Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia
Draf Buku Perspektif
Steven C. Hawthorne
- Steven C. Hawthorne adalah Direktur dari WayMakers, sebuah pelayanan misi dan mobilisasi doa. Setelah menjadi editor bersama dari kursus dan buku Perspectives di tahun 1981, beliau menjalankan “Joshua Project,” suatu seri ekspedisi penelitian ke antara orang-orang yang belum terjangkau di Asia dan Timur Tengah. Dia juga menulis Prayerwalking: Praying on Site with Insight bersama dengan Graham Kendrick.
- Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: “ … segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa ... ” Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. – Matius 28:5-7
- Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku. – Matius 28:10
- Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu – Matius 28:16-17
Mereka menantikan-Nya di bukit, salah satu bukit tertinggi yang menghadap Laut Galilea. Mereka telah berada di tempat yang tepat. Mereka pernah bertemu dengan Yesus di sana sebelumnya. Yesus pernah berdoa di sana. Faktanya, Yakobus, Yohanes dan Petrus membawa mereka ke tempat di mana mereka melihat Yesus menampakkan diri dalam kemuliaan.
Mereka menatap danau di bawah bukit, tiba-tiba berbicara mengenai beberapa hal yang pernah terjadi di sekitar danau. Sekarang tinggal sebelas orang murid Yesus. Mereka saling mencuri pandang membayangkan apa yang akan terjadi ketika Yesus datang. Harapan menjulang tinggi dan liar. Waktu serasa berjalan sangat lambat. Mereka menanti dan bertanya-tanya di hati.
Dia tidak pernah bisa ditebak, bahkan pada awal pertemuan di Galilea sekalipun. Apa yang akan terjadi sekarang ketika Dia telah mati? Atau apakah Dia memang hidup? Mereka masing-masing telah melihat Dia setelah kematian-Nya, atau orang yang mungkin adalah Dia. Perjumpaan seperti itu tidak rutin. Dia pernah melalui pintu yang terkunci. Atau Dia pernah berjalan bermil-mil bersama teman-Nya tanpa dikenali, kemudian hilang ketika mereka mengenali Dia. Atau Dia pernah menampakkan diri sebagai tukang kebun yang sedang melakukan tugasnya sehari-hari. Atau sebagai orang biasa di tepi pantai. Anda dapat melihat Dia dan tidak tahu itu adalah Dia, dan kemudian melihat kembali dan hampir mati kaget ketika Anda tiba-tiba mengenali Dia. Sejak kematian-Nya, dan apa yang sepertinya adalah kebangkitan-Nya, Dia telah menemui mereka secara tiba-tiba, mengejutkan, secara acak. Tetapi sekarang ada tempat yang sudah ditentukan untuk menemui Dia. Apa yang akan Dia katakan? Sulit membayangkan Yesus dapat mengatur pertemuan yang lebih menarik perhatian mereka daripada yang dilakukan-Nya sekarang.
Meskipun mereka masing-masing mencari Dia, ketika Dia akhirnya menampakkan diri, Dia mengejutkan mereka semua ketika Dia secara perlahan berjalan ke arah mereka dari jauh. Siapa orang ini? Apakah Dia benar-benar hidup? Atau Dia seorang hantu? Sebagian meragukan, tetapi setiap mereka tunduk dan menyembah-Nya. Tindakan mereka ini pasti mengejutkan mereka juga. Inilah pertama kali mereka menyembah Dia dengan hormat penuh sebagaimana Dia adanya. Mereka tidak akan pernah melupakannya. Mereka juga tidak akan melupakan apa yang dikatakan-Nya.
Ketika Dia berbicara, suara-Nya tidak keras, tetapi perkataan-Nya begitu langsung sehingga rasanya Dia sedang berbicara melewati kepada mereka. Seakan-akan seperti ada sorang banyak di belakang mereka. Setelah itu mereka menyadari bahwa Dia telah berbicara kepada semua orang yang mau mengikut Dia.
Empat kali dalam pernyataan-Nya, Yesus menggunakan kata “segala” untuk menyatakan tujuan akhir dari seluruh sejarah. Melihat keempat kata “segala” ini merupakan cara paling sederhana bagi kita untuk mengerti apa yang dikatakan-Nya: segala kuasa, segala bangsa, segala sesuatu yang telah Dia perintahkan, dan segala zaman.
Daftar isi |
Segala Kuasa
Ada sesuatu yang berbeda dari Yesus ketika mereka melihat Dia datang mendekat. Ya, Dia telah bangkit dari kematian. Itu sudah cukup untuk membingungkan pikiran mereka, tetapi ada sesuatu yang lain mengenai Dia, sepertinya Dia telah diisi dengan kuasa yang luar biasa. Dia telah menunjukkan otoritas yang besar ketika mereka bersama-Nya. Dia selalu terbuka mengenai kuasa yang dimiliki-Nya: Dia hanya melakukan apa yang Bapa-Nya berikan kepada-Nya untuk dilakukan dengan kuasa yang diberikan dari atas. Tetapi Dia terlihat lebih besar sekarang ini. Dia tidak memakai mahkota atau mengayunkan tongkat kekuasaan. Dia adalah teman mereka, Yesus, yang masih memiliki senyum dan kesabaran yang sama. Tetapi Dia sekarang sepertinya terlihat besar di hadapan mereka. Dia terlihat seperti raja dan agung dan berbahaya. Dia adalah raja seluruh dunia. Mereka mengetahui semua hal di atas sebelum Dia berkata apa pun.
“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Mereka tidak terkejut mendengar Yesus berbicara mengenai diri-Nya. Perkataan-Nya bisa dimengerti seraya Ia berbicara. Allah Maha Kuasa, Yang Lanjut Usia, telah memberikan Yesus kuasa yang tak terlampaui. Mereka akan merenungkan hal ini selama bertahun-tahun dan tidak pernah mengerti kedalaman semua itu, tetapi itu bisa dimengerti: Kristus telah menang atas kejahatan di atas kayu salib. Akibat kemenangan itu Bapa telah meninggikan dan memuliakan Anak-Nya sebagai kepala atas seluruh umat manusia. Dia sekarang memerintah atas bala tentara sorga yang menghuni sorga yang tak terlihat. Dia sekarang memiliki kuasa untuk mengarahkan sejarah menuju ke arah apa pun yang sesuai dengan-Nya. Dia telah diberikan kuasa kerajaan untuk mendatangkan kepenuhan Kerajaan Allah.
Menurut saya, Yohanes, salah satu dari kesebelas murid yang ada di bukit itu, lama sesudah kejadian ini ditunjukkan pengalihan kekuasaan ini dari Bapa kepada Anak dari sudut pandang sorga (Why. 5:1-14). Yohanes melihat Allah Maha Besar, bertakhta, memegang tujuh gulungan bermeterai di tangan-Nya. Seluruh sorga rindu melihat apa yang ada dalam gulungan tersebut, yang adalah apa yang akan terjadi pada bumi di hari terakhir. Jawaban Tuhan kepada setiap ketidakadilan dan kesusahan yang ada dalam dunia, siap untuk dijalankan. Gulungan tersebut berisi akhir dan kemuliaan dari angkatan terakhir dari setiap bangsa. Harapan-harapan tertinggi yang bisa dibayangkan terlampaui oleh apa yang ada di dalamnya: setiap kejahatan dikalahkan, setiap manusia yang dilayakkan dimuliakan. Itu merupakan bagian akhir yang terhilang dari kisah manusia, suatu akhir yang indah di bawah Mesias sebagai kepala.
Mengapa Yohanes menangis ketika dia melihat harapan yang tertulis tersebut? Tanpa orang yang layak, tujuan Allah tidak akan terpenuhi. Tidak ada pelaksana. Apakah tidak ada seorang pun yang berkuasa untuk menjalankan kehendak-Nya? Yohanes disuruh untuk “jangan menangis.” Dia yang layak sudah ditemukan: “Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya” (Why. 5:5). Pribadi yang dipilih Allah sepenuhnya manusia, dari keturunan Daud, tetapi Dia juga adalah Allah, Anak Domba yang datang dari tengah takhta. Bapa memberikan manusia Yesus Kristus yang mulia ini kuasa tertinggi untuk menjalankan kehendak-Nya.
Yang Lanjut Usia telah memberikan segala sesuatu kepada Anak Manusia. Siapa yang dapat tahan terhadap hikmat-Nya? Siapa yang dapat mematahkan determinasi-Nya untuk menyembuhkan segala bangsa? Kuasa jahat apa yang dapat mengintimidasi-Nya? Siapa yang dapat membelokkan keinginan-Nya untuk mengumpulkan semua suku bangsa kepada diri-Nya? Kuasa seperti itu tidak pernah ada sebelumnya pada siapa pun. Dia tidak akan pernah dilampaui. Dia tidak akan pernah menyerahkan kedudukan-Nya sebagai Raja. Dia tidak akan pernah berhenti sampai Dia selesai menyelesaikan kepenuhan tujuan Bapa-Nya.
Segala Suku Bangsa
Manusia yang mulia ini sekarang berdiri di depan mereka. Dia berdiam sejenak setelah berbicara mengenai kuasa-Nya, agar apa yang dikatakan-Nya bisa meresap. Dia dapat memerintahkan segala sesuatu. Apa yang akan diperintahkan-Nya?
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.”
Mereka mengerti kemudian apa yang mungkin terlewatkan oleh para pembaca dari terjemahan kalimat ini, bahwa kata kerja utamanya adalah “memuridkan.” Kata kerja lainnya, “pergi … baptiskan … dan ajarkan” adalah perintah untuk bertindak, tetapi semua itu memenuhi apa yang Yesus maksudkan dari perintah porosnya: “Muridkan semua bangsa.”
Sebuah Sasaran, Bukan Sebuah Proses
Yesus berbicara seakan-akan mereka dapat melihat setiap bangsa dari bukit tempat Dia berdiri. Memuridkan setiap bangsa artinya akan ada sebuah perubahan seluruhnya di antara setiap bangsa, bahasa dan kaum.
Di dalam sintaks kalimat yang Yesus ucapkan, kata Yunani yang diterjemahkan “menjadikan murid” membutuhkan objek bagi tindakan pemuridan. Ruang lingkup dari objek itu (dalam kasus ini “segala bangsa”) akan mendefinisikan jangkauan tindakan memuridkan. Mandat ini jangan diringkas hanya sebagai “menjadikan murid,” seakan-akan Yesus semata-mata hanya ingin proses pemuridan ini terjadi. Ekspresi kalimat ini harus diletakkan secara utuh: “memuridkan segala bangsa.” Yesus sedang menetapkan sasaran yang sangat besar. Gerakan pemuridan merupakan nasib terhadap setiap kelompok suku di seluruh dunia. Dia sedang memberikan mereka tugas untuk memulai gerakan-gerakan tersebut.
Yesus tidak sedang menekankan proses mengomunikasikan Injil. Faktanya Dia sama sekali tidak sedang berbicara mengenai Injil itu sendiri. Mereka tidak hanya diperintahkan untuk membuat semua suku bangsa terekspos kepada Injil. Mereka diamanatkan untuk menghasilkan sesuatu, sebuah respons, pengikut Yesus yang global dari segala suku bangsa. Itulah tugas yang harus dicapai. Dan itu akan diselesaikan. Tak ada keraguan yang terlintas di pikiran mereka tentang perintah itu. Yesus selalu menyelesaikan segala sesuatu yang Dia ingin lakukan.
Suku-suku Bangsa
Kebanyakan terjemahan pada hari ini dibaca “segala bangsa.” Ketika telinga orang modern mendengar kata “bangsa” mereka serta-merta memikirkan tentang ide mengenai sebuah “negara.” Tetapi kata Yunaninya adalah ethne, yang dari kata itu kita mendapat kata “etnis.” Meskipun istilah ini kadang kala digunakan untuk merujuk pada semua orang bukan Yahudi atau yang non-Kristen, ketika kata itu digunakan dengan kata Yunani yang artinya “segala,” kata tersebut harus diberi makna yang paling umum: sebuah kelompok etnis atau budaya.
Agar jelas kita menggunakan “kelompok suku.” Pada masa kini, seperti juga di masa para murid, orang-orang masih berkelompok dalam berbagai identitas etnis yang bertahan. Ada beberapa lapisan di mana kelompok-kelompok orang diidentifikasi: Faktor bahasa, budaya, sosial, ekonomi, geografis, agama, dan politik masing-masing dapat menjadi bagian yang membentuk berbagai kelompok suku di dunia ini. Dari sudut pandang penginjilan, “kelompok suku” adalah kelompok terbesar yang mungkin di dalam mana Injil dapat disebarkan sebagai bagian dari gerakan penanaman gereja atau pemuridan tanpa menghadapi halangan pengertian atau penerimaan.
Para murid tidak akan salah mengerti amanat ini merujuk kepada negara-negara politis dalam dunia, atau mengaburkan perintah untuk orang non-Yahudi secara umum. Kesebelas murid berasal dari wilayah yang disebut “Galilea dari wilayah bangsa lain” (kata Yunani yang diterjemahkan “bangsa-bangsa lain” dalam Matius 4:15 identik dengan kata ethne yang artinya “suku bangsa” atau “bangsa” dalam Matius 24:14 dan 28:20). Galilea pada masa itu dikenal dengan keragaman suku bangsa yang hidup dengan bahasa dan adat yang berbeda (Yoh. 12:20-21, Matius 8:28 dan perikop lainnya).
Mereka tahu kalau Kitab Suci berbicara mengenai kelompok suku. Mereka tahu kalau mereka sendiri adalah keturunan Abraham, ditakdirkan untuk memberkati kaum dan bangsa-bangsa lain (Kej. 12:3; 22:18; 28:14). Mereka tahu kalau Anak Manusia adalah Mesias, yang pemerintahan kerajaan-Nya akan meliputi “segala bangsa, suku bangsa dan bahasa” (Dan. 7:14).
Pergi kepada Bangsa-bangsa
Kristus menyuruh mereka untuk bersedia berpindah tempat untuk melakukan tugas ini. “Pergi,” bukan hal yang kebetulan, seakan-akan Dia sedang berkata, “kapan pun kamu sempat pergi jalan-jalan, cobalah memuridkan beberapa orang di mana pun kamu berada.” Selama bertahun-tahun mereka telah berjalan bersama Dia, mengawasi dan menolong saat Dia secara sistematis menjangkau seluruh wilayah (Mrk. 1:38; Mat. 4:23-25). Dia telah mengutus mereka lebih dari satu kali kepada kelompok suku dan tempat tertentu, selalu mengarahkan mereka untuk masuk ke dalam hubungan yang signifikan untuk merangsang gerakan pengharapan akan kerajaan Kristus yang tidak akan berakhir. Injil tidak bisa diberitakan tanpa benar-benar pergi ke tempat-tempat di mana orang-orang tinggal (Mat. 10:5-6; 11-13; Luk. 10:1-3; 6-9). Sekarang Dia mengutus mereka ke tempat yang jauh untuk melakukan lebih banyak lagi hal yang sama agar menghasilkan gerakan pemuridan dan doa yang berbasis di rumah-rumah.
Segala Sesuatu yang Telah Kuperintahkan
Yesus memberi mereka dua hal spesifik yang sederhana mengenai memuridkan orang: membaptis dan mengajar. Sebelum kita memasukkan pengertian kita yang terkemudian tentang apa itu baptisan atau apa topik yang ideal untuk pengajaran, perhatikan apa yang telah didengar para pengikut Yesus mula-mula.
Suatu Umat Bagi Nama-Nya
Yesus menggalimatkan perintahnya seperti ini, “baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Mereka pernah bertemu dengan Yesus ketika Yohanes sedang membaptis orang. Baptisan tersebut menandakan sebuah pertobatan dari kehidupan yang lama, suatu pembersihan dan partisipasi dalam umat Allah yang siap untuk kepenuhan kerajaan Allah.
Para murid sudah mulai membaptis orang juga, pada akhirnya membaptis lebih banyak dari Yohanes Pembaptis (Yoh. 4:1-2). Melalui baptisan tersebut orang menyatakan pertobatan dan kesiapan mereka untuk mengikuti Mesias yang akan datang. Baptisan menandakan suatu perubahan kesetiaan. Orang yang telah dibaptis sebenarnya bersumpah kepada diri mereka sendiri untuk hidup di bawah pemerintahan Mesias ketika Dia datang.
Sekarang Yesus sekali lagi mengutus mereka untuk membaptis. Pada saat itu mereka tidak dapat mengerti secara penuh, tetapi mereka nantinya akan melihat apa maksud Yesus melalui hasil yang ada: Suatu komunitas baru yang akan dibentuk melalui baptisan itu. Ketiga nama yang diucapkan bukanlah suatu mantra yang kosong yang diucapkan ketika ritual dilangsungkan. Orang-orang yang mereka baptiskan harus diperkenalkan kepada Allah secara pribadi sebagaimana Dia telah menyatakan diri-Nya secara penuh. Mereka tidak lagi menantikan Mesias yang misterius. Setiap murid yang telah dibaptiskan dapat memiliki hubungan langsung dengan Bapa yang telah memberikan Anak-Nya, dan yang akan mengirimkan mereka Roh Kudus.
Melalui baptisan tersebut, Allah akan mendapatkan bagi diri-Nya satu umat yang secara pribadi akan mengenal apa yang Allah ingin untuk dinyatakan secara global. Orang yang telah dibaptiskan akan menyandang nama-Nya secara umum di setiap kelompok suku. Mereka kemudian akan mengenali bahwa Allah sedang membentuk, dari seluruh suku bangsa, “suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya” (Kis. 15:14).
Hidup Di Bawah ketuhanan-Nya
Ketika Yesus berkata “ajarlah” mereka tidak akan memiliki sedikit kesan bahwa mereka harus memindahkan pengetahuan belaka kepada orang-orang baru.
Mereka mendengar Dia berkata, “ajarlah mereka untuk taat.” Mereka tidak diutus untuk mengumpulkan pelajar dalam kelas yang mengajarkan cara hidup dan pikir orang Ibrani. Mereka seharusnya melatih orang untuk mengenal dan mengikuti Yesus sepenuhnya sehingga Dia bisa dikenal. Penginjilan mereka pada intinya harus merupakan ketaatan hidup ketimbang menekankan pada kesamaan kepercayaan. Semua itu berkaitan dengan ini, tetapi seperti kata Paulus kemudian, ditujukan “supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya” (Rom. 1:5).
Menaati Yesus bukan suatu tindakan yang tidak jelas dan subjektif di mana setiap orang menaati Yesus membuat pengertiannya sendiri tentang pemuridan. Yesus telah mengajar mereka sangat sedikit dan dengan perintah yang sangat jelas. Tak satu pun perintah-perintah ini yang berhubungan dengan sistem religius yang menumpuk jasa secara legalistik. Perintah utama adalah perintah sederhana dan universal, diberikan kepada semua pengikut-Nya: “Kasihilah sesamamu manusia.” Tidak mungkin mengasihi “sesamamu manusia” secara sendiri. Perintah ini membutuhkan dua orang atau lebih untuk memenuhinya dengan cara yang sadar. Yesus sedang membentuk suatu komunitas yang saling memberi hidup dalam sukacita di bawah Pemerintahan-Nya.
Menaati Yesus bukan suatu tindakan yang tidak jelas dan subjektif di mana setiap orang menaati Yesus membuat pengertiannya sendiri tentang pemuridan. Perintah-perintah ini tidak ada hubungannya dengan sistem agama yang legalistik. Perintah utama adalah perintah sederhana dan universal, diberikan kepada semua pengikut-Nya: “Kasihilah sesamamu manusia.” Tidak mungkin mengasihi “sesamamu manusia” secara sendiri. Perintah ini membutuhkan dua orang atau lebih untuk dapat terlaksana dengan baik dan dilakukan dengan sadar di antara yang melaksanakan. Yesus sedang membentuk suatu komunitas yang saling memberi hidup dalam sukacita di bawah Pemerintahan-Nya.
Mereka kagum akan kebenaran dari semua perintah itu. Betapa tepat, betapa benar, betapa sangat mendesaknya untuk mengumpulkan orang untuk mengikuti Dia dari segala bangsa. Yesus tidak sedang menyatakan suatu ambisi kosong. Yang Lanjut Usia telah meninggikan Kristus sebagai satu-satunya penyelamat dan hakim terakhir bagi semua manusia yang pernah hidup. Hanya Dia yang dapat menggenapi nasib dari setiap kaum dan kelompok suku di bumi.
Segala Masa
“Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu…” Perintah terakhir sebenarnya “Lihatlah!” yang berarti “Lihat Aku. Terus berfokus kepada-Ku. Berpaut dan pandanglah Aku.” Dia baru saja mengutus mereka untuk pergi ke tempat-tempat yang paling jauh di bumi. Tetapi Dia tidak mengutus mereka menjauh dari Dia. Dia sebenarnya menarik mereka untuk datang lebih dekat kepada-Nya dari sebelumnya. Dia tidak hanya sedang memberikan kuasa-Nya. Itu memang benar jika Dia sedang mengumumkan kepergian-Nya. Sebaliknya, Dia menyatakan bahwa Dia akan tetap di bumi, menggunakan setiap kuasa yang ada pada-Nya sampai akhir zaman. Dia sendiri akan beserta dengan mereka setiap hari sampai akhir zaman.7
Tidak lama sesudah itu, dari bukit yang lain di dekat Yerusalem, mereka akan melihat Dia saat Dia terangkat ke langit (Kis. 1:9-12). Dari kota itu “mereka pergi dan mengabarkan Injil ke segala tempat.” Ketika mereka pergi, mereka yakin bahwa Yesus tidak hanya sekadar menghilang. Dia sedang bertakhta di sorga. Tetapi mereka ingat apa yang pernah Dia katakan tentang Dia akan menyertai mereka. Dan memang demikian! Seperti yang dicatat oleh Injil Markus, pada saat yang sama ketika Yesus duduk “di sebelah kanan Allah,” Dia juga “bekerja bersama mereka” ketika mereka pergi kepada ke empat ujung bumi untuk menginjili (Mrk. 16:19-20).
Masa yang Yesus bicarakan belum berakhir. Setiap hari sejak pertemuan itu, Yesus telah “beserta” dengan mereka yang sedang memenuhi mandat yang Dia berikan.
Saat Anda membaca tulisan ini, hari ini juga merupakan salah satu dari hari-hari itu. Yesus sudah tahu dari bukit itu bahwa hari ini akan datang. Dia tahu tentang Anda. Dan Dia tahu tentang kelompok suku bangsa yang akan mengikut Dia dalam masa kehidupan Anda. Dapatkah Anda membayangkan Anda berada di bukit itu, berlutut di tanah, sebelas orang murid Tuhan di sebelah Anda, diam mendengar Dia berkata-kata? Anda berhak membayangkan diri Anda ada di sana, karena Yesus memang mengatakan hal tersebut. Dan ketika Dia mengatakannya, Dia berbicara dengan jelas kepada setiap orang yang akan mengikut Dia. Itu termasuk Anda dan saya. Apa yang akan kita lakukan sebagai respons kepada-Nya? Dia telah memberikan mandat kepada seluruh umat-Nya untuk bekerja dengan segala kuasa yang dimiliki-Nya untuk membuat segala suku bangsa taat kepada segala yang telah Dia perintahkan. Bagaimana bisa kita melakukan hal lainnya selain memberi diri kita sendiri?