Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia
Draf Buku Perspektif
Robert E. Coleman
- Robert E. Coleman adalah Professor Emeritus bidang Penginjilan di Trinity Evangelical Divinity School di Deerfield, Illinois, dan beliau melayani sebagai Direktur dari Billy Graham Institute of Evangelism di Wheaton, Illinois. Coleman adalah anggota pendiri dari Lausanne Committee for World Evangelization. Beliau sudah menulis lebih dari 20 buku.
- Tulisan ini diambil dari The Master Plan of Evangelism, tahun 1993. Digunakan dengan izin dari Fleming H. Revell Co., Old Tappan, NJ.
Ketika kita menelusuri jejak Kristus seperti yang digambarkan dalam kitab-kitab Injil, kita dapat mengerti alasan utama-Nya akan misi yang dijalankan-Nya. Ketika kita menganalisis taktik-Nya dari sudut pandang pelayanan-Nya secara keseluruhan, kita melihat makna yang lebih besar dari metode yang digunakan-Nya terhadap manusia.
Daftar isi |
Tujuan-Nya Jelas
Masa hidup-Nya di bumi adalah penyingkapan di dalam waktu rencana Allah yang dari sejak mulanya Rencana ini selalu ada dalam pikiran-Nya. Dia bermaksud untuk menyelamatkan satu umat dari dunia ini manusia bagi diri-Nya sendiri dan membangun satu jemaat dari Roh-Nya yang tidak akan pernah binasa. Dia sudah memandang pada hari di mana Kerajaan-Nya akan datang dalam kemuliaan dan kuasa. Dunia ini adalah milik-Nya yang diciptakan sendiri oleh-Nya, tetapi Dia tidak membuat dunia ini menjadi tempat kediaman-Nya yang permanen.
Tak seorang pun yang dikecualikan dari tujuan-Nya yang penuh rahmat. Kasih-Nya universal. Jangan keliru tentang hal ini. Dia adalah “Juruselamat dunia” (Yoh. 4:42). Allah menginginkan semua manusia diselamatkan dan mengenal kebenaran. Bagi tujuan tersebut Yesus memberi diri-Nya untuk menyediakan keselamatan dari segala dosa bagi seluruh manusia. Karena Dia mati bagi satu orang, Dia mati bagi semua orang. Berlawanan dengan pemikiran kita yang dangkal, tak pernah ada dalam pemikiran-Nya adanya misi dalam negeri dan misi luar negeri. Bagi Yesus semuanya adalah penginjilan dunia.
Dia Merencanakan untuk Menang
Kehidupan-Nya diatur oleh tujuan-Nya. Segala sesuatu yang Dia lakukan dan katakan merupakan bagian dari keseluruhan pola. Hal ini memiliki signifikansi karena itu berkontribusi terhadap tujuan ultimat hidup-Nya untuk menebus dunia bagi Allah. Inilah visi yang memotivasi yang mengatur tindakan-Nya. Setiap langkah-Nya diatur oleh hal tersebut. Ingat hal ini baik-baik. Yesus tidak pernah satu saat pun mengalihkan pandangan tentang tujuan-Nya.
Itulah alasannya mengapa begitu penting mengamati cara Yesus bermanuver untuk mencapai tujuan-Nya. Yesus membukakan strategi Allah untuk menguasai dunia. Dia yakin akan masa depan karena Dia hidup menurut rencana tersebut pada masa sekarang. Tidak ada yang kacau dalam hidup-Nya?tak ada tenaga terbuang percuma, tak ada perkataan sia-sia. Dia bekerja bagi Allah (Luk. 2:49). Dia hidup, Dia mati, dan Dia bangkit kembali sesuai dengan jadwal. Seperti seorang jendral merencanakan jalannya pertempuran, Anak Allah berhitung untuk menang. Dia tidak dapat mengambil risiko. Menimbang setiap alternatif dan faktor variabel dalam pengalaman manusia, Dia memikirkan sebuah rencana yang tidak akan gagal.
Orang-orang adalah Metode-Nya
Semua ini bermula dari saat Yesus memanggil beberapa orang untuk mengikuti Dia. Ini langsung menyingkapkan arah dari strategi penginjilan-Nya. Perhatian-Nya bukan kepada program-program untuk menjangkau orang banyak, tetapi kepada beberapa orang yang akan diikuti oleh orang banyak. Memang luar biasa, Yesus mulai mengumpulkan orang-orang ini sebelum Dia mengatur suatu kampanye penginjilan atau bahkan menyampaikan suatu khotbah di muka umum. Manusia harus menjadi metode yang dipakai-Nya untuk memenangkan dunia bagi Allah.
Tujuan awal dari rencana Yesus adalah memanggil orang-orang yang dapat menjadi saksi atas hidup-Nya dan melanjutkan pekerjaan-Nya setelah Dia kembali kepada Bapa. Setelah memanggil orang-orang tersebut, Yesus menjadikannya sebuah praktik untuk bersama-sama dengan mereka. Ini merupakan inti dari program pelatihan-Nya?membiarkan para murid-Nya mengikuti Dia.
Yesus mengharapkan orang-orang yang bersama-sama Dia taat kepada-Nya. Mereka tidak diharuskan untuk pintar, tetapi mereka harus setia. Ini menjadi tanda yang membedakan mereka sebagai pengikut Yesus. Mereka akan disebut “murid-murid” Yesus yang artinya mereka adalah “pembelajar” atau “murid” dari sang Guru. Lama setelah itu barulah mereka mulai disebut orang “Kristen” (Kis. 11:26), meskipun tidak dapat dihindari, karena di dalam perjalanan waktu para pengikut yang taat secara beragam pasti akan mengambil karakter dari pemimpin mereka.
Yesus selalu membangun pelayanan-Nya sampai di saat para murid-Nya akan harus mengambil alih pekerjaan-Nya dan pergi ke seluruh dunia mewartakan Injil yang menebus. Rencana ini secara progresif menjadi jelas seraya mereka mengikuti Dia.
Strategi Yesus
Mengapa? Mengapa Yesus secara sengaja memusatkan hidup-Nya pada sekelompok kecil orang? Bukankah Dia datang untuk menyelamatkan dunia? Melalui pemberitaan bersemangat dari Yohanes Pembaptis yang terngiang di telinga orang banyak, sang Guru dengan mudah dapat memiliki ribuan pengikut jika Dia menginginkannya. Mengapa Dia tidak mengambil keuntungan dari kesempatan-Nya tersebut untuk merekrut sepasukan besar orang-orang percaya untuk menggoncangkan dunia? Pastilah Anak Allah dapat mengadopsi suatu program rekruitmen massal yang lebih memikat. Bukankah cukup mengecewakan bahwa pribadi yang segala kuasa alam semesta tunduk pada perintah-Nya, mau hidup dan mati untuk menyelamatkan dunia, namun pada akhirnya hanya memiliki beberapa murid gembel yang muncul pekerjaan-Nya?
Jawaban dari pertanyaan ini langsung berfokus pada tujuan sebenarnya dari rencana penginjilan-Nya. Yesus tidak sedang berusaha mengesankan orang banyak, tetapi mengumumkan sebuah kerajaan. Ini artinya Dia memerlukan orang-orang yang dapat memimpin orang banyak. Apa baiknya bagi tujuan ultimat-Nya untuk mengumpulkan massa agar mereka mengikuti-Nya jika tak ada pengawasan terhadap orang-orang ini dan mereka tidak diajarkan tentang Jalan-Nya? Telah nyata dalam banyak peristiwa bahwa orang banyak merupakan mangsa yang mudah bagi ilah-ilah palsu ketika ditinggalkan tanpa pengawasan yang seharusnya. Orang banyak sama seperti domba-domba yang tersesat tanpa tujuan tanpa seorang gembala (Mat. 9:36; 14:14; Mrk. 6:34). Mereka rela mengikuti hampir semua orang yang datang dengan janji untuk kesejahteraan mereka, entah itu musuh atau teman. Itulah tragedinya aspirasi yang mulia dari orang banyak mudah sekali ditarik oleh Yesus, sama seperti dengan cepatnya digagalkan oleh para pemimpin agama penipu yang mengatur mereka. Para pemimpin Israel yang buta secara rohani (bdk. Mat. 23:1-39; Yoh. 8:44; 9:39-41; 12:40), meskipun sedikit jumlahnya, sepenuhnya mendominasi keadaan orang banyak. Karena alasan ini, kecuali jika orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus diberikan orang-orang yang saleh yang kompeten untuk memimpin dan melindungi mereka dalam kebenaran, mereka akan segera jatuh ke dalam kebingungan dan keputusasaan, dan keadaan akhir mereka akan lebih menyedihkan dari keadaan awalnya. Jadi, sebelum dunia dapat secara permanent ditolong, orang-orang harus dibangkitkan lebih dahulu, orang-orang yang dapat memimpin banyak orang di dalam Tuhan.
Yesus adalah seorang realis. Dia sepenuhnya menyadari natur manusia yang sudah jatuh dalam dosa, mudah berubah. Dia pun menyadari kekuatan satanis di dunia ini yang menumpuk melawan umat manusia. Dengan pengetahuan ini Dia mendasarkan penginjilan-Nya pada sebuah rencana yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Orang banyak yang jiwanya membangkang dan bingung kemungkinan sudah siap mengikuti Dia, tetapi Yesus sendirian tidak dapat memberi mereka perhatian pribadi yang mereka butuhkan. Pengharapan-Nya satu-satunya adalah mendapatkan orang-orang yang tertarik oleh kehidupan-Nya dan mau melakukan hal tersebut bagi Dia. Maka, Dia memberi diri pada orang-orang yang akan menjadi awal dari kepemimpinan ini. Meskipun Dia telah melakukan apa yang dapat dilakukan-Nya untuk menolong orang banyak, Dia harus mengabdikan diri-Nya sendiri terutama pada sekelompok kecil orang, ketimbang banyak orang, agar pada akhirnya banyak orang dapat diselamatkan. Inilah kejeniusan strategi Yesus.
Semua itu kembali kepada para murid-Nya. Mereka adalah pasukan yang bergerak di garis depan dari gerakan-Nya yang mulai berkembang. “Melalui pemberitaan mereka” Dia berharap banyak orang percaya kepada-Nya (Yoh. 17:20), dan pada gilirannya ini mereka akan meneruskan berita itu ke orang lain sampai seluruh dunia mengetahui siapa Dia dan untuk apa Dia datang (Yoh. 17:21-23). Keseluruhan strategi penginjilan-Nya yang merupakan pemenuhan tujuan-Nya datang ke dalam dunia, mati di atas kayu salib, dan bangkit dari kubur bergantung pada kesetiaan dari para murid yang dipilih-Nya untuk tugas ini. Tidak peduli seberapa kecil kelompok yang dimulai pada awalnya, selama mereka mengajarkan kembali murid mereka sendiri untuk mereproduksi murid-murid lainnya. Inilah cara gereja-Nya untuk menang melalui dedikasi hidup dari mereka yang mengenal Juruselamat dengan baik sehingga Roh-Nya dan metode-Nya mengikat mereka untuk memberitahukan ini kepada yang lain.
Yesus bermaksud agar para murid-Nya menghasilkan keserupaan dengan-Nya di dalam dan melalui Gereja yang dikumpulkan dari dunia ini. Maka pelayanan-Nya dalam Roh akan dilipatgandakan melalui pelayanan-Nya dalam kehidupan dari para murid-Nya. Melalui mereka, dan orang lain yang seperti mereka, pelayanan-Nya akan terus meluas di dalam lingkaran yang semakin membesar sampai banyak orang tahu kesempatan yang mereka ketahui dengan sang Guru dengan cara yang serupa. Dengan strategi ini, penaklukkan dunia hanya masalah waktu dan kesetiaan mereka terhadap rencana-Nya.
Yesus telah membangun di dalam diri para murid-Nya struktur dari sebuah jemaat yang akan menantang dan menang atas segala kuasa kematian dan neraka. Pada awalnya Gereja itu kecil, seperti sebutir biji sesawi, tetapi biji itu akan bertumbuh besar dan kuat sampai menjadi lebih besar dari pada sayuran yang lain (Mat. 13:32; bdk. Mrk. 4:32; Luk. 13:18-19). Yesus tidak berharap setiap orang akan diselamatkan (Dia mengenali secara realistis pemberontakan manusia meski ada anugerah), tetapi Dia telah melihat lebih dulu hari di mana Injil keselamatan dalam nama-Nya akan diberitakan secara meyakinkan kepada setiap makhluk. Melalui kesaksian itu Gereja militan-Nya suatu hari kelak akan menjadi Gereja universal dan bahkan akan menjadi Gereja yang menang.
Ini bukan suatu perjuangan yang mudah. Banyak yang akan menderita penindasan dan mati martir dalam pertempuran. Namun, tidak peduli berapa besar pencobaan yang akan menimpa umat-Nya, dan berapa banyak pertempuran sementara yang harus dihadapi, kemenangan akhir sudah pasti. Gereja-Nya pada akhirnya akan menang. Tidak ada yang secara permanen bisa melawannya “atau kuat terhadap kekalahan darinya, atau bisa bertahan melawannya” (Mat. 16:18, terj. bebas).
Prinsip pemberian pekerjaan penginjilan terhadap para murid-Nya dengan jelas ditunjukkan pada saat sebelum Dia naik ke sorga setelah penyaliban dan kebangkitan-Nya. Setidaknya pada empat kesempatan Dia bertemu dengan para pengikut-Nya, Dia berkata kepada mereka untuk pergi dan melakukan pekerjaan-Nya. Itulah pertama kalinya para murid-Nya disebutkan, dengan perkecualian Thomas, pada sore Paskah pertama ketika mereka sedang berkumpul di Ruang Atas. Setelah Yesus menunjukkan tangan dan kaki-Nya yang berlobang kepada para murid-Nya yang terkesima (Luk. 24:38-40), dan makan bersama mereka (ay. 41-43), Dia kemudian berkata, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh. 20:21). Saat itu Yesus juga meneguhkan mereka kembali tentang janji dan otoritas Roh Kudus untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Tidak lama sesudah itu, ketika Yesus sedang mempersiapkan makan bagi para murid-Nya di Laut Tiberias, Dia mengatakan kepada Petrus tiga kali untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-17). Nasihat Yesus ini ditafsirkan bagi Petrus sebagai bukti kasihnya kepada Gurunya.
Di sebuah bukit di Galilea, Dia memberikan Amanat Agung-Nya, bukan hanya kepada para murid-Nya (Mat. 28:16), tetapi juga kepada seluruh gereja, yang berjumlah sekitar 500 orang (1 Kor. 15:6). Itu merupakan pernyataan yang jelas tentang strategi-Nya untuk menaklukkan dunia.
Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:18-20; bdk. Mrk. 16:15-18).
Akhirnya, sebelum Dia naik kembali kepada Bapa, Yesus mengulangi semuanya kembali kepada para murid-Nya untuk terakhir kali, menunjukkan kepada mereka bagaimana semua hal itu harus dipenuhi ketika Dia ada bersama dengan mereka (Luk. 24:44-45). Penderitaan dan kematian-Nya, dan juga kebangkitan-Nya pada hari ketiga, sudah sesuai dengan rencana (ay. 46). Yesus melanjutkan dengan menunjukkan kepada para murid bahwa “dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (ay. 47). Dan untuk memenuhi tujuan ilahi-Nya, para murid juga harus melakukan tidak kurang dari apa yang Guru mereka lakukan. Mereka harus menjadi alat untuk mewartakan kabar baik, dan Roh Kudus akan menjadi pemberi kekuatan dari Allah secara pribadi dalam misi mereka.
- Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8; bdk. Luk. 24:48-4).
Jelasnya Yesus tidak membuat tugas penginjilan mudah dan nyaman untuk dilakukan oleh manusia. Bagi para murid-Nya tugas ini merupakan perintah yang harus dilakukan, diterima secara kesan di hati pada awal mereka menjadi murid, tetapi secara progresif menjadi jelas dalam pikiran mereka selama mereka mengikuti Dia, dan akhirnya dinyatakan secara jelas. Tidak ada orang yang telah mengikut Yesus lebih jauh yang tidak sampai pada kesimpulan ini. Ini berlaku untuk masa itu dan masa kini.
Murid-murid Kristen adalah para pria dan wanita yang diutus diutus untuk mengerjakan pekerjaan penginjilan dunia yang untuknya Tuhan telah diutus, dan untuk itu Dia telah memberikan hidup-Nya. Itu adalah inti dari siapa adanya diri kita dan apa yang kita lakukan. Penginjilan adalah tugas gereja yang memberi makna terhadap semua yang dilakukan dalam nama Kristus. Dengan tujuan ini secara jelas dalam fokusnya, segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan memiliki kepenuhannya yang mulia dalam tujuan penebusan Allah.