Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia
Draf Buku Perspektif
J. Hudson Taylor
- “Dalam mempelajari Firman Allah, saya melihat rencana apostolik bukanlah mengenai mencari jalan dan cara, tetapi pergi dan bekerja, percaya kepada Firman-Nya yang pasti”
- Tulisan ini diambil dari “The Call to Service,” dalam A Retrospect, Overseas Missionary Fellowship (tanpa tanggal).
- James Hudson Taylor, pendiri China Inland Mission, membuka era baru dalam misi Protestan. Tulisan ini diambil dari bagian-bagian terpilih dari buku “A Restrospect,” di dalam buku ini Taylor menggambarkan persiapan-persiapannya secara rohani, akademis dan praktis untuk pelayanan misi di Tiongkok. Setelah tujuh tahun di Tiongkok dengan Chinese Evangelization Society, dia terpaksa pulang ke Inggris karena kesehatannya pada tahun 1860. Bagian bukunya yang berjudul “A New Agency Needed” berisi keyakinan Taylor bahwa Tuhan sedang memanggil dia untuk bertanggung jawab membentuk suatu badan misi yang secara khusus berfokus para jutaan orang di propinsi-propinsi pedalaman Tiongkok. Menanggung beban penolakan yang luas dari para pemimpin misi pada masanya, tetapi juga terus dihantui oleh peta Tiongkok yang terus menuduhnya dalam penyelidikannya, Taylor akhirnya sampai pada keputusannya ketika sedang berjalan di pantai Brighton pada musim panas hari Minggu tahun 1865.
Hanya beberapa bulan setelah saya bertobat, setelah menikmati siang hari, saya kembali ke kamar saya untuk menghabiskan sebagian besar waktu bersekutu dengan Allah. Saya memohon kepada Allah agar Dia memberi saya pekerjaan bagi Dia, sebagai ungkapan kasih dan rasa terima kasih, suatu pelayanan yang menyangkal diri, apa pun itu, meskipun sulit atau tidak berarti, sesuatu yang Dia senang, dan semua itu saya akan lakukan bagi Dia yang telah melakukan banyak bagi saya. Saya masih ingat dengan jelas, ketika saya menyerahkan sepenuhnya diri saya untuk dikuduskan, menyerahkan hidup saya, teman-teman saya, seluruh keberadaan saya, ke atas mezbah Allah, ketenangan yang dalam melanda jiwa saya dengan suatu kepastian bahwa persembahan saya telah diterima. Kehadiran Allah menjadi sangat jelas dan memberkati, dan meskipun masih kecil ketika itu berumur 16 tahun, saya ingat merobohkan diri saya di lantai, dan berdiam di sana di hadapan Dia dengan kekaguman serta sukacita yang tidak terkatakan.
Pelayanan apa yang saya terima, waktu itu saya belum tahu, tetapi kesadaran yang dalam mengatakan bahwa hidup saya bukan lagi milik saya sendiri, dan hal ini tidak pernah hilang sejak itu.
Beberapa bulan setelah peristiwa pengudusan itu, kesan muncul dalam jiwa saya bahwa Tuhan ingin saya ke Tiongkok. Saya melihat sangat mungkin panggilan pekerjaan saya ini dapat menghilangkan nyawa saya, karena Tiongkok belum terbuka seperti sekarang. Namun sedikit masyarakat misi yang pada waktu itu bekerja di Tiongkok, dan hanya sedikit buku mengenai misi Tiongkok yang bisa saya dapatkan. Namun, saya mengetahui bahwa pendeta jemaat di kota asal saya memiliki salinan buku berjudul China dari Medhurst, dan saya menghubungi dia untuk meminjam buku tersebut. Dia dengan ramah mengizinkannya dan bertanya mengapa saya ingin membacanya. Saya mengatakan bahwa Allah telah memanggil saya untuk menghabiskan hidup saya dalam pekerjaan misi di wilayah tersebut. “Bagaimana kamu mengajukan diri untuk berangkat ke sana?” Tanya beliau. Saya menjawab saya tidak tahu, waktu itu saya merasa saya hanya perlu pergi seperti yang dilakukan orang dua belas dan tujuh puluh murid Tuhan yang diutus ke Yudea?pergi tanpa apa pun, hanya mengandalkan Dia yang telah memanggil saya untuk menyediakan apa yang saya butuhkan. Dengan ramah meletakan tangannya ke atas bahu saya, pendeta ini berkata, “Anak muda, nanti ketika kamu sudah tua, kamu akan jadi lebih bijak dari itu. Pemikiran seperti itu sangat baik pada masa Kristus sendiri masih berada di bumi, tetapi tidak pada hari ini.”
Saya sudah lebih tua sejak pertemuan itu, tetapi tidak lebih bijak. Saya semakin lebih diyakinkan bahwa jika kita mau mengikuti arahan Tuan kita dan janji-janji yang Dia berikan kepada para murid-Nya yang mula-mula sebagai patokan yang membimbing kita, maka kita juga harus melihat hal tersebut juga masih berlaku sampai hari ini, sama seperti ketika janji-janji dan arahan tersebut diberikan.
Buku Medhurst mengenai Tiongkok menekankan nilai dari misi medis di sana, dan hal ini mengarahkan perhatian saya untuk belajar medis sebagai bentuk persiapan yang bernilai.
Orangtua saya tidak mendukung atau pun menolak keinginan saya untuk terlibat dalam pelayanan misi. Mereka menasihati saya, dengan keyakinan besar, untuk menggunakan segala cara yang bisa saya dapatkan untuk mengembangkan sumber-sumber bagi tubuh, pikiran, hati, dan jiwa, dan menanti dengan berdoa kepada Allah, mungkin melalui semua itu Dia menunjukkan bahwa saya telah salah dalam mengikuti bimbingan-Nya, atau terus maju jika ketika itu Dia membuka jalan untuk pelayanan misi. Nasihat ini begitu penting dan saya sering merasakannya sejak itu. Saya mulai berolah raga di tempat terbuka untuk memperkuat fisik saya. Tempat tidur bulu saya sudah saya buang, dan saya juga berusaha mengatur agar segala kenyamanan rumah lainnya diabaikan untuk mempersiapkan diri saya akan kehidupan yang lebih keras nantinya. Saya juga mulai melakukan pekerjaan Kristen lainnya, seperti membagikan traktat, mengajar sekolah Minggu, dan mengunjungi orang sakit dan miskin, sejauh ada kesempatan.
Belajar Bersandar Pada Tuhan
Setelah masa belajar untuk mempersiapkan diri di rumah, saya pergi ke Hull untuk pelatihan medis dan bedah. Di sana saya menjadi asisten dari seorang dokter yang berhubungan dengan sekolah medis di Hull, dan merupakan dokter bedah di beberapa perusahaan, yang banyak membawa kasus kecelakaan ke balai pengobatan kami, dan memberi saya kesempatan untuk melihat dan mempraktikkan operasi bedah kecil.
Saya memberi lebih banyak waktu tenang untuk belajar Firman Allah, mengunjungi yang miskin dan pekerjaan penginjilan pada sore-sore musim panas jika memang ada. Berhubungan dengan orang-orang yang mengalami kesulitan, saya segera melihat kesempatan istimewa untuk tetap berhemat secara ekonomi, dan menemukan bahwa memberi lebih banyak dari proporsi pendapatan saya tidaklah sulit.
Pada sekitar masa itu, teman saya membuat saya memikirkan mengenai pertanyaan tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Krsitus, dan memberi saya sejumlah perikop yang berisi tentang hal tersebut, tanpa catatan atau komentar, menasihatkan saya untuk merenungkan hal ini. Selama beberapa waktu saya meluangkan banyak waktu untuk mempelajari hal itu dari Alkitab, hasilnya saya melihat bahwa di seluruh Perjanjian Baru, kedatangan Tuhan merupakan pengharapan besar bagi umat-Nya, dan selalu menjadi motivator terkuat untuk pelayanan dan pemberian diri, dan merupakan penghiburan terbesar ketika terjadi pencobaan dan kesulitan. Saya juga belajar bahwa adalah hak istimewa bagi mereka, hidup setiap hari dari jam ke jam sebagai orang yang menantikan Allah. Penantian tersebut bersifat spiritual, apakah Dia akan datang atau tidak pada waktu tertentu bukan hal yang penting, hal yang penting adalah kapan pun Dia datang kita siap member pertanggungjawaban atas penatalayanan seseorang dengan sukacita bukan dengan dukacita.
Dampak dari pengharapan ini secara keseluruhannya praktis. Hal ini membuat saya meneliti dengan saksama perpustakaan kecil saya untuk melihat apakah ada buku yang sudah tidak saya perlukan lagi atau tidak berguna bagi pelayanan, dan melihat lemari pakaian saya, untuk memastikan tidak berisi hal-hal yang tidak bisa saya pertanggungjawabkan kepada Tuan saya ketika Dia datang. Hasilnya perpustakaan saya bisa dibilang berkurang banyak, hal ini menguntungkan tetangga atau sesama saya yang membutuhkan, dan lebih lagi bagi jiwa saya, dan saya juga menemukan beberapa pakaian yang lebih menguntungkan diberikan ke tempat lain.
Hal ini sangat membantu saya dari waktu ke waktu di sepanjang hidup saya, selama kesempatan ada, untuk melakukan hal yang sama, dan saya tidak pernah melihat isi rumah saya, dari ruang bawah ke ruang atas, untuk mencari hal-hal yang tidak lagi dibutuhkan, tanpa menerima sukacita dan berkat rohani yang besar dari atas. Saya percaya kita semua ada dalam bahaya mengumpulkan?mungkin karena tidak sengaja, atau karena tekanan pekerjaan?hal-hal yang sebenarnya bisa berguna bagi orang lain, yang tidak lagi kita perlukan, dan dengan menyimpannya kita kehilangan berkat. Jika seluruh sumber Gereja Allah digunakan, berapa besar yang bisa dicapai! Berapa banyak orang miskin yang bisa diberi makan dan orang yang tidak memiliki pakaian memakai pakaian, dan berapa banyak yang belum terjangkau bisa dibawa kepada Injil!
Sebuah Badan Misi Baru Diperlukan
Bagi saya merupakan suatu bencana besar ketika saya terpaksa harus meninggalkan pekerjaan Allah di Tiongkok karena kesehatan saya, ketika pekerjaan ini mendapat buah yang lebih banyak dari sebelumnya. Dan meninggalkan sekelompok orang Kristen di Ningpo, yang membutuhkan banyak perhatian dan pengajaran, adalah kesedihan yang mendalam. Kesedihan ini tidak berkurang ketika saya tiba di Inggris, pengecekan medis memastikan bahwa saya tidak mungkin kembali ke Tiongkok setidaknya selama beberapa tahun ke depan. Pada waktu itu saya kurang menyadari bahwa perpisahan lama dari Tiongkok merupakan langkah yang diperlukan untuk pembentukan pekerjaan yang diberkati Allah seperti Dia telah memberkati China Inland Mission. Ketika masih di lapangan, tuntutan tekanan yang terus ada di sekitar saya begitu besar sehingga saya tidak bisa berpikir mengenai kebutuhan yang lebih besar di wilayah-wilayah yang lebih ke dalam, dan meskipun wilayah-wilayah tersebut terpikir oleh saya, saya tidak bisa berbuat apa-apa untuknya. Tetapi ketika saya tertahan selama beberapa tahun di Inggris, dengan setiap hari melihat peta seluruh Tiongkok di di dinding kamar belajar saya, saya bisa melihat wilayah-wilayah pedalaman Tiongkok yang begitu luas dan juga wilayah-wilayah yang sudah saya layani secara pribadi bagi Allah, dan doa sering kali menjadi satu-satunya sumber di mana hati yang terbeban ini bisa mendapat kelegaan.
Ketika ketidakhadiran yang lama di Tiongkok tidak bisa dihindari, pertanyaan berikutnya adalah apa cara terbaik melayani Tiongkok ketika di Inggris, dan ini membawa saya terlibat selama beberapa tahun dengan almarhum Rev. F. F. Gough dari C.M.S., untuk merevisi versi Perjanjian Baru dalam bahasa sehari-hari Ningpo untuk British and Foreign Bible Society. Dalam mengerjakan pekerjaan ini, dalam kepicikan, saya tidak bisa melihat melampaui penggunaan Buku tersebut, dan rujukan-rujukan di sampingnya bagi orang-orang lokal di sana, tetapi sejak saat itu saya sering melihatnya, dan tanpa bulan-bulan merenungkan dan merayakan Firman Allah, saya tidak akan siap untuk membentuk suatu misi yang pada saat ini diberi nama China Inland Mission.
Di dalam mempelajari Firman Allah saya belajar bahwa, untuk mendapatkan para pekerja yang berhasil, bukan dengan melakukan permohonan minta tolong, tetapi pertama, berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk memberikan para pekerja, dan kedua, memperdalam kehidupan rohani gereja, agar orang-orang dapat tinggal di rumah, di tempat yang dibutuhkan. Saya melihat rencana apostolik bukanlah untuk mencari jalan dan cara, tetapi pergi dan melakukan pekerjaan itu, percaya kepada Firman-Nya yang pasti yang berkata, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Pada saat ini doa untuk pekerja bagi Chehkiang sudah terjawab. Pertama, tuan Meadows, berlayar ke Tiongkok dengan istri mudanya pada bulan Januari 1862, melalui kerjasama dan bantuan dari teman kami tuan Berger. Pekerja kedua berangkat dari Inggris pada tahun 1864, perjalanannya dibiayai oleh Foreign Evangelization Society. Pekerja ketiga dan keempat tiba di Ningpo pada tanggal 24 Juli 1865. Pekerja kelima menyusul tidak lama kemudian, tiba di Ningpo pada bulan September 1865. Maka doa untuk mendapatkan lima pekerja sepenuhnya terjawab, dan kami terdorong untuk memohon kepada Allah bagi hal-hal besar berikutnya.
Berbulan-bulan doa yang sungguh-sungguh dan tidak sedikit usaha yang gagal menghasilkan keyakinan yang kuat bahwa suatu badan khusus diperlukan untuk penginjilan di pedalaman Tiongkok. Pada waktu ini saya tidak hanya memohon dalam doa setiap hari dan bertemu dengan teman dan rekan kerja yang terkasih, almarhum Rev. F. F. Gough, tetapi juga mendapat bantuan dan nasihat dari tuan dan nyonya Berger, yang dengan mereka saya dan istri saya (yang penilaian dan kesalehannya sangat bernilai pada saat itu) menghabiskan berhari-hari untuk berdoa sebelum mengambil keputusan. Kesulitan yang begitu besar melihat kemungkinan mencampuri kegiatan misi yang sudah ada di tempat asal sudah terlihat, tetapi akhirnya disimpulkan bahwa, melalui kepercayaan pada Allah, badan yang tepat perlu didirikan dan didukung tanpa mencampuri pekerjaan apa pun yang sudah ada. Saya juga semakin yakin bahwa Allah mau agar saya mencari pekerja bagi-Nya, dan pergi bersama dengan mereka. Tetapi lama sekali ketidakpercayaan menghalangi saya untuk melangkah.
Betapa inkonsisten ketidakpercayaan itu! Saya yakin bahwa, jika saya berdoa meminta pekerja, “di dalam nama” Tuhan Yesus Kristus, mereka akan diberikan kepada saya. Saya yakin bahwa, jika doa tersebut dijawab, cara-cara untuk kami pergi akan disediakan, dan pintu-pintu akan dibukakan sebelum kami mencapai wilayah yang belum terjangkau di Kerajaan tersebut. Tetapi belum belajar percaya pada kuasa dan anugerah pemeliharaan Allah bagi saya sendiri, sehingga tidak heran saya tidak bisa percaya bahwa Allah mau memelihara yang lain yang mungkin dipersiapkan untuk pergi dengan saya. Saya takut kalau di tengah bahaya, kesulitan dan tantangan yang pasti ada dalam pekerjaan ini, sebagian pekerja yang bisa dibilang merupakan orang Kristen yang belum berpengalaman akan menyerah, dan menyalahkan saya dalam kepahitan karena mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan yang tidak mampu mereka kerjakan.
Namun, apa yang harus saya lakukan? Perasaan bersalah kalau nantinya nyawa orang ada di tangan saya semakin kuat. Hanya karena saya menolak meminta mereka, para pekerja tidak akan datang?tidak akan pergi ke Tiongkok?dan setiap hari puluhan ribu orang Tiongkok mati tanpa Kristus! Orang Tiongkok yang binasa begitu memenuhi hati dan pikiran saya sehingga saya tidak bisa tenang, dan sulit tidur pada malam hari, sampai kesehatan saya menurun. Saya pergi selama beberapa hari di Brighton.
Pada hari minggu, 25 Juni 1865, tidak mampu melihat ribuan jemaat atau orang Kristen merayakan ketenangan mereka, sementara jutaan orang binasa dalam dosa karena tidak memiliki pengetahuan akan Allah, saya berjalan sendirian di pantai, dalam kedukaan rohani yang besar, di sana Allah menaklukkan ketidakpercayaan saya, dan saya menyerahkan diri saya kepada Tuhan untuk pelayanan-Nya. Saya mengatakan pada Allah bahwa semua tanggung jawab, masalah dan konsekuensinya harus diserahkan kepada Dia, maka sebagai pelayan-Nya, saya hanya perlu taat dan mengikuti Dia?adalah Dia yang mengarahkan, memelihara, dan membimbing saya dan orang-orang yang akan bekerja dengan saya. Perlukah saya mengatakan bahwa kedamaian langsung mengalir ke dalam hati saya yang awalnya berbeban berat? Saat itu saya meminta dua puluh empat rekan kerja, masing-masing dua untuk sebelas propinsi di wilayah pedalaman yang belum ada misionaris, dan dua untuk Mongolia. Sambil menulis permohonan di pinggir Alkitab saya, saya pulang ke rumah dengan hati yang tenang, menikmati istirahat seperti sudah tersesat selama berbulan-bulan, dengan kepastian bahwa Tuhan akan memberkati pekerjaan-Nya sendiri dan saya akan berbagian dari berkat tersebut. Sebelumnya saya pernah berdoa untuk meminta pekerja untuk sebelas propinsi yang belum ada pelayan, dan meminta Tuhan menyediakan dan memelihara, tetapi saya tidak menyerahkan diri saya untuk menjadi pemimpin mereka.
Pada saat ini, dengan pertolongan istri saya yang tercinta, saya menulis buku kecil yang berjudul, China’s Spiritual Need and Claims. Setiap paragraf merupakan hasil doa yang sungguh-sungguh. Dengan pertolongan tuan Berger, yang telah memberikan pertolongan berharga dalam revisi manuskrip, dan telah menanggung biaya percetakan sebanyak 3.000 buah, semuanya kemudian disebarkan. Saya berbicara di muka umum mengenai usulan pekerjaan ini jika ada kesempatan, terutama pada pertemuan di Perth dan Mildmay tahun 1865, dan terus berdoa untuk rekan kerja, yang tidak lama kemudian muncul, setelah surat menyurat diundang ke rumah saya, ketika itu di Timur kota London. Ketika satu rumah tidak lagi cukup, penghuni rumah di sebelah kami pindah, dan saya bisa menyewanya, dan ketika rumah sewaan saya menjadi tidak cukup, akomodasi lebih lanjut disediakan di dekat situ. Tidak lama kemudian terdapat sejumlah pria dan wanita yang sedang dipersiapkan dalam latihan dan terlibat dalam pekerjaan penginjilan untuk menguji sejauh mana kualifikasi mereka untuk memenangkan jiwa.