dari beberapa hari tanpa air. Air menyusun 90% dari darah Anda, 80% dari otak Anda, 75% dari daging Anda dan 25% dari tulang Anda. Selain penting untuk minum, air memiliki peran penting dalam produksi makanan, pernyiapan makanan dan kebersihan. Menghilangkan air dari ketiga hal tersebut seperti memutuskan separuh rantai roda sepeda dan berharap sepeda dapat berjalan dengan lancar. Bayangkan membangun sebuah taman, menyiapkan makan atau mencuci tanpa air, atau dengan air yang sudah terinfeksi oleh parasit dan sampah. Anda sama seperti membersihkannya dengan lumpur. Namun lebih dari satu milyar orang di dunia kekurangan akses ke air bersih. Di kebanyakan negara maju, jika Anda ingin pasokan air yang bersih dan berlimpah, Anda tinggal membuka keran Anda. Di negara berkembang, orang sering berjalan kaki bermil-mil demi memperoleh satu ember air. Membutuhkan waktu setengah hari untuk mendapatkannya. Di negara lain, setengah hari pun tidak cukup untuk mendapatkan air. Air memang sama sekali tidak ada. Dua sisi dari masalah pasokan air mewabahi negara-negara berkembang: Kuantitas dan kualitas. Kekurangan air membuat negara-negara yang iklimnya gersang seperti Afrika dan India kekeringan. Di wilayah Sahel di Afrika, gurunnya merambat ke arah selatan dengan kecepatan rata-rata 9 mil setiap tahun, menghanguskan segala sesuatu yang berada di jalurnya. Kualitas merupakan separuh sisi lainnya dari dilema pasokan air. Bahkan di mana airnya tersedia, sering kali tidak berguna karena unsur-unsur yang merusak di dalamnya. Penyakit yang menyebar melalui air kotor dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Air yang terkontaminasi merupakan agen utama dalam menyebarkan tipoid, kolera dan disentri akibat bakteri―semuanya merupakan penyakit yang dapat umum di negara-negara berkembang. Ketidaktahuan akan praktik kebersihan merupakan bagian dari masalah. Di banyak bagian dunia, air yang sama digunakan untuk mencuci, mandi dan minum. Polusi air lebih umum di wilayah pedesaan daripada perkotaan. Penyebab umum dari polusi air tersebut adalah kotoran manusia dan hewan. Erosi tanah dan sisa pupuk dan pestisida di wilayah pertanian juga mencemari pasokan air. Ironisnya, semakin banyak pengembangan industri dan perdagangan di suatu negara, semakin pasti sampah kimia akan masuk ke dalam sungai dan aliran air, mengakibatkan polusi. Industrialisasi dan pengembangan mungkin memperbesar pendapatan kotor negara, tetapi keduanya juga berarti lebih banyak pencemaran air bagi orang miskin yang kehausan. Populasi yang bertambah, industrilisasi dan produksi makanan akan meningkatkan tuntutan air bersih.

“Ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan”
Pengungsi adalah orang-orang yang merasa terpaksa atau dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka. Tidak mampu atau tidak mau kembali, banyak pengungsi tetap menjadi orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Menurut Komite untuk Pengungsi Amerika Serikat, pengungsi adalah “korban utama dari perang dan penindasan. Terlalu sering … menjadi akibat sampingan yang terlupakan dari perselisihan ideologi, tekanan politik atau kebijakan luar negeri yang salah.” Pada umumnya, pengungsi melarikan diri karena perang atau pertikaian sipil. Penganiayaan yang disebabkan oleh ras, agama, asal bangsa atau afiliasi kelompok bisa menjadi pemicu kepergian mereka. Penindasan atau kurangnya perlindungan dari pemerintahan yang baru atau lemah mendorong orang untuk meninggalkan negara mereka. Setiap benua menyediakan tempat yang aman bagi korban-korban perang, ketiadaan toleransi dan kerusuhan sosial yang tidak memiliki tempat tinggal. Karena persentasi kecil dari pengungsi mampu pulang ke tempat asal atau dapat bermukim kembali secara tetap setiap tahun, dan karena sejumlah besar pengungsi baru muncul, situasi pengungsian dunia secara tetap berubah. Statistik tentang pengungsi dan orang-orang yang pindah secara terpaksa sering kali tidak akurat dan kontroversial. Pengungsi di suatu negara sama dengan orang asing illegal di negara asal. Orang yang terusir dari negaranya hari ini mungkin menjadi pengungsi esok hari. United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) memperkirakan jumlah orang yang perlu mereka perhatikan pada tahun 2006 yaitu 32,9 juta orang dan 9,9 juta adalah pengungsi dan 744.000 adalah pencari perlindungan. Pengungsi sering kali berada dalam keadaan yang sangat membutuhkan bantuan. Keluasan dan kekhususan dari kebutuhan tersebut tergantung pada alasan mengapa mereka mengungsi, pemahaman bahwa para individu telah dipaksa untuk mengungsi, tingkat kekerasan dan kehilangan yang mereka alami dan kecepatan untuk bisa dikembalikan ke tempat tinggal. Namun mayoritas pengungsi menderita karena kesehatan yang buruk, kekurangan makanan, pemukiman yang buruk dan tidak ada uang. Campuran yang kompleks dari masalah emosional yang dihasilkan oleh kejutan budaya dan frustasi lainnya. Ada tanda-tanda untuk pengharapan. Habitat for Humanity tidak lama lagi akan menjadi pembangun rumah swasta terbesar di dunia. Mereka telah membangun 60.000 rumah bagi orang miskin di seluruh dunia. World Relief sendiri telah memukimkan kembali 215.000 pengungsi, membantu mereka menemukan bukan hanya tempat berteduh tetapi juga pekerjaan yang produktif serta kehidupan baru dalam lingkungan yang aman.

“Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian”
Bayangkan di suatu malam Anda duduk makan malam, bunyi tembakan senjata dan jeritan masuk ke ruang makan Anda. Melihat keluar, Anda menemukan rumah-rumah dilalap api dan tetangga-tetangga meluber ke jalan. Sekelompok orang yang marah mengarah ke rumah Anda. Satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan diri adalah langsung melarikan diri. Anda meninggalkan semua yang Anda miliki―rumah, makanan, pakaian―dan melarikan diri demi keselamatan. Peristiwa seperti ini menginterupsi denyut kehidupan sesehari di negara-negara di seluruh dunia ketika bencana seperti perang mengacaukan sebuah negara. Paling menonjol hari ini adalah Darfur, Sudan, di mana seluruh desa dibakar, memaksa semua keluarga untuk melarikan diri. Selain bencana yang diakibatkan manusia ini, peristiwa ganas lainnya, seperti bencana alam, membuat ribuan orang tanpa tempat tinggal dan membutuhkan bantuan di dalam negara mereka sendiri. Lebih dari 90% kerugian jiwa dan kerusakan terhadap manusia dan lingkungan adalah akibat dari empat bahaya alami: kekeringan, banjir, topan tropis dan gempa bumi. Lebih dari setengah bencana alam berasal dari peristiwa-peristiwa meteorologis seperti badai, banjir, kekeringan dan cuaca yang ekstrim. Di negara-negara berkembang yang rentan terhadap bencana, peristiwa-peristiwa tersebut merupakan penghalang besar bagi pertumbuhan ekonomi, terkadang membatalkan pertumbuhan produksi kasar negara yang dihasilkan dengan susah payah, atau sesungguhnya menyebabkan kerugian. Terkait dengan jiwa manusia, bencana alam membunuh ribuan orang setiap tahun, menyebabkan penyakit dan mencederai ribuan lainnya, serta menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Segera setelah bencana besar, persediaan makanan dan air terputus atau terkontaminasi. Pasokan listrik dan gas sering kali terjadi ledakan dan kebakaran sehingga tidak bisa tersalur. Pasokan obat-obatan dan rumah sakit mungkin hancur. Keadaan setelah bencana bisa juga mencakup penyebaran penyakit yang menjadi epidemik melalui air yang tercemar, fasilitas kebersihan yang rusak dan jumlah orang mati yang besar. Kehilangan secara ekonomi seperti rumah, tanaman, dan milik pribadi biasanya berjumlah hingga jutaan dolar, bahkan mungkin lebih besar lagi. Bagi negara-negara berkembang dampak ekonominya dapat menghancurkan. Pemulihan total dari bencana biasanya membutuhkan bantuan dari luar selain respons pemulihan awal. Sasaran minimalnya setidaknya memulihkan kondisi normal sebelum bencana. Namun di negara-negara berkembang, “kondisi normal” sering kali masih mencakup kurang gizi, penyakit dan kekurangan secara ekonomi. Kebutuhan yang sebenarnya sering lebih besar dari akibat bencana itu sendiri. Jadi, berbagi sasaran pemulihan harus memiliki tujuan yang lebih tinggi daripada memulihkan kondisi kehidupan sebelum bencana.

“Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku”
Malaria, tuberkolosis dan infeksi parasit menjangkiti dan membinasakan jutaan orang setiap tahun. Jutaan orang mati setiap tahun akibat penyakit-penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Penyakit-penyakit yang sekarang jarang ada dalam negara-negara maju terus membunuh orang di negara-negara di mana imunisasi tidak tersedia. Bahkan penyakit seperti tetanus dan campak sering membawa kematian di negara-negara ini. Harapan hidup merupakan salah satu cara paling bisa diandalkan untuk mengukur status kesehatan dalam sebuah negara. Tingkat harapan hidup di negara berkembang lebih pendek 15-25 tahun dibandingkan dengan negara-negara maju. Tiga jenis penyakit yang mendominasi negara-negara berkembang: terkait dengan kotoran, melalui udara dan serangga. Penyakit yang paling menyebar luas adalah penyakit yang terkait dengan kotoran manusia seperti, penyakit yang disebarkan oleh tinja manusia melalui saluran pembuangan yang tidak bersih. Ini termasuk penyakit parasit dan diare seperti tipoid dan kolera. Penyakit yang terkandung dalam udara membentuk kelompok penyakit terbesar kedua. Jenis ini menyebar melalui orang yang menghirup udara yang keluar dari sistem pernafasan orang yang terinfeksi. Contohnya adalah TBC, pneumonia, difteria, bronchitis, batuk, meningitis, influenza, campak, dan cacar air. Meskipun semua penyakit tersebut dapat dicegah, semuanya merupakan pembunuh di negara-negara di mana obat-obatan dan dokter tidak tersedia. Penyakit dari kelompok ketiga kurang umum, meskipun tetap merupakan kenyataan mematikan di negara-negara berkembang. Penyakit-penyakit yang terkandung dalam vektor ini ditularkan melalui serangga, termasuk malaria, penyakit tidur dan kebutaan sungai. Penyakit yang ditularkan secara seksual membantuk kelompok penyakit lainnya yang dapat dicegah. Berbagai vektor yang membawa penyakit ini adalah manusia. HIV/AIDS merupakan jenis penyakit yang paling dikenal dalam kelompok ini. Lebih dari 6.800 orang dalam sehari terinfeksi HIV dan lebih dari 5.700 meninggal karena AIDS. Ada 33,2 kasus pada akhir tahun 2007, sebagian besar di wilayah sub Sahara Afrika (22,5 juta, yang mewakili 68% populasi di sana). Epidemi AIDS merupakan penyebab utama dari kematian prematur di antara para pria dan wanita berusia 15-59. (Sumbernya UNAIDS.) Penyakit-penyakit yang terkait dengan tinja manusia, melalui udara dan disebabkan oleh serangga memiliki penyebab yang sama: kemiskinan. Kondisi hidup yang padat dan tidak bersih menegaskan asal-usul dan penyebaran berbagai penyakit ini. Kondisi tersebut termasuk: air yang mengandung parasit, keluarga yang berjumlah lima atau sepuluh orang berdesakan dalam satu tempat tinggal yang kecil, makanan yang tidak cukup, pengabaian gizi dan kebersihan, dan tidak adanya imunisasi atau perawatan kesehatan preventif. Kebanyakan orang yang tidak berpendidikan di negara-negara berkembang tidak tahu hubungan antara pembuangan kotoran yang tidak bersih dan penyakit yang terjadi bersamaan. Meskipun halangan-halangan terhadap kesehatan ini dapat disingkirkan, perawatan kesehatan yang sederhana masih merupakan suatu khayalan yang segera berlalu bagi lebih dari 80% wilayah pedesaan dan bagian kota yang miskin. Usaha-usaha untuk meringankan penyakit biasanya terkonsentrasi pada wilayah utama kota-kota. Rumah sakit besar sering kali dibangun di tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh orang desa yang miskin. Satu dari empat orang di dunia pada hari ini kekurangan akses terhadap layanan kesehatan dasar. Tetapi ada tanda-tanda harapan dalam pencegahan penyakit:

• Pada tahun 1981, di beberapa wilayah Afrika, 40% dari semua orang dewasa kehilangan penglihatan mereka akibat kebutaan sungai di umur 40. Pada saat itu tidak ada harapan sama sekali untuk melihat. Sekarang ini ada sebuah pil yang dikembangkan oleh perusahaan obat Merck untuk menangani penyakit mata ini. Jimmy Carter Center mendistribusikan pil ini. Dua puluh dua juta orang menerima perawatan ini pada tahun 1997.

• Diare sebelumnya menjadi pembunuh utama bagi anak-anak. Selama sepuluh tahun terakhir, usaha untuk melatih ibu-ibu dalam teknik rehidrasi oral telah menyelamatkan ratusan ribu anak-anak dari penyakit ini.

• Pada tahun 1980, hanya 20% dari anak-anak di negara berkembang menerima imunisasi terhadap penyakit-penyakit yang umum menyerang anak-anak.

• UNICEF melaporkan pada tahun 2008 “statistik terbaru menunjukkan bahwa tingkat imunisasi di dunia, yang diukur berdasarkan penyebaran vaksin difteria, tetanus dan pertusis sekarang melebihi 75%.”

“Ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku”
Saleema, seorang remaja, duduk di sebuah penjara Pakistan. Beberapa bulan yang lalu dia berbagi Alkitab dengan Raheela, temannya dari latar belakang M. Raheela menjadi percaya kepada Kristus dan, karena takut akan dibunuh oleh anggota keluarganya yang marah, dia pergi bersembunyi. Saleema kemudian dituduh menolong Raheela melarikan diri. Saleema dipenjara, berulang kali diperkosa dan dipukul. Raheela pada akhirnya ditemukan oleh penguasa agama. Dia menolak untuk meninggalkan Kristus dan kemudian dihukum mati di muka umum. Otoritas M sekarang menuduh Saleema dengan tuduhan pembunuhan. Mengapa? Mereka beralasan bahwa, jika Saleema tidak memberikan Alkitab kepada Raheela, Raheela tidak akan mengikuti Kristus dan dihukum karena murtad dari M. Saleema juga akan dihukum jika ditemukan bersalah. Kasus-kasus seperti Saleema dan Raheela semakin banyak. Karena tahanan akibat hati nurani lebih sering dihukum dengan hukuman politik atau kriminal, sangat mustahil untuk menilai seberapa luas pemenjaraan yang dilakukan terhadap orang Kristen. International Christian Concern melaporkan: “Lebih banyak orang Kristen yang disiksa dan mati martir akibat iman mereka di abad 20 daripada seluruh abad sebelumnya digabungkan. Hampir dua per tiga dari semua orang Kristen yang hidup di dunia pada hari ini menderita penganiayaan dalam tingkat tertentu, termasuk kehilangan kebebasan, diskriminasi, pemenjaraan, perbudakan dan penyiksaan.” Para pemimpin gereja rumah secara rutin dipenjara dan disiksa di Tiongkok. Sebagai contoh, pendeta gereja rumah bernama Xu Gou Xing ditangkap dan ditempatkan di sebuah ruang tahanan bersama dengan tahanan kriminal yang ganas dengan harapan dia akan dipukul dan disiksa oleh mereka. Namun, Tuhan melindungi dia, mengaruniainya kebaikan dari salah satu “pemimpin” kriminal di sana yang memiliki seorang saudara Kristen. Xu segera membawa beberapa tahanan lain kepada Tuhan. Pihak berwenang kini menempatkan dia di ruang tahanan tersendiri.

Apa yang Dapat Kita Lakukan?
Di dalam dunia yang sangat membutuhkan bantuan, kita bertanya kepada diri sendiri, “Apa yang dapat kita lakukan dengan masalah-masalah yang begitu besar dan luas ini?” Seorang anak yang mengusulkan untuk mengirim sisa makan malamnya ke Afrika mendatangkan tawa kecil bagi generasi yang lebih bijaksana. Kita sebagai orang dewasa terlalu sering menjawab usulan tersebut dengan, “Tidak ada. Saya tidak bisa melakukan apa pun terhadap semua penderitaan yang terjadi dalam dunia.” Mudah bagi kita untuk terbuai dalam ketiadaan tindakan karena percaya bahwa masalah-masalah yang luar biasa ini berada di luar lingkup kontrol kita. Kebutuhan orang miskin―dan orang kaya―melampaui masalah fisik dan psikologis. Kebutuhan-kebutuhan mereka juga mencakup kebutuhan rohani. Rencana pengembangan yang paling efektif memenuhi kebutuhan seseorang secara utuh. Rencana seperti itu tidak terjadi dengan mudah. Lebih jauh, ada begitu banyak orang yang menderita dengan begitu banyak masalah yang beragam. Masalah-masalah yagn ada dalam dunia pada hari ini tidak akan terselesaikan oleh tindakan satu atau dua orang. Tetapi secara kolektif, para individu dapat merespons semua masalah tersebut secara signifikan. Meskipun Anda dan saya tidak mampu mengatasi semua masalah tersebut secara sendirian, kita perlu merespons sesuai perintah Allah kepada kita, dalam nama Yesus. Seperti kata Ron Sider, “Tidak seorang pun dapat melakukan segala sesuatu, tetapi setiap orang dapat melakukan sesuatu, dan bersama-sama kita dapat mengubah dunia.” Kita tidak tega melihat seorang anak kecil mati karena kekurangan segelas susu atau sesendok nasi di saat kita merepresentasikan orang Amerika Utara yang kaya, terlebih lagi orang Amerika yang percaya Alkitab. Bahkan sepotong kecil saja dari kekayaan tersebut dapat menyelamatkan jutaan anak dari kelaparan. Kita tidak tega hanya berpangku tangan dan membiarkan orang tidak memiliki tempat tinggal, mata mereka menatap dengan kosong ke masa depan yang tanpa harapan, ketika kita dapat menaruh selembar atap di atas kepala mereka dengan dana yang kecil dari standar orang Amerika Utara. Kita tidak tega hanya duduk sebagai penonton menyaksikan pengungsi yang berdesak-desakkan keluar dari jarak tembak. Mereka bukan sekadar “korban perang yang tak terhindarkan.” Mereka diciptakan dalam gambar Allah, dan Dia telah memanggil kita untuk melayani mereka. Dengan kata lain, apa yang sungguh-sungguh kita percayai, kita akan lakukan. Hal lainnya hanyalah percakapan religius yang terlalu banyak. Allah tidak pernah bermaksud orang percaya hanya duduk diam sementara orang miskin yang resah bergumul untuk bisa bertahan hidup. Dan kita tidak tega untuk keluar di saat kehidupan dasar mereka sudah baik tetapi tujuan kekal mereka belum. Orang Kristen pada hari ini memiliki pendapatan total per tahunnya lebih dari 10 triliun dolar. Menurut PBB, hanya memerlukan biaya 30-40 milyar dolar per tahun untuk menyediakan semua orang di negara-negara berkembang pendidikan dasar, pelayanan kesehatan, dan air bersih―jumlah yang sama yang dihabiskan di lapangan golf setiap tahun. Masalah-masalah ini terjadi di seluruh dunia, tetapi respons individu secara kekal sangat penting. Sepotong roti. Segelas air bersih. Sebuah tempat berteduh. Injil yang dihidupi dan dikabarkan. Tindakan-tindakan ini sangat luar biasa penting bagi seseorang yang lapar, haus atau tanpa tempat tinggal. Perkataan Yesus mengundang kita menjawab situasi buruk di dunia: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”



Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas