PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Menyelesaikan Tugas: Tantangan Kelompok Suku Yang Belum Dijangkau

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Ralph D. Winter

Winter.jpg
Ralph D. Winter adalah Direktur Umum Frontier Mission Fellowship (FMF) di Pasadena, CA. Setelah melayani selama sepuluh tahun sebagai misionaris di antara orang Indian Mayan di dataran tinggi Guatemala, beliau dipanggil menjadi Profesor Misi di School of World Misson di Fuller Theological Seminary. Sepuluh tahun kemudian, beliau dan istri pertamanya, Roberta, mendirikan masyarakat misi yang disebut Frontier Mission Fellowship yang kemudian melahirkan U.S. Center for World Mission dan William Carey International University, di mana kedua institusi tersebut melayani orang-orang yang bekerja di garis depan misi

Bruce A. Koch

Koch.jpg
Bruce A. Koch telah melayani dengan Frontier Mission Fellowship sejak tahun 1988, dan beliau adalah editor rekanan dari kurikulum Perspectives edisi 3 dan 4. Pada tahun 1991, beliau turut serta dalam survei etnografis di kota besar yang belum di-injili. Saat ini beliau adalah fasilitator internasional dari Perspectives Global Network.



Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceritakan. — Habakkuk 1:5

Janji Allah untuk memberkati semua “kaum di bumi” yang pertama kali diberikan kepada Abraham 4.000 tahun lalu telah terjadi dalam kecepatan “tidak akan kamu percayai.” Meskipun sebagian orang mungkin memperdebatkan detail tertentu, kecenderungan keseluruhannya tak terbantahkan. Iman alkitabiah sedang bertumbuh dan menyebar sampai ke ujung bumi sebagaimana belum pernah terjadi sebelumnya.

Daftar isi

Kemajuan Injil yang Luar Biasa

Satu dari delapan orang di bumi sedang mempraktikkan Kekristenan dan aktif dalam imannya. Jumlah orang percaya di tempat yang awalnya merupakan “ladang misi” sekarang telah melampaui jumlah orang percaya di negara-negara dari mana para misionaris pada awalnya diutus. Faktanya sekarang ini lebih banyak misionaris yang diutus dari gereja-gereja non-Barat ketimbang badan pengutus tradisional di Barat. Rata-rata pertumbuhan Protestan di Amerika Latin lebih dari tiga kali rata-rata pertumbuhan biologis. Orang Protestan di Tiongkok bertumbuh dari satu juta menjadi lebih 80 juta orang percaya dalam kurang dari 50 tahun, di mana pertumbuhan terbesar terjadi dalam beberapa dekade belakangan ini. Pada tahun 1980-an, Nepal masih merupakan kerajaan Hindu yang kokoh dengan hanya sebuah gereja kecil yang teraniaya. Hari ini ada ratusan ribu orang percaya, dan gereja telah banyak didirikan di masing-masing kelompok suku dari lebih 100 kelompok suku yang berbeda.

Realitas Tragis: Dua Milyar Orang Masih Belum Mendengar Injil

Sementara perkembangan Injil yang luar biasa ini memberi banyak sebab untuk sukacita, hal ini mengaburkan realitas yang tragis. Bagaimana mungkin? Fakta bahwa Injil sering kali menyebar di dalam suatu komunitas tetapi biasanya tidak “melompat” menyeberangi batasan budaya di antara kelompok-kelompok suku, terutama batasan yang diciptakan oleh kebencian atau prasangka. Orang-orang percaya dapat dengan siap mempengaruhi “tetangga terdekat” mereka yang bahasa dan budayanya mereka mengerti, tetapi agama sering kali terikat dengan identitas budaya. Karena itu, kepercayaan religius tidak dengan mudah beralih dari satu kelompok ke kelompok lain.

Ketika orang-orang percaya menjangkau teman-teman mereka, kerabat atau orang lain yang ada dalam budaya mereka ini disebut dengan penginjilan E1. (Lihat diagram Skala E). Ini merupakan jenis penginjilan yang paling efektif. Tetapi, meskipun semua anggota gereja di dunia membawa setiap orang dari teman dan saudara di dalam budaya mereka kepada iman yang taat kepada Kristus, dan orang-orang yang dibawa ini mampu membawa lagi semua teman dan keluarga mereka kepada Kristus dan terus berlanjut seperti ini, tidak peduli berapa banyak waktu yang Anda izinkan, tetap masih akan ada milyaran orang yang belum mendengar Injil. Mereka ditutup oleh batasan prasangka dan budaya.

Gereja tidak bisa bertumbuh di antara kelompok-kelompok suku di mana gereja-gereja yang relevan tidak ada. Empat puluh persen individu dalam dunia hidup di antara kelompok-kelompok suku yang tidak memiliki gereja. Secara rohani mereka tidak lebih “terhilang” dari saudara sepupu Anda yang tidak pernah pergi ke gereja, namun tidak seperti saudara Anda, tidak ada gereja yang terdiri dari orang-orang yang sesuku/budaya mereka di mana mereka dapat bersekutu. (Lihat E2 dan E3 dalam diagram). Orang-orang seperti itu hidup dalam kelompok-kelompok yang kita sebut sebagai “ yang belum terjangkau.” Seluruh kelompok suku mereka belum secara efektif terjangkau dengan Injil.

Jadi, meskipun masih ada puluhan juta orang yang sama sekali belum pernah mendengar nama “Yesus,” ada juga ratusan juta orang yang mungkin pernah mendengar Yesus dan mungkin menghormati Dia, tetapi tidak dapat melihat cara untuk menjadi murid-Nya dan tetap berada dalam komunitas alami mereka. Di hadapan mereka ada halangan yang terbentang dari hal-hal yang secara relatif remeh hingga hal-hal yang tampaknya sukar dilalui, banyak dari hal-hal tersebut melebihi tuntutan Injil.

Kornelius dalam Kisah Para Rasul 10 harus melintasi halangan kewajiban sunat dewasa?suatu harga yang mahal agar bisa diterima bersekutu dengan orang percaya Yahudi di masanya. Seorang M Turki hari ini menghadapi halangan yang sama jika dia ingin menjadi seorang “Kristen.” Seluruh hidupnya dia diberitahu, “Menjadi orang Turki sama dengan menjadi M.” Bagi dia, Kekristenan adalah agama barbar, agama perang salib yang dengan brutal membantai orang Turki dan menjajah wilayahnya, baik M dan Kristen. Menjadi Kristen sama dengan menjadi pengkhianat, membalikkan badan dari keluarga, komunitas dan negaranya.


“Menjadi Saksi ke Segala Bangsa”

Yesus berkata, “Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (Mat. 24:14).

Meneliti lebih lanjut akhir dari ayat ini berbicara banyak mengenai apa yang harus kita perhatian dan kerjakan di masa kini. Yesus berkata bahwa sebelum kesudahan tiba, akan ada “kesaksian bagi semua bangsa.”

“Segala bangsa” yang Yesus rujuk bukanlah negara geopolitis. Pengalimatan yang Yesus pilih (kata Yunani ethne) merujuk pada etnisitas, bahasa dan suatu keluarga besar yang membentuk sekelompok suku bangsa di bumi.

Siapa suku-suku bangsa ini? Yesus tidak memberi daftarnya. Dia tidak mendefinisikan maksud dari kelompok suku secara detail. Hal yang paling penting bukanlah bahwa kelompok suku ini dapat secara pasti diidentifikasi dan dihitung, melainkan bahwa Allah telah memberi kita suatu tugas yang dapat diselesaikan.

Dengan kata “saksi” Yesus ingin mengatakan bahwa “Injil kerajaan” akan diberitakan secara terbuka di seluruh komunitas. Injil kerajaan adalah kemenangan Kristus atas kejahatan, membebaskan orang-orang agar mereka dapat hidup dalam ketaatan dan secara bebas di bawah pemerintahan dan berkat-Nya. Allah ingin pernyataan yang persuasif akan kemenangan kerajaan nyata di setiap suku bangsa. Apa yang peragaan yang lebih baik akan kerajaan Allah selain suatu komunitas suku bangsa yang hidup di bawah otoritas Kristus? Inilah alasannya kita harus bertujuan kepada persekutuan orang percaya yang taat dan memuridkan di dalam setiap kelompok suku bangsa. Meskipun bukan satu-satunya cara untuk memuliakan Allah, tidak ada yang lebih baik memperagakan ketuhanan Kristus ketimbang suatu komunitas suku bangsa yang berkomitmen untuk mengikuti Dia dan secara efektif melawan kekuasaan kegelapan.

Matius 24:14 menjelaskan hal tersebut bahwa kita harus membuat hal itu sebagai prioritas utama kita, untuk melihat setiap suku bangsa memiliki kesaksian yang hidup tentang Injil Kerajaan.


Nigeria dan negara-negara di sekelilingnya


Kelompok suku secara etnolinguistik menurut bahasa di wilayah yang sama


EMPAT PENDEKATAN TERHADAP PEMIKIRAN KELOMPOK SUKU

Untuk dapat bekerja bersama secara strategis, para pemimpin misi sedang membuat konsep “kelompok suku” menjadi lebih baik sebagai ukuran kasar perkembangan kita ke arah penyelesaian keseluruhan tugas. Ada empat penggunaan yang menolong tentang gagasan kelompok suku: blok suku bangsa, kelompok etnolinguistik, kelompok sosial, dan kelompok unimax. Dua kelompok pertama sangat berguna untuk merangkum keseluruhan tugas dan mengembangkan strategi dan kemitraan untuk mendekati kelompok suku yang sudah dikenal. Dua kelompok terakhir lebih berguna bagi orang-orang lapangan yang sedang bekerja mendirikan gereja. Setiap kelompok memiliki nilai yang penting dan berhubungan dengan sebuah aspek berbeda dari pemikiran strategis. Hanya satu hal yang mengizinkan kita untuk berbicara mengenai penutupan tugas misi yang esensial dalam pengertian setiap orang telah mendapat kesempatan yang baik untuk merespons Injil.


1. Kelompok Blok Suku Bangsa bagi Perspektif dan Strategi di Tingkat Global

Blok suku bangsa adalah kategori ringkas dalam jumlah terbatas di mana kita dapat menempatkan kelompok-kelompok suku ke dalamnya untuk dianalisis.

Blok Budaya Utama:Kita memiliki suku-suku bangsa yang terkelompokkan, khususnya kelompok suku yang “belum terjangkau,” di antara garis-garis budaya utama sesuai dengan agama yang dominan di dalam kelompok tersebut. Blok budaya utama dari suku-suku yang belum terjangkau adalah M, Hindu, Budha, Agama Etnis, Tidak Beragama dan Lainnya. Model ini mengizinkan kita untuk merangkum tugas yang tersisa dalam hubungan dengan potensi kekuatan misi.

Blok Kedekatan: Patrick Johnstone mengusulkan model lain yang menggabungkan sekelompok suku yang terhubung secara etnolinguistik ke dalam “rumpun suku bangsa” dan kemudian menggabungkan rumpun-rumpun suku bangsa tersebut ke dalam “blok kedekatan” yang didasarkan pada bahasa, sejarah, budaya, dst. Kedua belas blok yang terdiri dari kelompok suku bangsa yang paling sedikit terinjili adalah: Afrika Sahel, Afrika Timur, Dunia Arab, Iran, Turki, Asia Selatan. Tibet, Asia Timur, Asia Tenggara, Melayu dan Eurasia. Menggabungkan kelompok-kelompok dengan garis kesamaan seperti ini memampukan organisasi-organisasi misi untuk mulai mengeksplorasi cara-cara melakukan kemitraan strategis demi menjangkau kelompok suku bangsa yang terkait.

2. Kelompok Etnolinguistik untuk Mobilisasi dan Persiapan

Sebuah kelompok etnolinguistik adalah kelompok etnis atau ras yang dibedakan melalui identitas dirinya berkenaan dengan tradisi dari keturunan, sejarah, budaya dan bahasa yang sama.Sebagai contoh, suku Laz dari Laut Hitam di wilayah Turki bisa dengan mudah dikenal oleh orang Turki lainnya melalui ciri khas wajah yang berbeda dan aksen bahasa Turki “romantis” mereka yang unik.

Terkadang apa yang awalnya tampak sebagai kelompok linguistik yang satu ternyata merupakan beberapa kelompok yang lebih kecil. Cameron Townsend, pendiri Wycliffe Bible Translators, memulai pekerjaan penerjemahan Alkitabnya dengan suku Cakchiquel di Guatemala. Para penerjemah yang mengikuti dia menemukan bahwa suku Cakchiquel tidak dapat dijangkau hanya dengan satu terjemahan tetapi, faktanya membutuhkan terjemahan untuk enam dialek tertulis yang berbeda. Jika mereka ingin menghasilkan Injil dalam bentuk kaset rekaman ketimbang terjemahan yang tertulis, mereka akan menghadapi lebih banyak perbedaan dialek. Perbedaan dalam pengucapan sering kali membuat orang tidak mau mendengar pesan yang diucapkan oleh anggota dari kelompok suku yang berkaitan bahkan meski kata-kata dalam tulisannya sama.

Upaya-upaya bersama di antara para peneliti misi telah menghasilkan daftar yang cukup komprehensif mengenai kelompok etnolinguistik ini. Daftar ini telah memberi dorongan yang besar bagi upaya misi garis depan. Informasi tersebut banyak digunakan untuk membuat profil dan informasi relevan lainnya yang tersedia secara luas melalui media cetak dan situs internet.2

Daftar blok rumpun suku bangsa dan etnolinguistik memberi kita cara untuk menentukan suku-suku bangsa dan membuat tubuh Kristus yang lebih luas menyadari keberadaan suku-suku tersebut dan kebutuhan untuk menjangkau mereka. Kedua pendekatan tersebut mendorong doa dan perencanaan awal bagi kelompok suku tertentu, memimpin kepada berbagai upaya strategis yang serius untuk menginjili mereka.

3. Kelompok Sosial dan Penginjilan Pendahuluan

Suatu kelompok sosial adalah sebuah himpunan kecil orang-orang sebaya yang secara relatif saling memiliki kesamaan satu sama lain berdasarkan minat, aktivitas atau pekerjaan.

Ketika kita benar-benar mengutus misionaris jangka panjang untuk merintis ladang misi, mereka harus belajar banyak hanya untuk sekadar bisa hidup, berkomunikasi dan mengerti lebih baik suku yang menjadi target misi mereka. Setelah tahap awal adaptasi dan belajar budaya setempat, pertanyaan yang tertinggal adalah bagaimana memulai mendirikan sebuah gereja di dalam suku tersebut.

Cukup sering kita dapat secara efektif menginjili individu-individu dengan memulai penyelidikan Alkitab atau kelompok doa kecil di dalam kelompok-kelompok khusus ini. Kelompok ini bisa para wanita yang mencuci baju di sungai, para supir taksi, para mahasiswa yang tinggal di asrama atau para pendatang baru di kota besar dari kelompok orang desa tertentu. Hampir tidak terbatas kesempatan potensial bagi jenis kelompok ini sebagai sasaran penginjilan di masa kini. Untuk tujuan misi, kita dapat bekerja dengan kelompok sosial untuk penginjilan awal, sebagai jembatan perantara dalam tujuan penanaman jemaat jangka panjang.

Jadi, mendekati kelompok sosial dapat menjadi strategis dalam memberi fokus bagi pelayanan ke antara kelompok kecil tertentu dari masyarakat yang lebih besar sebagai langkah pertama untuk penanaman jemaat secara penuh. Beberapa jenis kelompok terbukti sangat membantu dalam penanaman jemaat, sementara kelompok lain dapat menghalangi proses tersebut. Para pemimpin dan pengajar Alkitab alami bagi gereja bisa ditemukan dengan pertama kali menjangkau kaum usahawan atau guru. Upaya untuk menjangkau para pemimpin agama seperti biksu Budha dan imam M bisa sangat efektif karena mereka sudah dikenal sebagai pemimpin rohani. Di sisi lain, memilih kelompok yang salah dapat menyebabkan masalah. Sebagai contoh, berfokus pada pelayanan anak sebagai penginjilan awal di dalam kelompok suku yang belum terjangkau bisa ditafsirkan sebagai ancaman oleh keluarga mereka.

4. Kelompok Unimax untuk Gerakan Suku kepada Kristus

Kelompok unimax adalah ukuran maksimum (max-imum) suatu kelompok yang cukup disatukan (uni-fied) untuk menjadi target dari satu gerakan suku kepada Kristus, di mana “disatukan” (unified) merujuk pada fakta bahwa tidak ada lagi halangan dalam pemahaman atau penerimaan yang bisa menghentikan penyebaran Injil.

Pada tahun 1982, para pemimpin misi bekerja keras menemukan definisi yang berguna untuk “kelompok suku.” Untuk tujuan penginjilan [kelompok suku] adalah “kelompok terbesar di mana Injil dapat disebarkan sebagai suatu gerakan penanaman jemaat tanpa menemui halangan pemahaman atau penerimaan.” (Lihat halaman berikut)

Istilah “suku-suku yang belum terjangkau” digunakan secara luas pada hari ini untuk merujuk pada kelompok etnolinguistik, yang didasarkan pada kriteria lain dan umumnya ukurannya lebih besar dari kelompok yang didefinisikan dalam definisi tahun 1982. Untuk menghindari kebingungan dan membantu menjelaskan tugas misiologis di hadapan kita, kita dapat menggunakan istilah kelompok unimax guna membedakan jenis kelompok suku yang dimaksud menurut definisi tahun 1982.

Suku-suku di hutan belantara dan suku lainnya yang lebih kecil, yang secara geografis terpencil hampir selalu merupakan satu kelompok unimax. Menemukan keberadaan unimax di dalam kelompok etnolinguistik yang lebih besar dalam masyarakat yang kompleks lebih sulit dilakukan.

Sementara bahasa sering kali merupakan sarana utama orang mengerti identitas budayanya, kita harus mempertimbangkan faktor-faktor lain yang membuat kelompok-kelompok suku tetap terpisah. Agama, pembedaan kelas, pendidikan, keyakinan politik dan ideologi, sejarah permusuhan antar klan atau suku, budaya dan kebiasaan, dll., semua itu memiliki potensi untuk mengembangkan batasan-batasan sosial budaya yang kuat di dalam rumpun etnolinguistik dari kelompok unimax. Fakta ini sendiri dapat membantu menjelaskan perkiraan yang berbeda-beda untuk jumlah “suku-suku yang belum terjangkau.”

Sebagai contoh, India tidak dapat didekati dengan basis etnolinguistik semata. Selain memiliki lebih dari 1.600 bahasa dan dialek utama, India lebih jauh lagi terbagi oleh agama, kasta dan halangan-halangan sosial budaya lainnya. Survei sosiologis pada tahun 1991 menemukan 4.635 kelompok suku di India saja.3

Sedihnya, kelompok-kelompok suku yang bertetangga sering kali saling membenci dan menakuti satu sama lain. Jadi, pada tahap awal penginjilan kelompok-kelompok seperti itu mungkin menolak bersekutu satu sama lain. Persaingan antara klan utama di antara orang M Somalia begitu kuat sehingga mereka hampir menyeret seluruh negara kepada kehancuran. Pada tahap awal penginjilan dan penanaman gereja, permusuhan yang mendidih seperti itu akan tampaknya berarti bahwa kelompok-kelompok itu dapat paling efektif didekati dengan pesan Injil secara terpisah. Pengharapan cemerlang dan Injil tentu saja, agar gerakan mengikuti Kristus yang baru di tengah latar permusuhan demikian akan berupaya mendatangkan penyembuhan terhadap permusuhan di antara kelompok tersebut.

Memang, sejarah menunjukkan bahwa ketika kelompok-kelompok bermusuhan yang lebih kecil mulai mengikut Kristus, mereka sering kali bergabung menjadi kelompok yang lebih besar. Sebagai contoh, ketika iman Kristen pertama kali mulai membuat jalan masuk ke Skandinavia, ratusan suku yang saling bermusuhan menghuni wilayah tersebut. Wilayah Norwegia, Swedia, dan Denmark pada hari ini merupakan hasil dari rekonsiliasi menyeluruh dan konsekuensi persatuan yang berasal dari penerimaan iman Kristen oleh banyak kelompok-kelompok kecil suku yang awalnya saling berperang.

Tiga pendekatan pertama bagi pemikiran kelompok suku bangsa?sebagai suatu blok, etnolinguistik, dan sosial?masing-masing membantu untuk mengerti dan merespons kepada tugas yang telah Kristus amanatkan kepada kita. Namun, semua pendekatan tersebut, dalam satu dan lain cara merujuk pada permulaan. Cara melihat kelompok suku yang keempat (unimax) lebih berkaitan dengan penyelesaian, bukan dalam pengertian sampai tidak ada lagi yang perlu dilakukan, tetapi dalam pengertian langkah pertama yang esensial agar Injil berkembang di dalam kelompok suku telah tercapai. Pendekatan unimax bagi kelompok suku dapat membantu kita menuju kepada penutupan?penyelesaian kita bersama akan apa yang dapat diselesaikan dari mandat misi Kristus.

Nilai dari pendekatan unimax terletak pada cara pendekatan ini mengidentifikasi batasan yang menghindari aliran Injil, sementara pada saat yang sama membakar ambisi orang-orang Kristen yang berdedikasi untuk berupaya menginjili kepada setiap kelompok suku yang terpisah oleh batasan prasangka, tanpa meninggalkan satu kelompok kecil sekalipun terhalangi dalam suatu kelompok yang lebih besar.

Dapatkah Mereka Dihitung?

Halangan-halangan sosial budaya yang sering kali tidak terlihat namun sangat kuat ada di dalam kelompok suku yang sering kali terlihat bersatu di mata pengamat luar. Sebagian orang mengabaikan kegunaan konsep unimax karena halangan prasangka sosial budaya tidak bisa dengan mudah diidentifikasi atau dihitung secara tepat.

Definisi kelompok unimax tidak pernah dimaksudkan agar digunakan untuk secara tepat menghitung tugas yang tersisa dari misi garis depan. Sebaliknya, definisi tersebut membuat kita peka terhadap realitas budaya yang perlu kita perhitungkan jika kita serius untuk menyelesaikan tugas tersebut. Kepekaan terhadap suatu kelompok suku membantu para pekerja di lapangan mengidentifikasi kelompok yang terabaikan di mana pekerjaan memuridkan belum dimulai.

Mendekati Kelompok Suku Secara Hati-hati

Masing-masing dari empat pendekatan terhadap beragam kelompok suku memiliki penggunaan yang bernilai dan selayaknya. Blok membantu kita merangkum tugas yang ada. Pendekatan etnolinguistik membantu kita memobilisasi. Kelompok sosial membantu kita memulai penginjilan. Akan tetapi, kita perlu berhati-hati untuk menggunakan terlalu serius daftar etnolinguistik. Daftar tersebut merupakan awal yang baik untuk memulai menyusun strategi upaya penanaman gereja, tetapi para pekerja lintas budaya seharusnya dipersiapkan untuk penemuan yang mengejutkan ketika diperhadapkan oleh realitas budaya di lapangan.

Terkadang kelompok orang yang sama dimasukkan dua kali dalam daftar karena kelompok ini berada di dua sisi dalam sebuah batasan politik. Pada kenyataannya, ini merupakan kelompok suku yang sama. Kelompok suku ini mungkin hanya membutuhkan satu upaya penanaman gereja untuk menjembatani garis politik. Sebagai contoh, kelompok suku Uzbek dilaporkan ada di 20 negara selain di Uzbekistan sendiri.

Di pihak lain, negara Uzbekistan melaporkan ada 56 kelompok suku di dalam negara itu yang tidak berbahasa Uzbek, dan hanya satu (suatu kelompok yang besar?15 juta lebih) yang berbahasa Uzbek! Hampir pasti benar bahwa “satu” kelompok besar ini mewakili sejumlah kelompok unimax yang berbeda yang perlu dijangkau secara terpisah.

Menggunakan batasan politik untuk membedakan kelompok suku adalah sama seperti menjatuhkan pemotong kue ke dalam pembagian geografis dari sebuah kelompok suku, kemudian menyebut potongan-potongan yang ada dalam masing-masing pemotong kue tersebut sebagai jenis adonan yang berbeda-beda. Sama seperti itu, di dalam banyak pemisahan yang diperluas, kelompok-kelompok menjadi berbeda?terutama jika migrasi yang baru berhenti?tetapi mereka tidak selalu saling bermusuhan. Di kebanyakan dunia berkembang, konsep pemisahan politik tidak terlalu jelas karena perbatasan sering kali cukup bisa ditembus.

Perhatikan tantangan terhadap orang-orang Kurdi. Kelompok suku yang sangat independen ini ditemukan di tanah air/kampung halaman yang merentang setidaknya di lima negara: Turki, Iran, Irak, Siria dan Azerbaijan. Demi kepentingan strategi misi, mereka jelas bukan hanya satu kelompok suku Mereka bahkan bukan sekadar lima kelompok. Selain memiliki empat bahasa utama sub-kelompok, persaingan sejak dulu membuat mereka saling terus bertikai bahkan ketika Anda pikir mereka akan bersatu melawan suku non-Kurdi bagi kepentingan tanah air Kurdi.

Para misionaris perlu menyadari akan kemungkinan, seperti kasus suku Kurdi, bahwa kelompok suku tidak selalu bersatu meskipun jumlahnya berjuta-juta berada dalam satu negara. Namun, banyak populasi kecil suku Kurdi yang ditemukan dalam jumlah signifikan di 13 negara di luar tanah air “Kurdi” yang potensial untuk menjadi populasi “jembatan” strategis untuk masuk kepada kelompok-kelompok yang ada di wilayah tanah air mereka. Lebih jauh, mereka yang terpisah dari tanah airnya sering kali lebih terbuka terhadap Injil. Ketika segmen terpencil dari sebuah kelompok yang lebih besar mulai menerima Kristus, segmen ini bisa menjadi jembatan yang efektif untuk masuk kepada kelompok sukunya di tanah asal mereka. Batasan politik tidak sering membatasi penyebaran Injil. Tentu saja, semua informasi dari negara secara spesifik ini dapat sangat berguna untuk merencanakan strategi dan membentuk kemitraan untuk menjangkau anggota-anggota yang terserak dari kelompok suku tertentu.

Ketika sejarah berkembang dan migrasi global bertambah, semakin banyak kelompok suku yang tersebar di seluruh dunia. Mengenai fenomena ini sekarang disebut “misiologi diaspora.” Tidak banyak badan misi yang memperhatikan nilai strategis dari menjangkau pecahan-pecahan yang lebih bisa dimasuki dari “kelompok-kelompok suku global” ini. Jejaring Global Network of Mission Structures (www.gnms.net) dimaksudkan untuk menolong badan misi untuk melakukan hal tersebut.

Alasan lain untuk berhati-hati ketika menerapkan pemikiran kelompok suku adalah realitas bahwa kekuatan yang sangat luar biasa seperti urbanisasi, migrasi, asimilasi dan globalisasi sedang mengubah komposisi dan identitas dari berbagai kelompok suku di sepanjang waktu. Kompleksitas dari kelompok-kelompok suku di dunia tidak dapat dengan teratur dikurangi menjadi sekelompok individu yang terikat, berbeda, tidak saling tumpang tindih dan memiliki batasan-batasan permanen yang tidak bisa ditembus. Anggota-anggota dari komunitas apa pun memiliki hubungan yang kompleks dan memiliki banyak identitas dan keterikatan. Identitas dan keterikatan tersebut bisa berubah setiap waktu.

Pemikiran kelompok suku merupakan kesadaran strategis yang memiliki nilai khusus ketika sejumlah individu memiliki identitas kelompok yang kuat dan kehidupan sehari-hari mereka ditentukan dengan kuat oleh budaya tertentu yang dipegang bersama.

TUGAS ESENSIAL MISI

Apa yang dibutuhkan dalam setiap kelompok suku adalah agar Injil mulai beroperasi di seluruh kelompok dengan kuasa yang menggerakkan dan memberi hidup sehingga jemaat-jemaat yang dihasilkan dapat dengan sendirinya menyelesaikan penyebaran Injil tersebut ke setiap orang.

Sasaran yang baik namun lebih rendah bisa menunda atau mengalihkan perhatian kita. Penginjilan di antara pedagang asongan atau mahasiswa mungkin menghasilkan kelompok pemuridan bagi pertumbuhan pribadi dan bahkan penginjilan. Tetapi mengapa berhenti pada apa pun yang kurang dari sebuah gerakan mengikut Kristus yang bertumbuh kembang dengan cepat dan dicirikan dengan seluruh keluarga? Mengapa tidak mengharapkan Allah yang mampu dan mau untuk menarik kepada Anak-Nya suatu gerakan yang berjumlah besar yang akan menyebar dengan cepat, spontan dan menyeluruh dalam seluruh kelompok suku?

Tugas esensial misionaris adalah menetapkan suatu gerakan jemaat pribumi yang dapat bertumbuh sendiri yang membawa potensi untuk memperbaharui seluruh keluarga dan mengubah seluruh masyarakat. Dapat bertumbuh sendiri, tidak dilihat sebagai asing, dan gerakan penanaman jemaat yang terus menghasilkan persekutuan antargenerasi yang mampu menginjili orang yang tersisa dalam kelompok suku itu. Banyak yang merujuk pencapaian gerakan penanaman jemaat pribumi ini sebagai sebuah terobosan misiologis.

Kita telah melakukan pekerjaan misi dasar ketika individu-individu di dalam masyarakat (bahkan mereka yang berada di luar gereja) mengakui bahwa gerakan ini milik masyarakat mereka sendiri. Hanya ketika tingkatan adaptasi budaya ini dicapai barulah kasih Yesus yang dinamis dan mengubah hidup dapat bergerak dengan bebas di seluruh kelompok suku itu. Donald McGravan merujuk satu bentuk terobosan misiologis sebagai “gerakan suku kepada Kristus.” Kita dapat melihat sasaran ini sebagai pencapaian minimal di dalam setiap kelompok suku untuk bisa memberi kesempatan yang realistis bagi setiap orang dalam kelompok suku itu untuk berkata “ya” kepada Yesus Kristus dan Kerajaan-Nya, tanpa menambahkan halangan budaya kepada tuntutan rohani Injil yang sudah sulit. Yesus memberi kita amanat untuk mencapai tidak kurang dari hal ini. Kita harus puas dengan yang tidak kurang.

Penutupan Misiologis?Suatu Terobosan dalam Setiap Kelompok Suku

Kata “penutupan” sederhananya merujuk pada ide tentang penyelesaian. Pada tahun 1970 Tuhan mulai membuka mata banyak orang pada fakta bahwa tugas misi yang esensial dan tidak bisa dikurangi, yaitu terobosan di dalam setiap kelompok suku juga merupakan sebuah tugas yang dapat diselesaikan. Faktanya ini merupakan satu-satunya tugas yang diberikan kepada umat-Nya yang memiliki dimensi penyelesaian di dalamnya.

Pada saat itu, lebih dari setengah populasi dunia hidup di dalam kelompok suku yang belum terjangkau. Meskipun demikian, sekelompok kecil aktivis misi memiliki iman untuk percaya bahwa jika sebuah gerakan dapat dimobilisasi untuk memfokuskan perhatian pada kelompok suku yang belum terjangkau, yang pernah mendapat sebutan “kelompok suku yang tersembunyi,” maka tugas esensial misi dapat diselesaikan dalam beberapa dekade. Di dalam iman, mereka menciptakan frasa “Sebuah Gereja bagi Setiap Kelompok Suku pada tahun 2000” untuk menangkap inti dari natur mandat misi yang sifatnya dapat diselesaikan. Meski tak seorang pun yang pernah meramalkan bahwa tugas ini akan diselesaikan pada akhir tahun 2000, mereka yakin bahwa hal itu mungkin terjadi. Frasa tersebut berhasil membakar hati tak terhitung ribuan orang dengan hasrat untuk melihat Kristus dihormati, disembah dan ditaati di dalam setiap kelompok suku. Allah sedang bekerja dengan cara yang sama dalam diri orang lainnya, dan gerakan global yang terfokus pada kelompok-kelompok suku yang belum terjangkau dilahirkan. Pada hari ini kita sedang melihat pemenuhan sebuah visi yang hanya sebagian kecil orang berani impikan dua dekade silam.

Sangat tidak masuk akal berbicara tentang menginjili semua orang, karena dari hari ke hari ratusan ribu anak dilahirkan. Sebaliknya, gagasan “Sebuah gereja bagi setiap kelompok suku” merupakan perkiraan yang mungkin dan masuk akal dari apa yang mungkin dimaksudkan oleh Amanat Agung.

Kita dapat dengan yakin berbicara mengenai penutupan dari misi menjangkau suku-suku yang belum terjangkau ini. Diperkirakan ada 17.000 kelompok suku yang belum terjangkau pada tahun 1976. Hari ini diperkirakan hanya ada 8.000 kelompok suku (unimax) yang belum terjangkau, dan suatu gerakan global yang dinamis sekarang sedang sepenuhnya terjadi yang berkomitmen untuk melihat Kristus disembah dan ditaati di dalam setiap kelompok suku.


Terjangkau dan Belum Terjangkau: Memverifikasi kehadiran gerakan jemaat yang dapat bertumbuh sendiri

Mendirikan suatu gerakan penanaman jemaat pribumi yang dapat bertumbuh sendiri adalah sebuah proses. Sebuah kelompok tidak bisa “belum terjangkau” hari ini dan besoknya tiba-tiba “sudah terjangkau.” Patrick Johnstone telah menggunakan Indikator Penanaman Jemaat untuk menilai perkembangan di dalam kelompok suku tertentu:

0–Sama sekali belum ada orang percaya

1–Tidak ada gereja, ada beberapa orang percaya

2–Diketahui sudah ada satu jemaat

3–Beberapa jemaat

4–Gerakan jemaat yang bereproduksi

5–Jemaat-jemaat yang dimuridkan tersebar luas

Sumber-sumber yang bisa diandalkan dari pengamatan langsung tidak selalu tersedia untuk mengonfirmasi status penanaman jemaat di dalam satu kelompok suku tertentu. Akan tetapi, kita dapat membuat beberapa perkiraan terbaik dengan informasi yang ada mengenai kehadiran atau tidak adanya gerakan jemaat dari data yang bisa dihitung. Joshua Project telah mengembangkan suatu skala yang mengintegrasikan data dari banyak sumber untuk menggolongkan setiap kelompok ke suku dalam salah satu dari empat kategori:

Belum terjangkau/Paling kurang Terjangkau, Gereja yang sudah terbentuk Nominal, Gereja Baru, Gereja Bertumbuh

Sementara tingkatan berbagi informasi dan akses terhadap data sangatlah membantu, semua utamanya dikumpulkan pada tingkatan etnolinguistik dan tidak selalu mencerminkan realitas kelompok unimax.

Bagaimana jika kelompok etnolinguistik sebenarnya merupakan kumpulan dari kelompok unimax, dan sementara salah satu kelompok mengalami ledakan penanaman jemaat, kelompok lain dalam rumpun hanya mengalami sedikit saja atau bahkan tidak sama sekali? Kelompok unimax yang belum terjangkau mungkin sangat menolak gerakan kepada Kristus yang terjadi pada kelompok lain yang berkaitan karena permusuhan yang terjadi sejak dari masa lampau. Pertumbuhan gereja di dalam salah satu kelompok unimax bisa saja mengalihkan perhatian misionaris dari kebutuhan kelompok lain dalam rumpun kesukuan.


MANDATNYA LEBIH DARI SEKADAR PENUTUPAN

Apa yang akan Allah lakukan selalu lebih daripada apa yang telah Dia berikan kepada kita untuk dilakukan. Dia telah memberi kita satu hal yang jelas dan sederhana untuk diselesaikan: mengupayakan agar Kristus disembah dan diikuti di antara segala suku bangsa. Inilah tugas esensial misi. Tugas ini harus kita lakukan dengan fokus dan hasrat tertinggi sampai hal itu selesai. Tetapi masih banyak lagi yang perlu dilakukan. Terobosan misiologis barulah permulaan dari semua yang Allah ingin lakukan dalam setiap kelompok suku. Allah akan terus memenuhi janji-Nya untuk menggagalkan pekerjaan Setan dan mendatangkan berkat Abraham kepada segala suku bangsa.

Menyatakan Kemuliaan-Nya ke Segala Bangsa

Bagaimana Yesus mengajar para murid-Nya berdoa? “Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Keinginan Allah untuk menjangkau semua kelompok suku dan pribadi jelas merupakan bagian dari tujuan-Nya agar kerajaan-Nya datang di bumi. Ayat lainnya mengatakan bahwa Dia menantikan masa ketika segala bangsa di bumi akan menyatakan kemuliaan-Nya (Yes. 66:19).

Jadi, kita menantikan dengan keyakinan akan suatu masa ketika “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya” (Why. 11:15). Pasti Allah berupaya membinasakan “penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini” (Ef. 6:12).

Pada masa depan yang tidak terlalu jauh lagi, tidak akan ada satu pun “kerajaan di dunia ini” yang tidak memuliakan nama-Nya. Terobosan rohani ke dalam setiap kelompok suku merupakan pertanda untuk membuat Injil tersedia ke setiap orang di bumi. Setan membelenggu keseluruhan kelompok suku. Kita tidak bisa merebut satu orang pun dari tangannya tanpa menantang otoritasnya dalam kelompok suku tertentu itu. Di dalam setiap kelompok suku di mana terobosan Injil belum terjadi, akan ada “perjumpaan kuasa” antara pasukan Allah dan kuasa kegelapan. Penaklukkan “kerajaan dari dunia ini” mensyaratkan invasi kemuliaan Allah ke dalam setiap kelompok suku.

Rasul Paulus diutus kepada kelompok suku bukan Yahudi, secara khusus “untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku [Kristus] memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan” (Kis. 26:17-18). Mungkinkah kita sudah begitu terikat dengan ukuran penginjilan kita, reformasi sosial dan pertumbuhan ekonomi sehingga kita telah melupakan bahwa Allah utamanya berada dalam upaya untuk memperluas pemerintahan kerajaan-Nya dan mengalahkan Setan?

Bahwa ini utamanya adalah pertempuran rohani pastilah tidak berarti kita bisa mengesampingkan perencanaan yang cermat dan pelatihan bagi penginjilan perintisan dan penanaman jemaat. Kita tidak bisa hanya duduk dan berdoa agar Allah yang pergi dan melakukan urusan-Nya.

“Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Ef. 6:12).

Kita tahu bahwa ini juga merupakan pertempuran kita, bukan hanya Dia, dan kita bergabung dengan Dia dalam pertempuran melawan Si Jahat. Kita tahu bahwa di setiap tempat di bumi kuncinya bukan sekadar bijaksana atau bahkan kerja keras kita semata. Semua itu?ditambah kuasa-Nya yang berdaulat dalam menghancurkan pertahanan musuh demi mendatangkan kemuliaan-Nya ke ujung-ujung bumi.

Yesus memberi kita mandat yang jelas melalui otoritas-Nya yang unik untuk “menjadikan segala bangsa murid.” Kita dapat dan harus pergi dengan segala daya upaya kita untuk menaati-Nya. Pastilah kita harus mengambil ukuran penginjilan secara serius, namun bukan sebagai ukuran tertinggi dari rencana Allah. Kita harus maju terus, mengetahui bahwa Dia bisa menilai semua hal dengan ukuran yang tidak dapat kita pahami sepenuhnya. Pikiran Allah lebih tinggi dari pikiran kita.

Semua yang dapat dan perlu dilakukan tidak dapat disatukan dalam sebuah rencana tunggal manusia, namun hal itu menuntut upaya perencanaan terbaik kita, berbagai pendekatan kreatif dan segala pengorbanan yang bisa kita himpun. Kita tahu bahwa semua ukuran dan perkiraan kita?mengenai kelompok suku dan perorangan?hanyalah sarana untuk mencapai tujuan. Lebih penting agar kita bersama dengan Dia dan Dia bersama dengan kita. Misi tetap merupakan suatu tindakan iman dan ketaatan saat Dia memimpin kita untuk menggenapi apa yang telah Dia berikan untuk kita selesaikan.

MELIHAT TUGAS SECARA GRAFIS

Meskipun dunia itu besar dan kompleks, ada beberapa metode yang berguna untuk menghitung perkembangan menuju penutupan dari tugas esensial misi. Para periset modern kini mampu mengumpulkan, mengatur dan merangkum sejumlah besar data dengan bantuan komputer. Kita berutang banyak pada mereka yang telah berupaya melacak tangan Allah seraya Ia memenuhi janji-Nya ke segala suku bangsa.4 Semua bagan dan grafik dunia kita sampai hari ini bergantung pada riset orang lain dan juga perkiraan kita sendiri di mana data yang konklusif (final) belum tersedia. Namun, database memang hanya bisa memperkirakan kenyataan dinamis tentang dunia.

Ketika melihat grafik dalam bab ini, Anda perlu memahami bahwa kita menggunakan agama yang menonjol di dalam sebuah kelompok sebagai sebuah ciri khas budaya untuk memberikan label untuk kelompok yang bersangkutan secara keseluruhan. Ini tidak berarti setiap orang dalam kelompok tersebut merupakan anggota dari agama itu. Jadi Anda bisa memiliki suatu kelompok M yang sudah “terjangkau” jika gerakan jemaat sudah ada di dalam kelompok tersebut, meskipun kelompok itu sebagian besar masih M.

Seluruh bagan dalam bab ini diambil dari angka-angka dalam bagan Seluruh Manusia dalam Perspektif Misi (hlm. 263).

Ketidakseimbangan yang Besar

Melihat Dunia Secara Sekilas (hlm. 262), Anda dapat langsung melihat bahwa sejumlah besar individu yang hidup di dalam kelompok orang yang belum terjangkau (bagian berwarna putih) berada dalam blok M, Agama Suku, Hindu, dan Buddha. Blok-blok ini harus menjadi prioritas jika kita mau secara serius menjalankan Amanat Agung.

Ada beberapa terobosan yang membesarkan hati di dalam kelompok orang Hindu, Buddha, dan M pada tahun-tahun belakangan ini. Sementara ketiga blok ini sering dilihat sebagai wilayah yang paling menolak Injil, kita belajar bahwa ketika suatu kelompok orang kelihatannya “menolak” itu hanya berarti pendekatan kita kurang efektif.

Adakah kita membuat kelompok suku yang belum terjangkau sebagai prioritas? Hanya 24.000 misionaris yang sedang bekerja di dalam kira-kira 8.000 kelompok suku yang belum terjangkau dari keseluruhan Kekuatan Misionaris Injili Global?5 yaitu 253.000 orang. Ini artinya misionaris asing yang bekerja di dalam kelompok orang yang sudah terjangkau berjumlah 9 kali lebih banyak daripada mereka melakukan pekerjaan yang lebih sulit untuk menciptakan terobosan di dalam kelompok suku yang belum dijangkau. Betapa tidak seimbang! (lihat bagan Ketidakseimbangan yang Besar). Hanya 10% dari kekuatan misi Injili yang sedang melakukan pekerjaan misi perintisan di antara kelompok suku yang belum terjangkau.

Setelah hampir 2000 tahun sejak Yesus mengamanatkan pada pengikut-Nya untuk memuridkan semua suku bangsa, diperkirakan 8.000 kelompok unimax, mencakup lebih dari 2,7 milyar individu yang masih berada di luar jangkauan gereja lokal yang relevan dengan mereka. Adakah alasan untuk berharap janji Allah untuk memberkati segala suku bangsa akan dipenuhi dalam waktu dekat?

Momentum yang Besar

Sementara berbicara mengenai milyaran orang yang tampaknya terlalu besar, perkembangan yang luar biasa terus terjadi. Pada tahun 1974, kita terkejut melihat bahwa 4 dari 5 orang non-Kristen di dunia berada di luar jangkauan penginjilan dalam budaya yang sama. Pada tiga dekade terakhir, jumlah tersebut telah dikurangi menjadi 3 dari 5 orang non-Kristen. Pengertian baru yang mudah diingat, yang dapat Anda lihat dalam bagan Ketidakseimbangan yang Besar di bawah, adalah bahwa Anda dapat secara kasar membagi dunia ke dalam tiga bagian. Sepertiga dunia setidaknya mengaku Kristen, sepertiga lainnya adalah orang non-Kristen yang hidup di dalam kelompok suku yang sudah terjangkau, sepertiga terakhir adalah orang non-Kristen yang ada dalam kelompok suku yang belum terjangkau. Pada tahun 1974 lebih dari 60% populasi dunia hidup di dalam kelompok suku yang belum terjangkau. Hari ini, jumlah tersebut telah berkurang menjadi 40%. Ini terjadi hanya dalam beberapa dekade karena para misionaris telah berfokus mendirikan gerakan jemaat ke dalam ribuan kelompok suku yang sebelumnya belum terjangkau. Meskipun ini merupakan perkembangan yang signifikan, masih banyak yang perlu dilakukan.

Kita sedang berada di era terakhir misi perintisan. Jika kita tidak mundur dalam keyakinan kita atau mengalihkan fokus kita dari tugas esensial misi, kita dapat secara masuk akal berharap melihat tubuh Kristus didirikan dan bertumbuh di dalam bahasa dan struktur sosial dari setiap kelompok suku di bumi di dalam masa hidup kita.

Allah sedang bergerak melalui Tubuh-Nya di seluruh dunia untuk memenuhi janji-Nya kepada segala bangsa dalam cara-cara yang tidak pernah kita bayangkan 25 tahun silam. Ribuan misionaris baru tidak lagi datang dari Barat, melainkan juga dari Asia, Afrika dan Amerika Latin. Di sana, buah-buah dari gerakan misi dengan sepenuh hati merangkul tantangan kelompok suku dari Amanat Agung. Lebih dari sebelumnya, misi merupakan sebuah gerakan kerjasama global. Kita harus bersiap untuk berbagai kemitraan yang baru, pengertian baru dan berbagai pendekatan baru dari struktur misi non-Barat. Pada saat yang sama, kita perlu melihat bahwa sejarah kegiatan misi Barat merupakan suatu sumber pengalaman misi yang sangat berguna bagi gerakan misi Dunia Mayoritas yang sedang berkembang dengan cepat.

Tugas di depan kita masih besar, tetapi relatif kecil bagi jumlah orang percaya yang begitu besar di seluruh dunia. Ada sekitar 1.000 gereja di dunia bagi setiap kelompok unimax yang masih tersisa untuk dijangkau! Seperti yang telah kita lihat selama tiga dekade terakhir, persentase kecil dari orang percaya yang dimobilisasi dan diperlengkapi dapat membuat suatu perbedaan yang signifikan. Menilai tugas yang masih tersisa dengan potensi kekuatan pekerja membuat tugas ini relatif kecil dan masih dalam jangkauan dibandingkan dengan kemungkinan yang sulit yang dihadapi oleh para pendahulu kita.

Perhatikan juga seberapa besar tugas misi yang bisa dilakukan ketika kita berfokus untuk masuk ke dalam kelompok suku. Alih-alih berbicara tentang menginjili 4 milyar individu yang belum diselamatkan, kita bisa berbicara tentang memulai menjangkau kira-kira 3.000 kelompok etnolinguistik yang paling kurang dijangkau dan seraya kita menemukan prasangka budaya yang signifikan ketika kita melakukannya, kemudian mengakhiri dalam sekitar 8.000 kelompok unimax yang belum terjangkau. Sebenarnya 3.000 kelompok etnolinguistik yang paling kurang diinjili telah dimasukkan dalam beberapa struktur pengutusan misi di dunia.

Tugas mengidentifikasi dan penetrasi ke dalam kelompok unimax yang belum terjangkau?tantangan besar “memuridkan segala bangsa” – masih terbentang di hadapan kita. Tetapi kita diyakinkan dalam Alkitab bahwa Allah akan disembah oleh “sejumlah besar orang yang tak terhitung jumlahnya, dari setiap bangsa, suku, dan bahasa.” Kita berada dalam jarak penetrasi terhadap setiap kelompok suku di bumi dengan terang Injil di dalam momentum yang lebih besar dari sebelumnya dalam sejarah. Berbagianlah di dalamnya?temukan tempat Anda dalam signifikansi historis untuk menyatakan “Kemuliaan-Nya di antara segala bangsa!”


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas