PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Mengubah Wawasan Dunia Melalui Kisah Alkitab

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


D. Bruce Graham

D. Bruce Graham adalah Associate General Director dari Frontier Mission Fellowship, dan telah bekerja di U.S. Center for World Mission selama 16 tahun. Beliau mengikuti dan kemudian memimpin dalam kelas-kelas Perspectives yang paling awal di Wheaton, IL dan Pasadena, CA. Beliau dan istrinya, Christy, melayani di India selama 12 tahun, memperlengkapi orang-orang India untuk pelayanan lintas budaya.



Alkitab menyingkapkan sebuah kisah. Pasal-pasal terawalnya menelusuri sejarah umat Israel. Sejarah itu ditulis untuk membantu mereka memahami identitas dan tujuan mereka yang unik sebagai suatu umat. Identitas mereka berakar dari keluarga manusia yang pertama dan Allah Pencipta yang sedang memenuhi suatu tujuan di bumi melalui mereka. Tetapi Israel tidak unik dalam artian ini.

Setiap bangsa perlu mengerti sejarah dan asal-usul mereka. Suku bangsa menceritakan dan menceritakan ulang kisah mereka, yang membentuk wawasan dunia dan identitas mereka sebagai satu umat. Tetapi kisah suatu suku bangsa yang tidak terhubung dengan kisah Allah akan tetap tak berpengharapan dan tanpa tujuan yang kekal. Suku bangsa perlu menemukan tempat dan tujuan mereka di bumi dalam terang kisah Allah di antara bangsa-bangsa.

Orang menyaring informasi baru melalui jaring wawasan dunia mereka dan menilainya sesuai dengan wawasan dunia itu. Pada awal film yang berjudul The Gods Must Be Crazy, sebuah botol Coca cola dijatuhkan dari pesawat kecil yang sedang melintas di gurun Kalahari. Botol tersebut mendarat di antara suku Shod dan menimbulkan keingintahuan yang besar. Memikirkan mengapa dewa-dewa mengirim alat yang aneh ini, mereka menghabiskan beberapa hari menilai kegunaan botol ini. Akhirnya para tetua menyimpulkan bahwa benda baru ini tidak baik bagi mereka, dan kemudian membuangnya.

Kisah Alkitab diproses dengan cara yang serupa oleh orang yang mendengarnya pertama kali. Mereka bertanya pada diri mereka, “Apakah ini baik bagi kita? Apakah ini memberi kita cara yang lebih baik dalam menghadapi dunia kita, membuat kita mengerti dunia kita? Apakah cerita ini sesuai dengan realitas seperti yang kita ketahui? Apakah ini memberi harapan bagi suku kita?” Agar kisah Alkitab dapat diterima dan dipercaya oleh orang, kisah ini harus menemukan tempat dan kaitan dengan wawasan dunia mereka. Jika kisah Alkitab dilihat sebagai kisah yang memberi jawaban bagi suku mereka, sebagai kisah yang memenuhi kerinduan dan harapan suku mereka, kisah tersebut menjadi kabar baik bagi mereka. Mereka dapat melihat diri mereka terhubung dalam sebuah cara yang baru dengan Allah yang kudus yang sudah ada sejak dahulu dan yang sangat memperhatikan mereka. Dia telah menyatakan diri-Nya kepada mereka dalam Anak-Nya yang telah menggenapi janji dan pengharapan yang sudah dinyatakan sejak dahulu kepada segala bangsa. Mengikuti Dia mengembalikan identitas dan tujuan mereka di bumi. Mereka menjadi bagian dari kisah Allah.

Perubahan wawasan dunia semacam ini membutuhkan para pencerita yang mengerti seluruh kisah Alkitab dan dapat mengomunikasikannya secara penuh arti kepada orang-orang. Ini jauh dari membawa suatu kelompok suku kepada suatu “agama” baru. Ini jauh lebih dari sekadar cara “membawa orang untuk diselamatkan.” Ini tidak mencabut orang untuk masuk ke dalam sebuah komunitas asing. Seorang pencerita kisah Alkitab yang trampil melibatkan sebuah kelompok suku ke dalam suatu proses penemuan yang tidak mengabaikan kisah mereka sendiri, tetapi memberi mereka perspektif baru dan tujuan baru yang terkait dengan tujuan Allah.

Bekerja di India sebagai guru para calon misionaris, saya mengamati para mahasiswa mempelajari Alkitab dengan menghafal berbagai detailnya?penulis, tanggal, nama-nama orang dan tempat, dll. Mereka mempelajari fakta tentang Alkitab dan dapat mengajar kebenaran alkitabiah. Meskipun terkadang orang-orang dapat berespons, namun tanpa didasarkan pada kisah Alkitab, mereka mudah berbalik kepada pengajaran atau allah lain jika sesuatu yang lebih menarik muncul yang akan memenuhi kebutuhan yang dilihat mereka.

Tetapi sesuatu yang baru mulai berkembang di antara mahasiswa saya ketika kami mulai menelusuri seluruh kisah Alkitab. Kita mendekatinya secara induktif, berusaha menemukan pesan Allah di dalam setiap kisah. Bagaimana kisah-kisah ini terhubung? Apa inti dari seluruh kisah? Wawasan dunia dan perspektif mereka mulai berubah. Mereka merasa berbagian dalam apa yang kami sebut “Misi Manusia Penabur” (istilah yang kami gunakan untuk menggambarkan inti kisah dari Kej. 3:15). Semangat mereka dinyalakan dan mereka merasa menjadi bagian dari sesuatu yang signifikan.

Namun mengetahui kisah tersebut tidak langsung membuat mereka menjadi pencerita yang baik. Mereka harus melatih keahlian mereka dalam bercerita. Dan mereka harus memahami orang yang ingin mereka jangkau untuk dapat secara efektif mengomunikasikan kisah Alkitab. Alih-alih membaca buku-buku mengenai sebuah suku (biasanya ditulis oleh orang luar), kami mendorong mahasiswa untuk mempelajari suku tersebut secara induktif. Mereka menghabiskan waktu di kedai teh dan rumah-rumah, menemukan perhatian dan ketertarikan yang dimiliki orang lokal. Mereka mengambil bagian dalam berbagai perayaan dan tradisi lokal, selalu meminta pengertian dan hikmat kepada Tuhan agar dapat membantu mereka menceritakan kisah Alkitab dalam cara yang paling efektif.

Ini menghasilkan cara-cara kreatif dalam mengomunikasikan kisah Alkitab: melalui lagu, drama, gambar atau hanya sekadar menceritakan kisah tersebut, semua bentuk ekspresi yang umum di antara orang-orang India. Salah seorang mahasiswa menggambar tahapan kisah di sepanjang Alkitab, satu halaman per kisah, dan menggantung gambar-gambar tersebut di dinding ruang tamunya. Mahasiswa lainnya mengundang teman-teman ke rumahnya untuk berdiskusi seminggu sekali dan akhirnya dapat memperdengarkan seluruh kisah Alkitab kepada para pemimpin agama. Salah seorang wanita menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, mendengarkan kisah dan perhatian para wanita M di tempat dia bekerja. Akhirnya mereka mulai membuka diri kepadanya, dan dia memiliki kisah Alkitab untuk dibagikan kepada mereka yang menarik perhatian mereka. Mereka ingin mendengar lebih lanjut.

Jadi, marilah memperbanyak para pencerita yang mengerti seluruh kisah Alkitab. Marilah bantu mereka menginternalisasikannya bagi diri mereka secara induktif agar kisah ini menjadi kisah mereka. Mari mendorong mereka untuk memberi waktu mengenal kelompok suku lokal dan kisah mereka, agar mereka dapat secara berarti mengaitkan kisah suku lokal tersebut dengan kisah Allah. Ini akan mengubah wawasan dunia sebuah kelompok suku.



Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas