Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia
Draf Buku Perspektif
Dean Hubbard
- Dean Hubbard (nama samaran) telah melayani bersama Youth With A Mission di wilayah Pasifik dan Asia selama lebih dari 20 tahun. Selama delapan tahun terakhir beliau tinggal di India bersama keluarganya, melakukan pelayanan pribumi di antara orang miskin dan membantu mengembangkan kepemimpinan gereja. Nama-nama orang dan kelompok telah diubah.
Sebelum tahun 1991 Injil telah berhasil menarik sangat sedikit petobat baru di daerah tertentu di India Tengah. Tujuh tahun kemudian, ratusan orang percaya baru, dibaptis dari setidaknya 24 kelompok orang yang berlainan, belajar untuk mengikuti Yesus. Mereka berkumpul secara rutin di gereja-gereja tingkat desa dengan nama “Krista Bhakta Mandali”- “Himpunan Pemuja Kristus.” Bagaimanakah begitu banyak orang tiba-tiba berpaling kepada pengharapan di dalam Kristus dari abad-abad menganut spiritisme animistik bercampur dengan Hindu?
Daftar isi |
Seorang Pemimpin Kunci
Bhimrao adalah seorang lokal, orang Kristen generasi ketiga yang telah menjadi aktivis sosial dan politik bagi para petani yang miskin. Dia melayani, menderita dan masuk penjara bersama mereka selama beberapa tahun. Percaya bahwa Allah menghendaki dirinya untuk memenuhi kebutuhan rohani orang-orang pedesaan dimana diantara mereka inilah dia dibesarkan, dia bekerja sama dengan organisasi misi India untuk membuka jalan bagi Injil di antara orang-orang Kowadi. Sebagai sebuah kelompok petani penyembah berhala, sebagian besar orang Kowadi telah mengadopsi secara luas tradisi animisme merekake dalam praktek keagamaan di sekitar budaya pedesaan Hindu. Mereka telah menolak upaya-upaya misi sebelumnya, melihat Kekristenan sebagai agama bagi masyarakat dari kedudukan sosial yang lebih rendah daripada diri mereka. Untuk mengabarkan Injil kepada orang Kowadi sedemikian rupa sehingga mereka bisa mengerti dan hargai, Bhimrao pertama-tama mengalami kegagalan dari dua sumber kekuatan dimana mereka telah menempatkan pengharapan akan peningkatan sosial dan ekonomi: pemerintah dan dewa-dewa tradisional mereka. Berita yang disampaikan kepada mereka berfokus pada Yesus: Karena Yesus telah menciptakan bangsa Kowadi, Yesus selayaknya selalu akan menjadi Tuhan dan Allah mereka. Dia mengasihi mereka dan Dia mempedulikan setiap dimensi dari kehidupan mereka – sosial, ekonomi, dan rohani. Namun mereka belum pernah mengetahui berkat-Nya karena mereka menaruh harapan mereka pada yang lain. Dia telah membuat jalan bagi mereka untuk datang di bawah ketuhanan-Nya lagi dan mengenal berkat-berkat-Nya, tetapi hanya jika mereka menaruh harapan mereka pada-Nya. Bhimrao menghabiskan tiga bulan menjelaskan pesan ini di 150 desa Kowadi. Akhirnya, perkumpulan besar selama 3 hari mengumpulkan orang-orang Kowadi dari desa-desa ini. Hari-hari itu dipenuhi dengan nyanyian, tarian Kowadi, dan penyampaian ajaran Yesus dalam bahasa mereka. Di akhir acara, 41 orang Kowadi menyatakan Yesus sebagai “Tuhan mereka dan Tuhan atas Kowadi” dengan dibaptis. Beberapa dari mereka adalah para pemimpin desa yang sekarang yakin bahwa Yesus adalah jawaban sejati bagi bangsa mereka.
Pertentangan itu Menguji Iman dan Membuktikan Kredibilitas
Penganut Hindu yang fanatik segera mengganggu rencana yang ditujukan sebagai tindak lanjut dari pendirian gereja-gereja. Orang-orang Kowadi, dikenal dengan sifat takut-takut mereka, terlihat menarik diri dari kontak lebih lanjut dengan para misionaris yang bekerja dengan Bhimrao. Bhimrao harus meninggalkan tempat itu untuk sementara karena kelahiran anaknya yang pertama. Ketika dia kembali beberapa bulan kemudian, dia mendapati bahwa misionaris India lainnya telah mundur, berkecil hati dan tidak yakin bagaimana untuk melanjutkan. Setelah penyelidikan lebih lanjut, Bhimrao menyadari bahwa telah ada beberapa kebingungan setelah penganiayaan, namun tidak kekurangan penyelesaian. Para petobat masih ingin mengikuti Yesus. Dengan sedikit sumber daya dan dukungan yang sedikit, Bhimrao harus membentuk sebuah organisasi baru untuk memfasilitasi maksud yang lebih besar yaitu melayani pembentukan gereka rohani dan kebutuhan pengembangan sosioekonomi orang Kowadi. Dia menyebutnya “Din Sevak” – “Hamba untuk Orang Miskin.” Bhimrao diajak bergabung oleh seorang non-India, Dean, dan saudara Bhimrao, Kishor, beserta istri-istri mereka. Namun, sumber daya dan personil yang terbatas membutuhkan bahwa sejak awal orang-orang percaya yang baru akan melakukan yang terbaik bagi pelayanan di desa-desa itu. Sebagai hasil dari kesaksian orang-orang desa lokal kepada teman-teman dan keluarga mereka serta dibantu oleh pemberitaan yang diakibatkan dari penganiayaan sebelumnya, banyak yang mendatangi Bhimrao meminta penjelasan. Pekerjaan aktivis sosial Bhimrao yang sebelumnya telah membuatnya mendapatkan kredibilitas yang besar di mata mereka. Tuduhan palsu dari media nasionalis Hindu diragukan karena karakter yang dikenal dan pelayanan yang bertahan lama yang Bhimrao kerjakan di seluruh daerah. Anggota-anggota dari kelompok lain sepertinya bertanya, “Jika ini baik untuk Kowadi, yang sangat mirip dengan dengan kami secara sosial dan ekonomi, maka apakah itu juga akan baik untuk kami?”
Selama beberapa dekade pemerintahan India telah berusaha untuk menghapus pemisahan kasta dengan hasil yang minim. Sekarang tampaknya Injil melampaui batas-batas tradisional kasta dengan nilai identitas yang lebih luas berdasarkan kondisi sosioekonomi. Bahkan beberapa yang menentang perubahan dalam prinsip terbuka untuk Injil bersama dengan mereka yang lebih siap meresponi. Sebagai hasilnya, pintu-pintu kesempatan mulai terbuka ke berbagai kelompok orang dan desa-desa mereka.
“Mengapa Kami Harus Mengikuti allah-allah yang Kecil?”
Sekelompok pemimpin yang potensial segera diidentifikasi dan berkumpul untuk pengajaran selama seminggu dengan tujuan memulai sebuah gerakan mereproduksi sendiri gereja-gereja yang dipenuhi oleh pemuja Yesus dan bukan hanya orang-orang percaya yang telah dibaptis yang terpencar. Meskipun terbatas dalam lingkup, ini membuktikan pengalaman yang menentukan – tidak banyak bagi orang percaya seperti Bhimrao dan Dean. Kunjungan seorang peneliti luar negeri Kristen memimpin salah satu sesi acaranya. Dia hanya berbagi cerita tentang kelompok orang di negara-negara lain yang percaya kepada Kristus juga. Pada akhir minggu, para peserta menunjukkan bahwa sesi ini adalah yang paling signifikan bagi mereka. “Kami tahu sekarang bahwa Yesus lebih besar daripada semua allah lainnya. Allah-allah yang pernah kami ketahui adalah allah atas sebuah desa, sebuah suku, sebuah daerah, atau negara India. Namun Yesus ini, Dia memiliki pengikut dari seluruh dunia. Mengapa kami harus mengikuti allah-allah yang kecil, jika kami bisa mengikuti Allah yang paling besar dari semuanya?
Allah Mengutus “Malaikat-malaikat”
Pemahaman ini diperkuat ketika tim jangka pendek bersama orang asing datang untuk membantu. Satu tim seperti itu terletak di sebuah desa yang dihuni seluruhnya oleh orang-orang Pohari. Orang-orang Pohari adalah pemburu yang berpindah-pindah tempat yang terlibat dalam ritual animitis serta menghormati juru imam Hindu Brahmana. Mereka juga telah meminta seseorang untuk datang mengajari mereka tentang Kristus. Namun yang tersedia hanyalah tim jangka pendek pemudi Skandinavia yang sama sekali tidak sederajat dengan mereka dalam hampir segala hal. Ketika mendiskusikan Kristus dengan pemudi-pemudi yang berkulit pucat, rambut blonde dan bermata biru ini, orang-orang Pohari mulai berbicara tentang imam khusus di desa mereka.Lima tahun sebelumnya dia telah melewati sebuah periode ketika sebagian besar orang mengira dia gila. Dia sering kelihatan tersiksa oleh roh-roh. Mereka membawa dia berulang kali di hadapan dewa-dewa dan dewi-dewi supaya sembuh. Selama waktu-waktu itu dia terus berkata,” Orang-orang yang terlihat seperti malaikat akan datang dari seluruh dunia ke desa kita. Mereka akan memberitahu kepada kita siapa Allah yang sejati. Kita harus mengikuti Dia.” Tim bertanya kepada imam itu apa yang dia lihat dalam penglihatannya. Dia berkata, “Aku melihat orang-orang seperti kalian, orang-orang yang putih – mereka adalah malaikat. Mereka akan datang dan memberitahu tentang Allah.” Ketika mereka bertanya, “Apakah menurutmu kami adalah orang-orang itu?, dia menjawab, “Aku belum tahu.” Namun setelah empat hari mendengarkan, dia percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan menerima-Nya sebagai Juruselamatnya. Akhirnya, sebagian besar penghuni di desa itu dibaptis.
Terlepas dari awal yang menjanjikan, sifat takut-takut yang umum dari orang-orang Kowadi dan lokasi terpencil dari banyak desa lain terus menghambat pembentukan gereja yang sehat. Kegiatan berburu yang selalu berpindah-pindah dan orang-orang Pohari yang hampir semuanya buta huruf sangat merusak perkembangan kepemimpinan gereja yang efektif. Namun, situasi mapan dan berani dari orang-orang Bansari menunjukkan kisah yang berbeda. Jumlah orang Bansari adalah jutaan dan juga menjalankan percampuran dari agama rakyat dan praktek Hindu. Terus memusuhi perubahan dari tekanan lokal telah bertindak seperti pemberitaan yang gratis, menghasilkan orang-orang Bansari yang muda dan terpelajar datang ke Bhimrao mencari pertolongan. Mengalami depresi berat dan usaha bunuh diri, dia akhirnya menemukan kelepasan di dalam Kristus. Kembali ke rumahnya di wilayah yang jauh dari kabupaten, dia segera mengajak 14 temannya untuk percaya kepada Kristus. Dari jumlah ini, peran tiga orang dari mereka terbukti sangat efektif untuk perluasan Injil. Salah satunya adalah pemimpin Bansari di desanya. Yang lain adalah seorang pemimpin di sebuah keluarga yang meluas ke banyak desa di sepanjang daerah itu. Yang ketiga adalah seorang penjahit di dekat perhentian pusat bis dimana orang-orang datang dari seluruh desa di sekitarnya. Ketiga-tiganya mulai menginjili dengan semangat di dalam jaringan hubungan masing-masing. Ketika orang-orang meresponi, mereka mulai mengunjungi desa-desa mereka.Pada saat ini “Hamba untuk Orang Miskin” telah memulai waktu mingguan untuk berpuasa, berdoa dan mengajar. Orang-orang ini diundang untuk ikut bersama laki-laki dan perempuan dari kelompok lain yang berkumpul setiap minggu untuk belajar supaya bisa lebih baik melayani kebutuhan gereja yang ada di desa-desa mereka. Segera terdapat terlalu banyak desa dengan orang-orang percaya untuk mereka urus. Di tahap yang lebih awal mereka diminta untuk mengidentifikasi pemimpin gereja yang potensial. Ini juga ikut serta dalam pelatihan, dan segera kelompok-kelompok bertemu untuk ibadah rutin di desa-desa yang dipimpin oleh para petobat dari para petobat dari para petobat yang pertama.
Mengikuti Kristus Tanpa Mengkhianati Keluarga
Pengalaman sebelumnya dengan kelompok-kelompok lain, baik keberhasilan maupun kegagalan, menghasilkan pelajaran yang penting sekali yang mengasah pendekatan yang diambil dengan munculnya orang Bansari Krista Bhakta Mandali. Para pencari dipanggil untuk mengikuti Kristus, bukan untuk menjadi anggota dari komunitas Kristen, yang umumnya ada dianggap hanya sebagai salah satu kasta yang bertentangan dengan kasta-kasta lainnya. Menyembah Kristus bukan untuk mengkhianati, namun untuk memenuhi takdir tertinggi kelompok mereka. Takdir ini adalah untuk seluruh kelompok, bukan hanya untuk beberapa individu. Pencari yang baru dari komunitas yang berbeda secara rutin diterima di dalam persekutuan ini dan didorong untuk memfokuskan kesaksian mereka di antara orang-orang dari keluarga atau kasta mereka sendiri.
Salah satu alasan Krista Bhakta mandali (KBM) belum dianggap sebagai kasta Kristen baru adalah bahwa perkumpulan kecil untuk beribadah dan mengajar adalah terutama kelompok orang yang khusus. Perayaan sesekali diadakan dimana pemuja Kristus dari berbagai kasta datang bersama untuk beribadah dan ambil bagian dalam apa yang disebut sebagai “Perjamuan Tuhan.” Bagi beberapa orang ini adalah pertama kalinya dalam hidup mereka bahwa mereka berbagi roti dengan orang-orang dari komunitas kasta lain. Sukacita berbagi Kristus menegaskan semua yang terbaik dari apa yang sekarang sama-sama mereka miliki tanpa mengharuskan mereka untuk meninggalkan identitas komunitas mereka. Kepemimpinan untuk gereja-gereja potensial diidentifikasi di awal dan memungkinkan untuk menanggung tanggung jawab yang signifikan untuk memuridkan yang lain. Penatua potensial ini diidentifikasi terutama berdasarkan inisiatif, kesetiaan, dan keefektifan dalam memberitakan Injil. Kemudian mereka dibawa ke dalam proses pelatihan mingguan yang berfokus pada pembelajaran dasar-dasar pandangan dunia alkitabiah dan ketaatan sederhana kepada Kristus. Bantuan praktis akan diberikan tentang bagaimana putus dari pola perilaku yang lama dan mengatasi pergumulan hidup bagi Yesus dalam sebuah lingkungan yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran-Nya.
Selama itu mereka menjadi aktif dalam bersaksi dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan orang-orang percaya yang baru – bukan karena mereka disuruh untuk melakukannya, namun karena mereka percaya Yesus menghendaki mereka untuk melakukannya. Mereka bertanggung jawab terhadap komitmen mereka sendiri melalui laporan teratur dan pembinaan kunjungan ke daerah kerja mereka. Peranan dari para anggota tim “Din Sevak” yang utama bukanlah untuk mengarahkan namun untuk mendorong, mendukung dan melatih para pemimpin desa. Dukungan diberikan dalam beberapa cara. Kesempatan pelatihan rutin dan khusus diatur.Keduanya tim India dan multi-nasional disalurkan untuk membantu mereka melayani di desa-desa mereka. Bahasa dan alat-alat khusus budaya tersedia dan jika tidak ada, dibuat, termasuk terjemahan Kitab Suci dan publikasi dan promosi bentuk ibadah yang sesuai. Benih pinjaman bagi petani dan pelatihan mengelola pendapatan bagi kaum perempuan juga diimplementasikan untuk tingkat-tingkat terbatas.
Penganiayaan: Membersihkan lalu Melipatgandakan
Sayangnya, pengalaman yang sulit mendahului keberhasilan di kemudian hari. Sebuah gereja yang mandiri belum berkembang di antara orang-orang Pohari. Jelas bahwa bahkan persiapan ramalan yang supernatural tidak mengggantikan kebutuhan akan pemuridan dan pengembangan yang berkelanjutan.Pertentangan akhirnya mengambil korbannya di antara para pemimpin Kowadi. Para pemimpin Bansari sampai sekarang masih berada dalam penganiayaan, dan mereka tampaknya menunjukkan potensi yang besar untuk adanya gerakan nyata dari gereja-gereja yang mereproduksi sendiri. Mungkin untuk alasan inilah mereka sekarang mengalami penganiayaan yang paling berat, bukan dari dalam kelompok mereka sendiri, namun dari Hindu yang lebih tradisional yang ada di sekitar mereka. Nasionalisme agama dasarnya adalah kekuatan tempat-tempat India. Apa yang sebelumnya berupa ancaman verbal dari kelompok lokal telah menjadi kekerasan fisik terhadap beberapa kelompok desa KBM. Namun, mungkin salah satu pelajaran yang paling penting dari tujuh tahun pelayanan adalah bahwa pertentangan selalu menghasilkan efek “membersihkan lalu melipatgandakan” gerakan secara keseluruhan, terutama ketika para pemimpin berdiri teguh. Apa yang dimaksudkan untuk menghancurkan gerakan muda ini mungkin pada akhirnya menjadikan pelipatgandaan spontan yang tak terbendung. Mungkin ini akan begitu!