Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia
Draf Buku Perspektif
George Patterson
- George Patterson mengajar di Divisi Studi Antarbudaya di Western Seminary di Portland, Oregon. Beliau melatih dan mendidik misionaris-misionaris untuk melipatgandakan gereja di banyak tempat di dunia. Beliau bekerja selama 21 tahun di Honduras Utara melalui sebuah program pengembangan Pendidikan Teologi dan Penginjilan.
Tuhan mengutus kita untuk memuridkan semua “bangsa”(kelompok orang) dengan melatih mereka untuk mematuhi semua perintah-Nya (Mat 28:18-20). Ini artinya bahwa kita memuridkan sebuah “bangsa” hanya jika diresapi oleh murid-murid yang taat yang juga memuridkan orang-orang yang belum diinjili lainnya. Jadi kita tidak melaksanakan mandat itu hanya dengan memulai satu gereja di tengah-tengah sebuah bangsa. Kita, atau orang-orang yang kita utus, harus memulai gereja yang bertumbuh dan berkembang biak secara spontan sebagai kemauan gereja, dalam gereja anak, gereja cucu, gereja cicit dan seterusnya. Perkembangbiakan gereja secara spontan berarti Roh Kudus menggerakkan sebuah gereja untuk mengembangbiakkan gereja-gereja dari dirinya sendiri tanpa pihak luar mendorong prosesnya (Kis 13:1-3). Saya mulai melatih pendeta di Honduras dalam sebuah lembaga teologis tradisional dan memiliki masalah tradisional karena alasan-alasan tradisional. Saya menganggap orang-orang muda cerdas yang saya latih berdedikasi karena mereka datang ke tempat sekolah Alkitab kami. Rencana kami bagi mereka adalah mengembalikan mereka ke kota asal mereka untuk menjadi pendeta-pendeta, namun para lulusan menemukan huruf-huruf bertinta emas pada ijazah mereka tidak cocok dengan tembok batako putih rumah asal mereka. Ini memampukan mereka, bagaimanapun, untuk menghasilkan lebih banyak di kantor the Dole Banana Company.
Atasan saya yang bersuara parau punya nyali untuk menyalahkan kami para guru. Dia berkata kepada kami, “Tutup sekolah ini; mulai muridkan orang-orang.” “Tidak,” saya menentang, “Itu terlalu sulit.” “Alasan! Mereka miskin, bisa sedikit membaca, mata pencaharian petani tapi kalian mengajar seakan-akan mereka orang Amerika kelas menengah yang terpelajar.” Saya menulis kepada teman misionaris saya dari sekolah bahasa, sekarang tersebar di seluruh Amerika Latin, menarik simpati. Mereka memiliki masalah yang sama! “Saya adalah guru tanpa ruang kelas!” saya mengeluh. “Lalu,” atasan saya menukas,” “mengajarlah dengan pengembangan.” “Apa itu?” Dia menyerahkan kepada saya pelana tua yang bau, sambil menjelaskan, “Anda dipromosikan. Inilah Ketua Penginjilan dan Perintisan Gereja di lembaga pengembangan Alkitab Anda yang baru.” Setelah beberapa minggu serangan kata-kata yang tajam dari atasan saya, saya belajar untuk berkomunikasi dengan bagal misi dan berkata, “Hei, saya bisa melakukan TEE seperti ini. Ini hebat.” Atasan saya memperingatkan, “Kalau begitu murid-murid Anda sebaiknya naik dan menggembalakan gereja mereka atau kami akan menutup juga Pendidikan Teologis Dengan Pengembangan ini.”
Saya mengambil studi pastoral untuk keluarga laki-laki (jenis “penatua” di Alkitab) di desa-desa yang dilanda kemiskinan, pegunungan, dan kota-kota. Tidak seperti anak-anak muda mereka yang lajang, mereka memiliki tanaman, pekerjaan atau tanggung jawab keluarga yang menghalangi mereka untuk pergi ke tempat sekolah Alkitab kami. Mereka juga kurang memiliki pendidikan untuk menyerap pengajaran intensifnya. Namun pria-pria yang lebih tua ini, dengan asal-usul desa dan barrio, bisa memulai penggembalaan disertai rasa hormat dari masyarakat dengan lebih mudah daripada para pemuda lajang. Dengan anugerah Allah saya perlahan-lahan belajar untuk menginjili dan memuridkan orang-orang yang lebih tua ini sedemikian sehingga memampukan mereka untuk naik dan menggembalakan gereja desa kecil mereka. Sebagaimana terjadi di banyak lahan yang masih belum terjangkau saat ini, kami mulai melihat perkembangan bukan melalui salah satu pertumbuhan gereja yang besar atau cepat, namun melalui perkembangbiakan banyak gereja kecil secara perlahan namun pasti.Saya bisa menghindari tahun-tahun pergumulan mencari prinsip perkembangbiakan gereja yang saya lihat pertama di buku operator. Perjanjian Baru menertibkan prinsip-prinsip, sungguh-sungguh menerapkan, sehingga memampukan gereja-gereja untuk berkembang biak di Honduras dan banyak lahan lainnya. Lahan pencobaan program berdasarkan prinsip-prinsip ini memberikan hasil bagus yang konsisten di Amerika Latin dan Asia, termasuk lahan tidak bersahabat dimana penginjilan tidak diijinkan. Kita harus membedakan antara prinsip-prinsip umum ini dengan aplikasi-aplikasi budaya khusus. Prinsip berdasarkan Alkitab itu sendiri, jika diterapkan dengan metode yang relevan secara budaya, akan memampukan gereja untuk berkembang biak dimanapun ada banyak “tanah yang subur.” Secara teologis, tanah yang subur dibutuhkan untuk benih Injil untuk mencabut akar dan berlipat ganda adalah orang jahat, dan mereka ada banyak (Rm 5:20-21; Mat 13:18-23; Ef 2:1-10).
Misionaris atau bukan, seseorang dapat melipatgandakan murid dengan melalukan empat hal sederhana ini:
- Mengenal dan mengasihi orang yang Anda muridkan.
- Memobilisasi murid Anda untuk segera mendidik orang yang mereka muridkan.
- Mengajar dan mempraktekkan ketaatan kepada perintah dasar Yesus dalam kasih, sebelum dan di atas semua yang lain.
- Membangun hubungan mendidik yang penuh kasih serta dapat dipertanggungjawabkan antara murid dan gereja dalam rangka mengembangkan gereja.
Daftar isi |
1.Mengenal dan Mengasihi Orang yang Anda muridkan
Kita harus mengenal dan mengasihi orang-orang sebelum kita bisa memuridkan mereka. Ketika Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya untuk “lihatlah ladang,” mereka merasa kesulitan untuk mengasihi orang-orang Samaria di sekitar mereka. Mereka tidak bisa melihat orang Samaria menerima anugerah Allah.
Batasi Wilayah Tanggung Jawab Anda kepada Satu Kelompok Orang atau Komunitas
Kita harus fokus pada satu kelompok orang, satu yang Allah berikan kepada kita. Paulus tahu wilayah tanggung jawabnya di hadapan Allah (2 Kor 10:12-16; Kis 16:6-10; Gal 2:8). Dia tahu gereja macam apa yang akan didirikan dan dimana. Bagi sebuah gerakan perkembangbiakkan gereja, sebuah tim perintisan gereja perlu fokus yang jelas dari Allah. Wilayah saya adalah kelompok orang yang berbahasa Spanyol di Bukit Aguan dan pegunungan sekitarnya. Perlu untuk menjadi jelas. Di tempat asal atau di luar negeri setiap murid perlu bertanya: “Untuk siapa saya bertanggung jawab?” Jika seorang misionaris gagal melakukan ini, batasan geografis dan etnis dari pelayanannya akan tetap kabur. Dia akan melompat dari satu kesempatan ke kesempatan yang lain. Saya bertanya kepada salah seorang pencari emas yang mengembara di Amerika Tengah apa wilayah tanggung jawabnya. “Oh,” dia berkata, “Saya memenangkan negeri bagi Kristus.” Dia pergi dari kota ke kota berkhotbah di penjara-penjara dan kamp-kamp tentara; dia membagi-bagikan traktat dari Cessna-nya. Ini menyenangkan dan orang-orang pulang dengan semangat membiayainya, namun dia tidak pernah mendirikan sebuah gereja yang berkembang biak sampai dia belajar untuk memeluk orang-orang di komunitas dalam hatinya. Memilih orang-orang Anda di sebuah lahan yang baru memerlukan studi dan doa. Berdiskusi dengan misionaris-misionaris lain, dengan warga negara, dan dengan Allah sendiri untuk bimbingan. Mengenal sebuah kelompok orang berarti menyentuh hati individu-individunya. Tertawa dengan mereka yang tertawa. Menangis dengan mereka yang menangis. Bermain kelereng dengan Chimbo yang berusia 2 tahun dan bermain catur dengan kakeknya (atau apapun yang mereka mainkan di alun-alun). Hal ini akan membantu Anda jika membiarkan dia mengalahkan Anda. Ini berlaku dalam perdebatan agama, juga. Bahaya untuk selalu menjadi “benar” ketika Anda adalah anak baru di blok. Belajar untuk menghargai orang-orang dan cara mereka, bahkan orang tua yang ompong. Dengarkan dan belajar sampai Anda menemukan hal-hal itu dalam agama dan budaya rakyat mereka yang membantu mengomunikasikan Injil.
Biarkanlah Gereja Menjadi Bagian dari Rakyat
Seperti perintis gereja yang paling tidak berpengalaman saya mulai “mengkhotbahkan hal-hal pokok” pertama-tama, bukannya gereja-gereja asli Perjanjian Baru. Seseorang pergi setiap minggu ke sebuah komunitas dimana satu kelompok berkumpul untuk mendengar khotbah mimbar dan bernyanyi (dengan baik, setidaknya berusaha untuk menyanyi). Para petobat tidak dibaptis. Para pemimpin lokal tidak dilatih. Perjamuan Tuhan diabaikan. Tidak seorang pun yang tahu secara pasti siapa orang-orang Kristen. Pemuridan yang berkorban dan taat memberi jalan untuk hiburan ( sebuah tradisi yang dibawa oleh misionaris Amerika). Khotbah hal-hal pokok mengembangkan kepribadian mereka sendiri; mereka dengan keras kepala menolak untuk berkembang menjadi gereja-gereja yang taat, memberi, dan berkembang biak. Mereka menjadi spon yang menyerap waktu dan tenaga dari para pekerja luar dan tidak menghasilkan apa-apa – kecuali belas kasihan Allah belaka yang mengesampingkan rutinitas kami.
Temukan apa yang orang-orang gereja bisa lakukan dan rencanakan sebelum merencanakan struktur, bentuk, dan organisasinya. Saya harap Anda membutuhkan waktu lebih sedikit daripada yang saya butuhkan untuk belajar bahwa khotbah mimbar yang formal tidak efektif (dan sering ilegal) di banyak lahan yang tetap belum terjangkau hari ini. Anda bisa mengkhotbahkan Firman dengan kuasa dalam berbagai cara jika Anda mengenal orang-orang Anda. Kami menggunakan pembacaan Alkitab, lagu, musik dan lirik yang dibuat oleh warga, puisi, simbol, dan mendongeng. Mereka bernyanyi dengan lebih antusias jika mereka menciptakan lagu-lagu dalam gaya lokal. Biarkan identitas gereja baru itu sendiri yang menjadi bukti. Ketahuilah dengan persis apa yang Anda targetkan dalam komunitas: badan yang tersusun baik terdiri dari murid-murid Yesus Kristus yang taat. Sekali saya pernah membuat kesalahan dengan membiarkan ada lebih banyak penolong dari luardaripada anggota-anggota komunitas itu selama pembaptisan pertama dan perayaan Perjamuan Tuhan. Gereja itu mati saat lahir. Harus ada sebagian besar dari komunitas itu sendiri, terutama pada saat pembaptisan pertama atau pertemuan ibadah, jika tidak gereja tidak akan lahir sebagai sebuah kesatuan yang berbeda dalam masyarakat. Para petobat kami merasa bahwa mereka hanyalah ditambahkan ke beberapa organisasi milik pihak luar. Saya merampas pengalaman menggetarkan mereka ketika saling menatap dan berkata, “Kita sekarang adalah gereja di sini!” Mereka harus melihat gereja baru dilahirkan sebagai bagian dari komunitas mereka.
Daftar Apa yang akan Anda Lakukan untuk Mengembangkan Jumlah Murid Di antara Satu Kelompok Orang
Mari berasumsi Anda meneliti semua faktor dengan baik: ras, budaya, logistik, latar belakang perkotaan dibandingkan pedesaan, kemiripan bahasa, tingkat pendidikan dan ekonomi, dll. Anda belajar bahasanya. Lalu Anda masuk ke bis yang penuh ke lahan baru Anda dengan tim perintis gereja, semirip mungkin dengan orang lokal dalam semua hal. Beberapa atau mereka semua mungkin berasal dari negara berkembang lain. Anda senang karena mereka tidak perlu melakukan lompatan budaya yang jauh yang menunda perintisan gereja bertahun-tahun (semakin sedikit respons orang terhadap misionaris, semakin penting kecocokan budayanya). Akhirnya Anda sampai, mengeluarkan sikat gigi, menarik nafas panjang, berdoa, melangkah keluar dan menemukan lima puluh ribu orang tinggal di sekitar Anda yang mengira bahwa Yesus adalah sepupu John Wayne. Lalu bagaimana?
Apa yang sering pertama kali menentukan arah pekerjaan Anda, baik atau buruk, untuk tahun-tahun mendatang. Akankah itu mengarah ke gereja-gereja yang berkembang biak? Langkah yang tepat akan bervariasi di masing-masing lahan namun akan selalu meliputi mengajar para petobat pertama-tama untuk mematuhi perintah dasar Yesus (Mat 28:18-20). Ambi rute terpendek yang memungkinkan untuk memulai gereja yang nyata: Satu kelompok orang percaya kepada Kristus setia untuk mematuhi perintah-perintah-Nya. Di lahan rintisan, mulai dengan awal yang kecil, mungkin hanya tiga atau empat anggota. Ini akan berkembang jika Anda memuridkan orang seperti yang dikatakan Yesus. Hindari lembaga-lembaga jika memungkinkan pada tahap pijakan ini (program pengembangan komunitas yang tidak berkaitan dengan pendirian gereja, sekolah, klinik, dll.) Yang paling baik adalah membiarkan ini datang belakangan. Di Honduras kami membangun pekerjaan pengembangan komunitas, namun berkembang ke luar dari gereja, bukan sebaliknya. Kami mengajarkan ketaatan terhadap hukum yang terutama tentang mengasihi sesama dengan cara yang praktis. Sebuah program kemiskinan dapat membantu pendirian gereja jika keduanya terintegrasi oleh Roh Kudus. Namun gereja yang bergantung pada lembaga-lembaga amal hampir selalu dikuasai oleh misionaris asing dan jarang berkembang biak.
Untuk memulai sebuah gereja yang akan berlipat ganda dengan cara yang normal dalam sebuah lahan rintisan tanpa pendeta yang berpengalaman atau gereja yang terorganisir, lakukanlah langkah-langkah berikut (ganti jika kondisi lokal memerlukannya):
a) Bersaksi pertama-tama kepada kepala keluarga laki-laki. Kami sering menceritakan kisah-kisah Alkitab yang bisa mereka sampaikan dengan segera, bahkan sebelum diselamatkan, kepada keluarga dan teman-teman mereka sendiri. Kami pergi bersama mereka untuk menunjukkan caranya. Mengapa kepala keluarga laki-laki? Kami bekerja dalam sebuah budaya macho (tepat dimana kata macho berasal, dimana kaum laki-laki membawa parang yang diasah tajam dan siap menggunakannya). Kepemimpinan wanita, benar atau salah, membatasi penjangkauan pekerjaan yang sama sekali baru. Jika sebuah gereja didirikan dengan pendeta atau penatua laki-laki, maka perempuan bisa mengambil profil yang lebih tinggi. Jadilah peka dengan norma-norma komunitas Anda, terutama dalam kesan pertama yang Anda berikan tentang gereja.
b) Membaptis semua orang percaya yang bertobat tanpa penundaan (seluruh keluarga jika memungkinkan). Pertama-tama saya bertindak seolah burung pemakan bangkai yang besar bertengger di bahu saya menunggu-nunggu untuk menerkam para petobat kita yang terjatuh; Saya menunda baptisan untuk meyakinkan bahwa mereka “aman,” Saya segera melihat, namun begitu, bahwa alasan saya yang sesungguhnya dari banyak yang jatuh adalah ketidakpercayaan saya. Itulah yang lucu tentang anugerah Allah; Dia ingin kita membiarkannya berlimpah-limpah di atas ketidaklayakan (Rm 5:20-21).
c) Memberikan gaya ibadah yang dapat dipimpin oleh penatua baru-dalam-pelatihan dan bisa diajarkan kepada orang lain. Jangan mengundang publik sampai para pemimpin lokal dapat memimpin ibadah. Merayakan Perjamuan Tuhan setiap minggu sebagai pusat ibadah, khususnya sampai orang-orang lokal cukup dewasa untuk berkhotbah dengan cara mendidik yang rendah hati.
d) Mengatur yayasan penatua sementara sesegera mungkin ketika orang-orang yang dewasa bertobat. Menunjukkan kepada mereka bagaimana memenangkan dan menggembalakan orang-orang mereka sendiri dengan segera. Ingat, ini adalah untuk lahan rintisan tanpa pendeta yang berpengalaman atau gereja yang terorganisir. Kami, seperti Paulus, harus memakai orang-orang terbaik yang Allah berikan kepada kami sebagai gereja yang berlipat ganda, atau murid-murid baru tidak memiliki kepemimpinan sama sekali (Kis 14:23).
e) Mendaftar penatua-penatua baru ini dalam pelatihan pastoral magang. Jangan keluarkan mereka dari orang-orang mereka sendiri untuk pelatihan. Bertemu dengan mereka setiap dua atau tiga minggu (lebih sering jika memungkinkan) sampai mereka dimobilisasi.
f) Menyediakan daftar kegiatan yang direncanakan untuk jemaat, mulai dengan perintah Kristus dan rasul-rasul-Nya. Membuat semua orang tahu kemana dia dan apa yang dia butuhkan untuk mempelajari masing-masing kegiatan. Memakai ini sebagai checklist untuk memonitor kemajuan penatua yang Anda latih, baik dalam studi maupun pekerjaan pastoral, ketika mereka bermobilisasi ke pelayanan orang-orang mereka sendiri.
2.Membantu Murid Memuridkan Murid Lain
Memobilisasi murid-murid Anda segera untuk mendidik orang-orang yang sedang mereka muridkan. Untuk membangun Gereja sebagai tubuh yang hidup dan berkembang biak, Paulus menyuruh pendeta dan guru untuk melatih anggota gereja untuk pelayanan, untuk mendidik Tubuh Kristus (Ef 4:11-12).
Membangun Hubungan yang Mendidik dengan Para Pemimpin yang Anda Muridkan
Seperti sebagian besar misionaris baru, saya terlalu serius. Saya khawatir dengan apa yang dicapai oleh murid-murid saya. Perlu bertahun-tahun bagi saya belajar untuk duduk saja dengan minuman santan saya, menertawakan kekeliruan saya sendiri dan percaya Roh Kudus melakukan pekerjaan-Nya dalam diri murid-murid saya. Bagaimana kita bisa memampukan para pemimpin yang kita latih untuk saling mendidik dan mendidik orang-orang mereka melalui hubungan pribadi dan dalam kasih?Paulus meninggalkan murid pastoralnya Timotius untuk bekerja dengan para penatua di gereja yang baru didirikan dengan perintah ini: “Apa yang telah engkau dengar dari padaku ... percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” Betapa dinamis dan berkembangbiaknya hubungan “Paulus-Timotius” antara guru dan murid! Jika Anda belum pernah mencoba untuk mengajar seperti cara Yesus dan rasul-rasul-Nya, Anda masuk untuk sebuah berkat. Jika ini menakutkan Anda, mulailah dengan satu atau dua pemimpin potensial saja. Melatih mereka dalam kerja magang; mengambil tanggung jawab untuk pelayanan efektif mereka. Pemuridan pribadi tidak berarti “satu-satu” (Yesus mengajar 12), juga bukan hanya untuk menangani kebutuhan pribadi (Yesus menghabiskan sebagian besar waktu-Nya memuridkan secara pribadi pemimpin Gereja tingkat atas, rasul-rasul itu juga).
Di Honduras saya biasanya mengajar satu sampai tiga murid dalam cara dimana mereka bisa meniru dan menyampaikannya kepada yang lain dengan segera. Saya menolong masing-masing mereka untuk memiliki pelayanan yang efektif. Saya mengajar dan memberi contoh apa yang akan dia sampaikan pada orang-orangnya sendiri dan para peserta pelatihan pastoralnya dalam gereja anak dan gereja cucu. Ini mengajar penatua lainnya yang mengajar hal lain seperti yang disuruh Paulus kepada Timotius. Rantai bertumbuh lebih dari seratus pendeta dalam pelatihan, semua penatua gereja-gereja. Segera ketika sebuah gereja baru lahir, pekerja luar mendaftar pemimpin lokal, biasanya penatua sangat dihormati oleh orang-orangnya, dan mulai menyampaikan kepadanya doktrin dan materi yang sama seperti yang dia sendiri telah terima. “Timotius” yang baru ini mengajar para penatua lainnya di gereja mudanya. Gereja itu terus berlipat ganda selama setiap muridmelakukan segala sesuatu dengan cara yang bisa ditiru dengan segera oleh murid-muridnya.Saya berhenti mengajar dan berkhotbah dengan cara profesional seperti yang biasanya aku lakukan (mereka mengaguminya, namun tidak bisa menirunya). Saya berhenti menggunakan peralatan elektronik termasuk film dan hal lain yang tidak tersedia untuk semua pekerja kami. Itu sulit pada orang Barat yang berorientasi teknologi terbiasa dengan peralatan dan dikondisikan untuk memakai teknologi terkini bagi kemuliaan Kristus.
Setelah kami mengembangkan hubungan murid Paulus-Timotius dalam kasih, kami jarang harus mendiskusikan pendirian gereja. Roh Kudus menyalurkan Firman Allah melalui hubungan ini untuk memobilisasi pengikut Timotius dan gereja yang berkembang biak mengurus dirinya sendiri. Awalnya saya gagal untuk mempercayai Roh Kudus dan mendorong orang-orang itu sendiri. Saya mendikte aturan-aturan dan prasyarat untukmenjaga doktrin dan gereja murni dan memastikan orang-orang melakukan pekerjaan mereka. Hal itu memperberat pekerjaan; satu kegagalan yang pahit diikuti dengan yang lainnya. Saya berdoa, “Tuhan, saya tidak mau pelayanan besar saya sendiri; biarlah saya menolong orang-orang Honduras memiliki pelayanan yang baik.” Allah menjawab doa ini. Saya juga belajar melalui kekecewaan untuk membiarkan orang-orang mereka sendiri menentukan pemimpin mereka sendiri, dengan memakai 1 Timotius 3:1-7.
Kami belajar untuk tidak mendirikan gereja dulu baru melatih para pemimpin bagi mereka; atau tidak melatih para pemimpin dulu baru kemudian menyuruh mereka mendirikan gereja-gereja mereka. Kami mengawinkan dua usaha dalam satu pelayanan. Budaya Amerika saya mendorong saya pertama untuk mengkotakkan organisasi kami, mengisolasi para pelayannya. Namun, saya belajar, untuk membiarkan Roh Kudus mengintegrasikan beragam pelayanan dan karunia dalam kesatuan tubuh (1 Kor 12:4-26). Saya juga mulai dengan sasaran pendidikan yang berfokus pada mendidik pemimpinnya. Namun menurut Efesus 4:11-16, pendidikan kita seharusnya hanya berusaha untuk mendidik gereja di dalam kasih.Saya harus mendisiplin diri saya sendiri untuk menjaga pandangan orang-orang murid saya sebagaimana yang saya ajarkan dan tidak berfokus hanya pada murid saya dan isi pengajaran.
- A Passive, Pastor-centered Church : Sebuah Gereja yang Berpusatkan Pendeta yang Pasif
- A weak pastor dominates his church: Seorang Pendeta Lemah Mendominasii Gerejanya.
- Interaction in a Dynamic Church: Interaksi dalam Gereja Dinamis
- New nuclei of leadership readily form both within the mother church and in daughter churches: Inti kepemimpinan yang baru siap membentuk keduanya dalam gereja induk dan juga dalam gereja-gereja anak.
- A strong pastor promotes ties between all members: Seorang Pendeta kuat mempromosikan hubungan antara semua anggota.
Sebelum saya belajar untuk meniru cara Kristus dan rasul-rasul-Nya memuridkan, saya merasa puas jika murid saya menjawab pertanyaan ujian dengan benar dan menyampaikan khotbah yang baik di dalam kelas. Saya tidak melihat ataupun peduli apa yang dia lakukan dalam gerejanya dengan apa yang dia pelajari. Saya perlahan-lahan belajar untuk melihat melampaui murid saya ke pelayanannya bersama orang-orangnya. Saya menanggapi kebutuhan gerejanya dengan mendengarkan di awal setiap sesi tentang laporan-laporan murid-murid saya. Kemudian saya sering menyisihkan apa yang telah saya persiapkan dan justru mengajar apa yang dibutuhkan oleh orang-orang dari masing-masing murid pada saat itu.
Pada awalnya sulit untuk membiarkan kebutuhan gereja berkembang dan peluang mendikte urutan kurikulum fungsional. Dalam banyak waktu pemuridan saya, seperti pengajaran Surat-surat, menjadi pemecahan masalah. Ya, jika kita memulai gereja-gereja yang berkembang biak kita akan memiliki masalah. Para rasul juga mengalaminya. Untuk menghindari masalah, jangan memiliki anak-anak dan jangan memiliki gereja.
Mendorong Hubungan Kemajuan Pendidikan Pengajaran Antara Pemimpin dan Murid Mereka
Pendeta atau kepala penatua menjadi contoh bagi semua pemimpin. Mereka pada gilirannya memampukan semua anggota dari jemaat bayi untuk saling melayani dalam kasih. Seorang pendeta yang lemah mendominasi jemaatnya. Dia berusaha untuk melakukan semuanya atau mendelegasikannya dengan cara yang menuntut. Dia menggiring bukannya memimpin (baik Yesus maupun Petrus melarang menggiring dengan cara yang menuntut: Mat 20:25-28; 1 Ptr 5:1-4). Dimana seharusnya pendeta dalam lahan misi melakukan praktek yang buruk dari menggiring orang lain? Itu bukan semua budaya; mereka belajar itu dari kami para misionaris. Saya memperlengkapi satu-satunya model yang dimiliki pendeta baru di lahan rintisan kami. Karena pendidikan dan sumber daya saya yang lebih tinggi, saya memutuskan untuk rekan-rekan yang kurang berpendidikan. Pada saat yang sama, sama seperti kebanyakan misionaris, saya merasa tidak aman dan terlalu melindungi gereja-gereja pertama. Seorang misionaris yang kuat, seperti seorang pendeta yang kuat, tidak takut untuk memberi wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain. Dia tidak memaksa para pekerja yang bersedia dan berbakat ke dalam celah dalam organisasinya, melainkan membangun pelayanan di sekitar mereka.
3. Mengajarkan Ketaatan Kepada Kristus
Di atas dan sebelum semua yang lain, mengajar dan mempraktekkan ketaatan kepada perintah Yesus dalam kasih. Setelah menegaskan keilahian-Nya dan otoritas total atas bumi, Yesus mengutus Gereja-Nya untuk memuridkan orang yang mematuhi semua perintah-Nya (Mt 28:18-20). Perintah-Nya menempati prioritas di atas semua aturan kelembagaan lainnya (bahkan Konstitusi Gereja suci dan Anggaran Rumah Tangga). Ketaatan ini adalah selalu di dalam kasih. Jika kita mematuhi Allah karena alasan yang lain, itu menjadi legalisme belaka. Allah membenci itu.
Mulai Langsung dengan Ketaatan dalam Kasih kepada Perintah Dasar Yesus
Untuk mendirikan gereja di lahan rintisan, tujuan untuk setiap komunitas adalah memiliki sebuah kelompok orang percaya di dalam Kristus yang berkomitmen untuk mematuhi perintah-Nya. Definisi gereja ini bisa mendapat angka D- jika Anda belajar teologi, namun semakin Anda menambahkannya, akan semakin sulit bagi gereja yang Anda mulai untuk berkembang biak. Kami meminta para petobat untuk menghafal daftar tentang perintah-perintah dasar Kristus sebagai berikut:
a) Bertobatlah dan percaya(Mrk 1:15)
b) Dibaptis dan terus ada dalam hidup yang baru yang telah dimulai (Mat 28:18-20; Kis 2:38; Rm 6:1-11)
c) Kasihilah Allah dan sesama dengan cara yang praktis (Mat 22:37-40)
d) Merayakan Perjamuan Tuhan (Luk 22:17-20)
e) Berdoa (Mat 6:5-15)
f) Memberi (Mat 6:19-21; Luk 6:38)
g) Memuridkan Orang Lain (Mat 28:18-20)
Hafalkan hal-hal itu. Anda tidak bisa menjadi ataupun menjadikan murid yang taat kecuali hal-hal itu menjadi dasar pengalaman Kristen Anda. Hal-hal itu adalah ABC dst dari keduanya yaitu pemuridan dan pendirian gereja.
Menentukan Sasaran Penginjilan dan Pendidikan Teologis dalam Hal Ketaatan
Jangan hanya mengkhotbahkan “keputusan,” jadikan murid-murid yang taat. Hanya murid-murid yang akan menghasilkan sebuah gereja yang berlipat ganda secara spontan di dalam sebuah budaya. Pertimbangkan dua perintah: “Bertobatlah dan percaya” dan “Dibaptis.” Dalam budaya Barat seseorang berdiri sendirian di hadapan Allah dan “memutuskan” untuk Kristus namun di budaya-budaya lain, pertobatan yang tulus memerlukan interaksi dengan keluarga dan teman-teman. Iman, pertobatan dan baptisan yang segera atas seluruh keluarga atau kelompok – bukan undangan untuk membuat sebuah keputusan – adalah normanya (Kis 2:36-41; 8:12; 10:44-48; 16:13-15,29-34; 18:8). Pertobatan lebih dalam daripada sebuah keputusan; itu adalah perubahan permanen yang ditimbulkan oleh Roh Kudus. Kita dilahirbarukan lagi. Sedikit keputusan murni secara intelektual di budaya manapun yang menyebabkan pemuridan yang taat dan permanen. Kami menemukan bahwa ketika kami membaptis orang-orang percaya yang bertobat cukup cepat, tanpa memerlukan kursus doktrin yang panjang dulu, sebagian besar kemudian meresponi pelatihan kami dalam pemuridan yang taat. Doktrin yang rinci menyusul kemudian. Mengajar teologi yang berat sebelum seseorang belajar mengasihi, ketaatan seperti anak-anak berbahaya. Itu membuat seseorang menganggap bahwa kekristenan memiliki doktrin kitab suci yang benar dan meninggalkannya begitu saja. Dia menjadi pembelajar Firman yang pasif dan bukan menjadi murid yang aktif.
Kami mengajar pendeta-pendeta kami untuk mengarahkan semua kegiatan gereja ke perintah Perjanjian baru. Ketika mereka mengajarkan Firman Allah, mereka membiasakan orang-orang mereka untuk membedakan tiga tingkatan otoritas: perintah Perjanjian Baru, praktek kerasulan, dan tradisi manusia. Dengan perintah Perjanjian Baru di paling atas, termasuk perintah yang diberikan rasul-rasul Yesus, selalu ada penekanan pada melayani Kristus. Otoritas tingkat kedua, praktek kerasulan, memberikan teladan dan pola yang menolong. Kami memiliki kebebasan untuk mengikuti hal-hal itu, namun kami tidak melarang mereka. Tradisi manusia dievaluasi dan dinilai kegunaan tradisi-tradisi itu.
Hampir semua pemisahan dan pertengkaran gereja bermula ketika seseorang yang lapar akan kekuasaan mencari pengikut yang hanya menempatkan praktek kerasulan atau kebiasaan-kebiasaan manusia (otoritas tingkat 2 atau 3) di tingkat teratas sebagai hukum. Kami menciptakan panduan kurikulum pelatihan pastoral yang sederhana. Berdasarkan tujuh perintah umum Kristus (yang terdaftar sebelumnya), kami memiliki menu pelayanan yang mencakup topik-topik seperti penginjilan, doa, memberi, pelayanan pastoral, pengajaran, mengasihi sesama, membangun karakter, konseling,
Tiga Tingkat Otoritas Alkitab
Untuk membantu gereja yang berorientasi ketaatan berlipat ganda, sangatlah menolong untuk membedakan dan memprioritaskan tiga tingkat otoritas yang berbeda:
1.Perintah Perjanjian Baru: Ini membawa semua otoritas surga. Ini termasuk perintah Yesus yang menginspirasi para rasul dalam Surat-surat mereka. Ini berlaku hanya bagi orang Kristen dewasa yang dibaptis yang telah menjadi anggota sebuah gereja. Kami tidak memberikan suara kepada mereka ataupun berdebat tentang melakukan hal-hal ini. Ini selalu di atas aturan-aturan organisasi manusia.
2.Praktek Kerasulan (tidak wajib): Kami tidak bisa memaksakan ini sebagai hukum karena Kristus sendiri memiliki otoritas untuk membuat hukum bagi Gereja-Nya sendiri, yaitu Tubuh-Nya. Kami juga tidak bisa melarang praktek mereka karena mereka memiliki kerasulan yang bisa dijadikan teladan. Contohnya termasuk: menyimpan milik bersama, menumpangkan tangan pada para petobat, merayakan Perjamuan Tuhan seringkali di rumah-rumah memakai satu cawan dan membaptis di hari yang sama dengan pertobatan.
3.Kebiasaan manusia: Praktek-praktek tidak disebutkan di Perjanjian Baru hanya memiliki otoritas dari kesepakatan sukarela kelompok. Jika itu melibatkan disiplin, kesepakatan diakui di surga (namun hanya untuk jemaat itu; kami tidak menilai jemaat lain dengan kebiasaan kami sendiri: Mat 18:15-20). Masing-masing memiliki nilai – namun gereja-gereja berlipat ganda lebih cepat ketika para pemimpin didorong untuk membedakan antara tiga tingkatan otoritas ini dan menjadikan ketaatan pada perintah Perjanjian Baru sebagai prioritas utama yang tidak bisa dinegosiasikan.
ibadah, mengembangbiakkan gereja anak dan misi. Untuk setiap topik, pengajaran meliputi semua bidang utama dari Alkitab, doktrin dan sejarah gereja dimanapun mereka membantu gereja pada waktu itu dengan sebaik-baiknya. Dengan menjaga pendidikan teologi berkaitan dengan hal pokok ketaatan kepada Kristus, kami menghindari hanya mengajarkan topik-topik. Dengan demikian, pelatihan teologis kami selalu berfokus pada melatih mereka untuk taat. Urutan dimana Anda memilih hal pada menu pelatihan harus berdasarkan terutama pada apa yang Anda dengar. Segalanya bergantung pada kesiapan guru untuk mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan dan pergumulan perkembangan saat ini.
4.Menolong Gereja Membangun dan Melipatgandakan Gereja Lain
Gereja anak yang sehat membutuhkan kasih, hubungan memuridkan yang mendidik di dalam diri mereka sendiri dan dengan gereja induk (Kis 11:19-30; 14:21-28; 15:1-2,28-31). Jika gereja Anda, perintisan gereja atau pelatihan organisasi sudah terbentuk, tambahkan pemuridan pribadi ini; jangan bersikeras pada perubahan yang kejam.
Membantu Setiap Gereja Baru untuk Berkembang Biak
Setiap gereja harus mengutus para pekerja untuk mengembangbiakkan gereja-gereja anak, seperti yang dilakukan di gereja Anthiokia (Kis 13:1-3). Di Efesus 4:1-12 Allah telah berjanji untuk memberi “rasul-rasul” kepada setiap gereja (dengan rasul-rasul mari kita menganggap bahwa ini berarti “orang-orang yang diutus” dalam pengertian yang umum). “Rasul-rasul” ini adalah orang-orang yang Allah tempatkan di setiap gereja yang memiliki kaki yang gatal untuk membawa DNA gereja ke wilayah yang baru. Semakin lama Anda menunggu memobilisasi gereja untuk pelipatgandaan, semakin sulit untuk memprogram ulang pemikirannya. Ajarkan kepada orang-orang Anda sukacita berkorban untuk berpisah dari perpuluhan dan pemimpin terkuat mereka, dalam kuasa Roh Kudus seperti jemaat Anthiokia, untuk memperluas kerajaan Allah. Setelah berdoa dan mungkin berpuasa, adakan ibadah pemisahan formal dengan penumpangan tangan, seperti yang mereka lakukan. Ingat, bukan individu yang berkembang biak, namun jemaat yang berdoa dan digerakkan oleh Roh Kudus.Biarlah setiap gereja baru menjadi sambungan dalam rantai. Pekerja pengembangan pribadi hanyalah lengan gerejanya. Mintalah para pemimpin gereja yang baru untuk memetakan rencana mereka sendiri. Mereka harus mengambil inisiatif (jangan memaksakan rencana Anda kepada mereka; cukup ajari mereka apa yang dikatakan Firman tentang tugas mereka dan biarkan mereka merespon). Sebagai contoh, kami meminta pendeta kami untuk menggambar sebuah peta besar dengan panah menunjuk desa-desa yang mereka rencanakan untuk dijangkau oleh gereja mereka secara langsung atau melalui gereja-gereja anak atau gereja-gereja cucu mereka. Para pekerja gereja mereka kemudian membubuhkan nama mereka di samping kota-kota itu atau lingkungan yang akan mereka doakan dan rencanakan.
Tunjukkan Kepada Setiap Orang Percaya Baru Bagaimana Bersaksi kepada Teman dan Saudara
Roh Kudus mengalir dengan mudah melalui ikatan yang ada antara anggota keluarga dan teman-teman dekat (Kis 10:24,44). Jaga para petobat baru dalam hubungan kasih dengan mereka (jangan menarik mereka keluar dari lingkaran untuk menaruh mereka di sebuah lingkungan Kristen yang aman, kalau tidak ikatan yang sama itu yang bertujuan menyebarkan Injil bisa menjadi penghalang). Kami mempersiapkan studi Injil yang sederhana (kebanyakan cerita-cerita Alkitab) yang bahkan orang buta huruf pun bisa menggunakannya seketika itu juga untuk menyaksikan iman mereka yang baru. Kami mendampingi mereka untuk menunjukkannya, memberi contoh semuanya sedemikian sehingga mereka bisa segera menirukan.
Membangun Hubungan Memuridkan Antar-Gereja yang Mendidik
Pada awalnya saya menerapkan gereja “kehidupan tubuh” hanya kepada jemaat lokal. Lalu saya belajar untuk membangun hubungan memuridkan antar-gereja yang bisa dipertanggungjawabkan. Para penatuan di satu gereja dengan berkorban mendisiplin pendeta yang kurang berpengalaman di gereja-gereja anak atau cucu. Kadang-kadang perjalannya sulit bagi penatua yang lebih tua, dan pekerja utama dari gereja anak mengendarai kudanya ke gereja induk setiap dua minggu atau lebih. Dimana gereja berjarak satu atau dua hari perjalanan, guru dan murid bergantian merencah melewati jalur berlumpur.
Waspadalah terhadap strategi buruk dari gereja induk yang mengirim pekerja ke beberapa gereja anak sekaligus, seolah-olah dia adalah satu-satunya gereja dengan kuasa Allah yang mengembangbiakkan. Strategi “pusat” (lihat bawah) menguras habis para pekerja dan menghambat gereja induk. Kuasa Allah, yang melekat di dalam semua gereja dimana Roh Kudus berdiam, memampukan sebuah gereja baru untuk memulai sebuah gereja anak dan melatih para penatuanya untuk membantunya berkembang dan berkembang biak menjadi gereja-gereja cucu. Muridkan saja para murid dan lihat apa yang terjadi!
Strategi “Pusat”
Strategi “pusat” merupakan strategi yang buruk karena menanggap bahwa hanya gereja induk yang memiliki kuasa yang mengembangbiakkan. Itu menguras habis para pekerja dan gagal untuk berlipat ganda.
Mother Church:Gereja Induk
Evangelism:Penginjilan
Daughter Churches:Gereja-gereja Anak
An Extension Network:Sebuah Jaringan Pengembangan
Extension networks help daughter churches reproduce granddaughter churches:Jaringan pengembangan menolong gereja-gereja anak mengembangbiakkan gereja-gereja cucu.
Daughter, Granddaughter, and Great-Granddaughter Churches:Gereja-gereja Anak, Cucu, Cicit
Evangelism and Education:Penginjilan dan Pendidikan
Rantai itu bukan hirarki untuk mengontrol – guru-guru relawan tanpa wewenang secara organisasi bekerja dengan murid-murid relawan. Dibutuhkan keringat dan keberanian untuk membangun hubungan ikatan penuh kasih antara gereja-gereja ini, menolong orang untuk mengenal, mengasihi dan saling melatih demi pelayanan pastoral yang cepat. Dalam prosesnya orang-orang ditembak, dibunuh dengan parang, lemah karena penyakit dan hampir tenggelam. Itu sebanding.
Dosa misionaris Barat modern yang paling umum adalah mengendalikan gereja-gereja nasional. Saya harus belajar untuk tidak ikut-ikutan dan membiarkan kuasa Roh Kudus yang melekat di dalam gereja-gereja menghasilkan pelayanan-pelayanan yang olehnya gereja-gereja dididik dan dikembangbiakkan. Saya membimbing, mendorong, mengajarkan Firman dan mengonseling, namun tidak lagi memaksa. Maka kami melihat reaksi berantai itu: salah satu jaringan pengembangan menghasilkan lima generasi dan lebih dari dua puluh gereja. Kami bertemu sesekali untuk menegaskan rencana kami dan memutuskan gereja mana yang akan menjangkau desa atau komunitas tertentu. Kami membagi seluruh wilayah tanggung jawab kami ke dalam sembilan daerah dan merencanakan langkah-langkah untuk memulai sebuah gereja anak yang akan berkembang biak dalam masing-masing daerah. Murid-murid pastoral di Honduras Extension Bible Institute telah bertahun-tahun memulai rata-rata lima gereja baru dalam satu tahun, yang masing-masing memiliki satu sampai tiga pendeta baru dalam pelatihan. Setelah menyerahkan kembali kepemimpinan program ini ke orang-orang Honduras, itu terus berlanjut mengembangbiakkan di luar tekanan misionaris lain untuk kembali ke metode pelatihan pastoral tradisional. Jika sebuah rantai menjadi terlalu panjang untuk komunikasi yang bagus, rombaklah hubungan-hubungan pengajarannya saja. Jangan beranggapan bahwa doktrin akan mempermudah rantai yang lebih panjang. Setiap guru yang dipenuhi oleh Roh di dalam rantai itu memiliki kasih yang sama untuk Firman dan akan meremajakan alirannya. Saya menemukan bahwa gereja terkuat biasanya satu atau dua mata rantai yang dihilangkan dari saya, yaitu misionaris asing. Kunci untuk memelihara rantai itu adalah memiliki komunikasi yang penuh kasih di kedua arah. Laporan murid yang akurat dari masing-masing gereja anak adalah sangat penting bagi guru untuk ditanggapi, menerapkan Firman dengan tepat dalam kehidupan gereja itu, kebutuhan-kebutuhannya dan peluang-peluangnya.
Berdoa bagi perlindungan dari tradisi-tradisi yang menghambat perkembangbiakan secara spontan ini. Kami telah menyebutkan bahwa pengajaran yang mengabaikan pemuridan dan gagal untuk memobilisasi para petobat baru untuk taat, dimulai dengan baptisan. Hambatan lain yang hampir universal untuk perkembangbiakan adalah subsidi misionaris yang memberatkan pemberian warga sendiri dan membangun semangat yang mandiri. Jangan rampas berkat pemberian yang mengorbankan dari orang-orang percaya yang miskin! Allah melipatgandakan milik mereka yang sedikit sekali dengan matematika surgawi khusus yang akan menjadikan mereka kaya sekarang dan untuk selamanya. Membayar pendeta-pendeta nasional dengan dana dari luar hampir selalu memberatkan perkebangbiakan secara spontan dan akhirnya membawa kepada kebencian yang mendalam ketika sumber tidak lagi memadai tuntutan.
Berdoa untuk Kuasa Berkembang
Seperti biji gandum, setiap gereja baru dalam sebuah rantai memiliki potensi yang sama untuk memulai perkembangbiakan lagi. Perumpamaan Kristus dalam Matius 13, Markus 4 dan Yohanes 15 membandingkan pertumbuhan dan perkembangbiakan gereja-gereja-Nya dengan tanaman-tanaman itu. Seperti semua makhluk hidup lain yang Allah ciptakan, Gereja memiliki benih di dalam dirinya sendiri untuk berkembang biak sesuai jenisnya. Setiap kali kita makan, kita makan buah dari kuasa berkembang biak yang luar biasa yang Allah berikan kepada tanaman dan hewan. Lihatlah ke luar; itu ada dimana-mana – rumput, pohon, burung, lebah, bayi dan bunga.
Seluruh ciptaan menyerukannya! Inilah cara Allah bekerja!
Perkebangbiakan adalah gaya-Nya. Berdoalah untuk itu! (Allah dalam hikmat-Nya yang tidak terbatas bertindak sedikit malas ketika kita tidak meminta Dia untuk bergerak; Dia membatasi kuasa-Nya yang mutlak kepada iman kita yang lemah!) Kita sendiri tidak membuat gereja bertumbuh atau berkembang biak lagi melainkan memasang sebatang jagung akan membuatnya bertumbuh. Paulus menanam, Apolos menyiram, Allah memberikan pertumbuhan (1 Kor 3:6).
Kami menabur, menyiram, menyiangi, memberi pupuk dan memagari tanaman, namun bersandar pada otensi yang Allah berikan pada Gereja untuk berkembang biak. Sebuah gereja yang dipenuhi Rohdan taat akan berkembang biak di tempat asal atau di luar negeri. Ini memang sifatnya; dia adalah Tubuh Anak Allah pemberi kehidupan yang bangkit.