Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia
Draf Buku Perspektif
David Anthony
- David Anthony dan istrinya telah hidup di antara orang M dan memuridkan mereka selama lebih dari dua puluh tahun. Mereka telah terlibat dalam penanaman Injil ke dalam lima kelompok M yang berbeda.
Pekerjaan saya selama 25 tahun di antara orang M merupakan suatu perjalanan di mana banyak orang menjadi pengikut Kristus. Banyak dari mereka bergumul dengan kesan bahwa untuk mengikut Kristus mereka harus menolak bangsa dan budaya mereka. Saya berusaha mencari hal terbaik yang dapat saya ketahui untuk membantu mereka menemukan jawaban – saya membaca Alkitab bersama dengan mereka, meminta Roh Kudus untuk mengajar kami. Membaca surat Paulus bersama mereka menolong saya melihat firman-Nya melalui mata mereka.
Kami membaca dengan saksama surat Paulus kepada orang percaya di Korintus. Strategi Paulus untuk berkomunikasi dengan jelas sangat sederhana: “Aku menjadikan diriku…” Dia berusaha menjadi seperti orang-orang yang berusaha dia jangkau agar dia “boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.” Di dalam 1 Korintus 9:19-22 dia menerima pembatasan yang begitu drastis sehingga dia kelihatannya telah menjadi budak agar bisa memenangkan banyak orang. Di dalam ayat-ayat tersebut lima kali Paulus berkata dia “menjadi seperti” kelompok orang yang berusaha dia jangkau. Lima kali juga dalam ayat-ayat yang sama dia menyatakan tujuannya, agar “aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.” Perkataan ini menyadarkan saya. Saya sadar bahwa peran saya yang seharusnya dalam konteks orang M. Saya berusaha sebaik mungkin agar menjadi seperti mereka.
Tetapi saya menemukan bahwa teman-teman M saya bergumul dengan pengertian yang salah tentang kewajiban untuk menjadi seperti saya dan mengikuti tradisi gereja Barat. Kami melihat bahwa Paulus juga bergumul dengan pertanyaan yang sama. Di dalam 1 Korintus 7:17-19 Paulus berkata, “Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah.” Dia dua kali menyatakan prinsip ini dalam ayat 20 dan 24: “Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.”
Paulus memberikan penekanan pada hal ini dengan berkata “Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat” (ay. 17). Apa “ketetapan” ini? Sebagian orang berkata bahwa bagian Firman Tuhan ini berbicara hanya kepada pernikahan. Namun, ayat berikutnya berbicara mengenai sunat, yang merupakan satu kata yang merangkum mengikuti tradisi agama Yahudi.
“Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu.” Kami mengerti pernyataan ini seperti ini, “Pada saat dia mulai mengikut Kristus, apakah dia dulunya mengikuti tradisi Yahudi? Maka janganlah memutuskan diri dari tradisi-tradisi tersebut.”
“Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting” (ay. 18). Kami mengerti pernyataan ini seperti ini, “Pada waktu baru mengikuti Kristus, jika seseorang tidak sedang menjalankan tradisi agama Yahudi, dia jangan berusaha menjadi Yahudi secara budaya.”
Kami mengerti “ketetapan” yang Paulus katakan sebagai praktiknya yang secara spesifik mendorong orang-orang percaya baru dan gereja untuk tetap berada dalam lingkungan sosial dan budaya asli mereka daripada mengadopsi budaya yang lainr.
Jadi jika identitas agama, yang diajarkan oleh sebagian orang diperoleh melalui sunat orang Yahudi, tidak penting, apa yang penting? Paulus meneruskan pernyataannya dengan mengatakan apa yang penting: “mentaati hukum-hukum Allah.” Strategi sederhana Paulus menjadi jelas bagi kami: “menjadi seperti” agar mereka yang diselamatkan dapat “tetap menjadi.” Menjadi seperti, tetap menjadi, dan menaati Tuhan.
Saat kita terus mempelajari hal ini, kita menemukan Rasul Paulus menulis mengenai hal yang sama dalam kitab Galatia: “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya” (Gal. 6:15).
Dan sekali lagi, seperti dalam 1 Korintus 7:17, dia berbicara mengenai prinsip umum yang disebutnya suatu “patokan” : “Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat…” (Gal. 6:16). Paulus jelas menggunakan kata “patokan,” bukan sebagai suatu hukum yang harus ditaati, tetapi sebagai prinsip yang penting yang membimbing gerakan baru para pengikut Kristus di antara orang bukan Yahudi.
Saat kita menerapkan prinsip ini di antara orang percaya yang baru, kita menyukai sukacita melihat Allah menciptakan hidup baru yang mencerminkan karakter Kristus di dalam budaya mereka. Gerakan ini terus bertumbuh dalam dunia itu, tetapi tidak berasal dari situ. Itu adalah ciptaan baru dalam lingkungan yang lama.