PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Kota-kota dan Garam: Budaya tandingan untuk Kebaikan Bersama

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Tim Keller

Tim Keller adalah seorang pendeta pendiri Redeemer Presbyterian Church di kota New york, yang telah secara efektif menjangkau kaum profesional dari beragam latar belakang budaya. Redeemer’s church Planting Center telah membantu memulai lebih dari 100 gereja dari berbagai macam denominasi di daerah kota New York dan di seluruh dunia. Beliau sebelumnya melayani sebagai profesor di Westminster Theological Seminary dan menulis beberapa buku.

Tidak ada isu yang lebih bersifat memecah belah di penginjilan kontemporer daripada bagaimana orang-orang Kristen harus berhubungan dengan budaya kita yang semakin luas. Berbagai studi saling menyerang – dari orang Kristen Kanan kepada pietisme tradisional kepada gereja yang menyatu sampai kepada monastikisme yang baru. Di bawah ini saya menuliskan sebuah cara ke depan yang berusaha untuk mengkombinasaikan kekuatan dari banyak gerakan ini sambil menanggulangi/mengurangi banyak ketidakseimbangan dan kelemahan mereka.

Daftar isi

Injil – Kaya dan Tajam

Pertama dan terutama, kita memerlukan pemahaman yang kaya sekaligus tajam tentang Injil. Banyak orang melihat pekabar Injil tradisional dan mengeluh bahwa itu individualistik. Sebuah versi klasik jalanan adalah "Yesus telah mati bagi dosa-dosamu supaya kamu dapat memperoleh hubungan pribadi dengan Dia." Mereka berpendapat bahwa ungkapan Injil yang lebih kuno memberikan kesan bahwa melarikan diri dari dunia ke Surga adalah segalanya.

Dalam formulasi yang lebih kuno ini, banyak penginjil yang mengatakan bahwa Injil adalah "Yesus itu Tuhan; kerajaan-Nya sudah dekat." Di dalam kalimat ini, kematian Yesus tidak menghilangkan murka Allah terhadap dosa-dosa kita sebanyak menghisap kejahatan dan kekejaman dunia. Di dalam kematian-Nya, Dia mengalahkan kuasa-kuasa dunia, menunjukkan jalan yang tidak jahat dan melayani serta memanggil kita untuk masuk dalam komunitas kerajaan-Nya dan bekerja untuk kedamaian dan keadilan di bumi. Mereka yang berbicara mengenai hal kerajaan dan mengatasi kuasa-kuasa, daripada penggantian hilangnya murka, menginginkan sebuah injil yang membentuk praktek-praktek Kristen di dunia. Mereka melihat efek dari Injil yang lebih individualistik pada orang-orang yang memperlakukan Injil hanya sebagai kartu "keluar dari neraka dengan bebas" yang tidak mengubah hidup mereka.

Bagaimanapun, cara berbicara demikian sering mengaburkan ketajaman perbedaan antara Hukum dan Injil yang dinyatakan oleh para Reformator dengan begitu baik dan yang ada di jantung Kebangunan yang Besar. Kita diselamatkan oleh iman melalui karya Kristus, bukan melalui usaha kita sendiri. Jika Injil hanyalah sebuah pesan untuk "menyesali hidup bagi diri Anda sendiri dan bergabung dalam program kerajaan," maka itu hanya menjadi satu legalisme lagi. Kita harus sampai pada tempat dimana kita bisa melihat keduanya, kekayaan dan ketajaman Injil. Kita harus mengkhotbahkan "ketajaman’ Injil klasik akan penebusan, keadilan, dan anugerah – bagi perubahan individual. Tetapi kita juga harus mengkhotbahkan tujuan akhir dari penyelamatan Yesus bukanlah melarikan diri dari dunia ini tetapi menyempurnakan pembaharuan dunia, surga dan bumi yang baru. Jika strategi kita tidak membangun keluar genggaman Injil, maka itu hanya akan menjadi satu usaha lagi untuk mengendalikan budaya melalui beberapa teknik. Kita kemudian hanya akan menjadi sama seperti orang-orang lain. Ketajaman Injil lah yang membuatnya kaya, dan begitu dapat diterapkan, di semua bidang kehidupan dan kebiasaan. Hanya pemahaman Injil ini yang memperlengkapi kita bagi penginjilan sekaligus melakukan keadilan dan pembaharuan budaya.

Terang – Ibadah Penuh Anugerah yang Radikal

Di dalam Matius 5:14-16 Yesus berkata kepada para murid-Nya bahwa mereka harus menjadi "kota yang terletak di atas gunung" yang "perbuatan baiknya" merupakan cahaya yang akan menuntun orang-orang yang belum percaya untuk meninggikan Bapa di Surga. Menjadi kota berarti menjadi sebuah komunitas. Anda tidak bisa menjadi sebuah kota bagi diri Anda sendiri! Tidaklah cukup bagi orang Kristen hanya menjalani hidup dengan menjadi baik sebagai individu di dalam sebuah masyarakat. Lalu mengapa Yesus menyebut kita "kota" bukannya sekedar "persekutuan"? Orang Kristen dipanggil untuk menjadi wakil kota di dalam setiap kota di dunia, wakil budaya manusia di dalam setiap budaya manusia, untuk menunjukkan bagaimana seks, uang dan kekuasaan dapat digunakan dengan cara yang merusak dan sanggup diubah oleh Injil.

Namun panggilan Yesus kepada kita bukan sekedar untuk menjadi daerah kantong bagi diri kita sendiri. Kata bahasa Yunani untuk "perbuatan baik" biasanya bukan berarti perilaku moral secara umum tetapi perbuatan memperhatikan dan melayani. Para uskup Kristen mula-mula di kerajaan Roma dahulu dikenal karena perhatian mereka terhadap fakir miskin dan orang-orang yang lemah yang pada akhirnya, meskipun bagian dari agama minoritas, mereka tampaknya memiliki hak berbicara untuk keseluruhan komunitas lokal. Gereja mula-mula dikenal lebih banyak berbuat dan efektif menolong orang-orang miskin daripada pemerintah Roma atau institusi budaya lainnya. Kecuali hal itu berlaku juga bagi kita saat ini, kita seharusnya tidak mengharapkan pengaruh yang kuat terhadap budaya. Jika gereja tidak membela orang-orang yang terbatas, maka dirinya sendiri akan menjadi terbatas. Itulah keadilan (puitis) Allah.

Sama seperti Israel diminta untuk "usahakan kedamaian dan kesejahteraan" dari kota penyembah berhala, Babilonia (Yer 29:4-7), demikianlah orang Kristen harus dikenal sebagai orang-orang yang berusaha untuk melayani orang lain entah mereka percaya kekristenan ataupun tidak. Kita dipanggil untuk menjadi sebuah kota terang di dalam setiap kota. Penduduk di dalam kota Allah haruslah menjadi penduduk yang terbaik di kota duniawi mereka juga.

Garam – Kehadiran Budaya yang Setia

Di dalam Matius 5:13, Yesus juga menyebut orang-orang percaya sebagai "garam dunia." Sebelum pendinginan, garam dijadikan bahan pengawet. Garam membuat daging tetap "baru" sehingga tidak busuk. Karena itu metafora ini merupakan lagu tambahan yang mengiringi lagu lain yaitu terang. Metafora terang lebih agung dalam janjinya: orang-orang buta dapat datang melihat! Tetapi metafora garam, lebih rendah dalam apa yang kita anggap. Kehidupan Kristen (seperti garam pada daging) cukup penting untuk menahan budaya dari penurunan, tetapi di sini kita diingatkan untuk tidak selalu mengharapkan perubahan sosial yang fundamental.

Garam adalah metafora yang lebih negatif juga. Garam pada luka memperburuk, tetapi juga menyakitkan. Ini berarti orang Kristen harus berdiri di atas kebenaran dan bimbingan keyakinan dan praktek ortodoks, tetapi akan ada pertentangan yang tidak bisa dielakkan (1 Ptr 2:12). Yesus berkata bahwa orang Kristen bisa mempengaruhi dan menahan masyarakat dari kemerosotan secara sosial dan budaya.

Metafora garam juga berarti orang Kristen (seperti garam) harus menyebar dan meresap supaya menjadi efektif. Kita tidak hanya mempengaruhi dunia sebagai komunitas budaya tandingan("kota") tetapi juga sebagai individu membaur yang membawa pesan dan cara pandang dunia Kristen ke dalam setiap lingkup dan sektor masyarakat. Metafora garam membuat saya meminjam sebuah kalimat dari James Hunter yang mengena terhadap apa yang menurut saya merupakan keseimbangan yang benar di dalam hubungan kita dengan budaya. Perkataan Hunter tentang orang Kristen "kehadiran/keberadaan yang setia – bukan tanpa budaya, ataupun "penebusan budaya." Kita tidak seharusnya menjadi pesimistik tentang perubahan budaya seperti beberapa orang percaya, ataupun merasa menang dan yakin seperti orang-orang lainnya.

Di dalam dan di antara kedua metafora garam dan terang, kita memilah keseimbangan ini yang kita sebut dengan "kehadiran budaya" bukannya tanpa budaya, pembedaan budaya, atau penebusan budaya. Gambaran garam berarti kita harus mempunyai pengaruh Kristen pada budaya yang lebih luas dan "memperbaharui"nya - menyegarkan dan membentuknya di dalam beberapa cara. Namun gambaran kota dan terang menekankan pentingnya gereja itu sendiri sebagai masyarakat mini yang sangat berbeda dan indah. Metafora-metafora ini mengulurkan kemungkinan membawa beberapa pengaruh Kristen yang signifikan ke dalam masyarakat, tetapi tampaknya mereka tidak mengulurkan kemungkinan dari berbagai macam "ambil alih" atau mengkristenkan masyarakat secara keseluruhan.

Gereja – Perkataan dan Perbuatan

Kita telah mengetahui Injil adalah kaya sekaligus tajam. Kita menemukan di dalam Alkitab bukan hanya menggemakan untuk mengabarkan Injil kepada dunia, tetapi juga panggilan yang kuat untuk berbuat adil dan memedulikan orang miskin. Namun banyak orang yang takut bahwa penekanan yang baru atas pelayanan kasih dan keadilan akan salah menempatkan penginjilan yang penuh semangat dan mendisiplinnya dalam cara dilakukannya di dalam garis utama gereja selama pertengahan abad 20.

Membedakan antara gereja "institusional" dengan gereja "organik" dapat menolong. Menurut pemimpin Kristen Belanda, Abraham Kuyper, "gereja institusional" adalah gereja di dunia yang dikelola oleh para pengurus dan pelayannya, mengabarkan Injil, membaptis, dan memuridkan. Ini beliau bedakan dari gereja sebagai "organisme", yang artinya adalah orang-orang Kristen di dunia, yang telah dimuridkan dan diperlengkapi untuk menyebarkan Injil ke seluruh kehidupan.

Pelayanan Injil gereja mencakup baik menginjili orang yang belum percaya dan juga membentuk setiap area kehidupan orang percaya melalui Injil, tetapi itu bukan berarti bahwa gereja sebagai sebuah institusi di bawah para tua-tua secara badan hukum menyelenggarakan semua kegiatan yang para anggotanya kita perlengkapi. Sebagai contoh, ketika gereja seharusnya memuridkan para anggotanya yang merupakan para pembuat film sehingga karya film mereka akan sangat dipengaruhi oleh Injil, gereja tidak perlu menjalankan sebuah perusahaan produksi film – yang seharusnya dilakukan oleh para pembuat film itu sendiri.

Menjadi peka terhadap perbedaan antara gereja "institusional" yang bersatu dan membaur ini, gereja "organik" bergerak melampaui argumen entah misi gereja yang terpenting adalah penginjilan ataupun pembaharuan budaya. Dipertimbangkan dengan lebih dekat dan formal, gereja institusional ada pertama-tama untuk menginjili dan memuridkan orang, tetapi lebih luas lagi, orang Kristen dipanggil untuk melawan dan berusaha untuk memulihkan semua akibat dosa di dunia – secara spiritual, psikologis, sosial, dan fisik. Di dalam nama Yesus, mereka harus menginjili, membimbing, melindungi orang yang tidak mempunyai rumah, memberi makan orang yang lapar, merawat orang yang sakit, dan menciptakan masyarakat yang lebih adil bagi semua.

Pekerjaan – Lapangan Pekerjaan dan Iman

Satu cara utama yang gereja institusional perlengkapi orang Kristen untuk berfungsi sebagai garam ke tengah dunia adalah dengan mendisiplin mereka untuk mengintegrasikan iman mereka dengan pekerjaan mereka. Iman kita memberitahukan pekerjaan kita di dalam sedikitnya 4 hal:

Pertama, iman kita mengubah motivasi kita untuk bekerja.

Bagi orang profesional, yang cenderung bekerja berlebihan dan mudah gelisah, Injil mencegah kita dari mencari makna dan identitas diri di dalam uang dan kesuksesan. Bagi para pegawai, yang cenderung pada apa yang disebut sebagai "eye service"(bekerja dengan baik kalau/untuk dilihat atasan) dan pekerjaan yang membosankan, iman memimpin kita untuk bekerja "seperti untuk Tuhan" (Kol 3:22-23).

Kedua, iman kita mengubah pemahaman kita tentang pekerjaan

Teologi yang teguh tentang penciptaan dan kasih serta pemeliharaan Allah atasnya, menolong kita untuk melihat bahkan tugas yang sederhana seperti membuat sepatu, menambal gigi, dan menggali parit merupakan cara untuk melayani Allah dan membangun komunitas manusia. Produksi budaya menjadi sebuah hal mengatur ulang dunia secara materi sedemikian rupa yang menghormati dan menaikkan perkembangan manusia. Teologia yang baik tentang pekerjaan menolak kecenderungan dunia modern untuk hanya menghargai para ahli dan hal-hal yang sulit untuk dilakukan, dan yang karenanya meminta lebih banyak uang dan kekuasaan.

Ketiga, iman kita menyediakan etika yang tinggi bagi orang Kristen di tempat kerja.

Banyak hal yang secara teknis legal tetapi secara alkitabiah tidak bermoral dan tidak bijaksana yang tidak diperbolehkan bagi orang percaya. Hal ini selalu membawa mereka bekerja dengan level integritas yang sangat tinggi dalam pekerjaan mereka.

Keempat, iman kita memberikan dasar untuk menyusun kembali cara yang paling baik dimana jenis pekerjaan kita dilakukan.

Setiap lapangan pekerjaan dirusak oleh dosa dan penyembahan berhala. Tenaga profesional medis Kristen akan menemui beberapa praktek yang menghasilkan uang bagi mereka tetapi tidak memberi faedah bagi para pasien. Orang Kristen di dalam marketing dan bisnis akan memilah praktek-praktek yang biasa dan pola-pola perilaku yang diterima yang menambah kekuasaan, status, dan kekayaan tanpa keuntungan yang pantas bagi para pembeli dan rekan lainnya. Sudut pandang kristen memberikan pada orang percaya cara-cara untuk menganalisa filosofi-filosofi dan praktek-praktek yang menguasai bidang mereka dan membawa pembaharuan serta mereformasi semua itu.

Kota – Jemaat Gereja dan Penjangkauan

Mungkin dimana-mana tidak akan ada strategi se- komprehensif ini yang menghasilkan lebih banyak buah budaya daripada di dalam kota-kota utama global. Penduduk ibu kota dan pekerjaan yang mereka lakukan mempunyai pengaruh yang sangat besar di masyarakat. Selalu begini keadaanya. Sejarawan menunjukkan bahwa di A.D 300 populasi urban dari Kerajaan Roma sebagian besar adalah orang Kristen, sementara di daerah luar kota adalah para penyembah berhala. Hal ini juga terjadi di abad milenium pertama di Eropa – kota-kota itu Kristen, namun populasi yang banyak di seberang daerah luar kota adalah para penyembah berhala. Ketika kota-kota itu Kristen, bahkan jika mayoritas jumlah penduduknya adalah penyembah berhala, masyarakat dipimpin dalam jalan Kristen. Mengapa? Kota berlangsung, demikian pula budayanya: tren budaya cenderung diteruskan di dalam kota dan mengalir keluar masuk ke dalam masyarakat yang lain.

Apakah itu berarti bahwa semua orang Kristen harus tinggal di kota? Tidak. Kita membutuhkan orang-orang Kristen dan gereja-gereja dimana ada orang-orang di situ! Tetapi permasalahan yang sesungguhnya adalah bahwa kehadiran orang kristen diwakili oleh orang-orang kristen dan gereja-gereja jauh lebih baik di pusat-pusat non-urban daripada di dalam kota-kota yang berpengaruh. Ahli misi memberitahu kita bahwa bahkan bagian-bagian di dunia dimana kekristenan berkembang dengan cepat, gereja tidak menjangkau penduduk kota pusat sekuler sama sekali.

Gerakan – Ekosistem dan Gereja Baru

Mengapa kota-kota utama tidak dijangkau oleh gereja pada skala manapun? Karena diperlukan gerakan Injil untuk menjangkau pusat budaya urban. Sebuah gerakan merupakan sebuah "ekosistem" gereja dan pelayanan yang saling tergantung yang, sekali dibentuk, bertumbuh, dan menyebar sendiri secara alami tanpa satu perintah pun dari pusat. Pusat ekosistem ini adalah tubuh gereja baru yang berlipat ganda yang menggambarkan semua nilai "DNA Injil" yang disebutkan dalam artikel ini.

Pelayanan-pelayanan yang Berlipatganda Bekerja Sama

Meskipun demikian, gereja institusional tidak bisa dengan sendirinya mempunyai ekosistem. Di sekitar pusat gereja yang berkembang ini ada pelayanan-pelayanan khusus yang menggali jauh masuk ke dalam kota dan mengerjakan hal-hal yang gereja institusional tidak bisa juga melakukannya. Harus ada lembaga keluarga kristen dan sekolah teologia bagi para pemimpin. Harus ada beberapa bisnis untuk keuntungan baru yang didirikan oleh orang Kristen yang berkomitmen untuk menjalankan cara-cara bekerja yang di bidang mereka. Harus ada pertempuran yang memusingkan dari perusahaan-perusahaan non-profit dan pelayanan-pelayanan yang mengarah secara jelas pada semua kebutuhan populasi yang ada. Harus ada pelayanan kampus yang bersemangat, menyuplai gereja-gereja dan ekosistem lainnya dengan arus pemimpin-pemimpin muda yang baru secara konstan.

Akhirnya, sebuah ekosistem yang sehat memerlukan para pemimpin bisnis , tenaga akademis, ahli teologia, pendeta, dan pemimpin lainnya yang Kristen untuk saling mengenal dan menghargai satu sama lain tanpa curiga dan "kesadaran yang dangkal" (turf-consciousness). Mereka perlu berpikir secara keseluruhan mengenai kota mereka dan menemukan cara-cara dimana berbagai macam bagian dari ekosistem dapat bekerja sama dengan lebih sinergis. Kenyataannya sebagian besar gereja tidak bisa "membuat lompatan" untuk memiliki keseimbangan ini yang memampukan mereka untuk ikut ambil bagian dalam ekosistem Injil yang mengubahkan. Cara terbaik untuk menghasilkan gereja-gereja dengan pelayanan jenis ini adalah dengan mendirikan gereja baru yang memiliki "DNA" yang dibangun sejak awal.

Mengapa Gereja Baru?

Gereja baru menjangkau orang baru. Gereja baru menjangkau orang-orang yang belum bergereja jauh lebih efektif daripada gereja yang telah lama berdiri. Beberapa studi menegaskan bahwa rata-rata gereja baru akan membawa orang-orang baru ke dalam hidup Tubuh Kristus 6-8 kali dari angka jemaat lama dengan ukuran yang sama. Mengapa bisa demikian? Seiring dengan usia jemaat, tekanan internal institusi yang berkuasa menuntun jemaat untuk mengalokasikan sebagian besar sumber dan energi untuk kepedulian para anggota dan konstituante daripada untuk mereka yang di luar gedung. Ini alamiah dan sampai tingkat tertentu diperlukan sekali. Jemaat yang lebih lama, karenanya, memiliki kestabilan dan keteguhan yang dibutuhkan oleh banyak orang. Kita juga harus mengingat bahwa banyak orang tidak akan dijangkau hanya oleh gereja dengan akar yang dalam di dalam komunitas dan oleh jerat kestabilan dan kehormatan.

Gereja baru menghasilkan pelayanan baru. Gereja-gereja baru juga sangat penting karena dalam beberapa tahun, mereka menjadi sumber Kristen yang memberi kepada pelayanan-pelayanan lain di dalam kota.

Gereja baru menjangkau keanekaragaman. Banyak gereja baru yang merupakan satu-satunya cara untuk menjagkau keanekaragaman kota belaka. Gereja baru memiliki kemampuan jauh lebih besar untuk menjangkau arus generasi baru secara konstan, kelompok imigran baru, dan penduduk baru yang datang ke kota. Jemaat baru sesungguhnya memberi kuasa orang-orang baru jauh lebih cepat dan siap daripada gereja-gereja lama. Maka, mereka selalu mempunyai dan akan selalu menjangkau orang-orang dengan fasilitas yang lebih besar daripada tubuh yang telah berdiri lama. Ini, tentu saja, berarti bahwa pendirian gereja bukan hanya untuk "agama berseberangan" atau " bidang misi." Kota-kota harus mempertahankan pendirian gereja secara ekstensif dengan giat untuk bahkan memelihara jumlah orang Kristen dalam sebuah wilayah. Kami percaya bahwa satu gereja, entah seberapa besar, tidak akan pernah bisa melayani kebutuhan kota yang demikian beragam. Hanya sebuah gerakan dari ratusan gereja, kecil dan besar, bisa benar-benar meresap ke semua pemukiman dan kelompok orang di dalam sebuah kota.

Gereja baru memperbaharui gereja yang sudah ada. Yang terakhir, gereja baru merupakan cara terbaik untuk memperbaharui gereja yang sudah ada di sebuah kota. Dalam sebuah diskusi tentang perkembangan gereja baru, seringkali diajukan pertanyaan: "Tetapi bagaimana dengan semua gereja yang sudah ada di kota? Bukankah seharusnya Anda bekerja untuk memperkuat dan memperbaharui gereja-gereja itu?" Gereja baru membawa ide-ide baru kepada seluruh Tubuh. Seringkali jemaat yang lebih lama terlalu takut-takut untuk mencoba pendekatan tertentu, begitu yakin tidak akan "berhasil di sini." Ketika gereja baru di kota berhasil dengan luar biasa dengan beberapa metode baru, gereja-gereja lain akhirnya memperhatikan dan mengumpulkan keberanian untuk mencobanya sendiri.

Pendirian jemaat baru secara terus-menerus yang giat merupakan satu strategi paling penting untuk menjangkau sebuah kota. Tidak ada yang lain – bukan KKR, progam-program penjangkauan, pelayanan pendamping gereja, gereja-gereja luar biasa besar, memberi nasihat, bukan gereja proses pembaharuan - yang akan memiliki pengaruh dinamik yang konsisten, dari pendirian gereja yang ekstensif. Ini merupakan pernyataan yang membuat alis terangkat. Bagi mereka yang belum melakukan studi apapun tentang hal ini, bagaimanapun, bahkan tidak kontroversial.

Kristus – Contoh Kita untuk Memihak dan Juga untuk Menentang

Sulitkah untuk memihak sesama dan sekaligus menentang orang-orang karena dosa mereka, baik untuk mengusahakan kedamaian sebuah kota dan juga perkembangan penginjilan? Ya dan tidak. Dalam beberapa hal keduanya saling mendukung.

Petobat baru memiliki energi kasih yang besar untuk dituangkan ke dalam kebutuhan kota; dan pelayanan keadilan dan belas kasihan membuat penginjilan tampak lebih masuk akal bagi penduduk kota yang bukan kristen. Namun begitu, untuk "mengatakan kebenaran dalam kasih" merupakan keseimbangan yang menantang jika pernah ada sebelumnya.

Untunglah, kita memiliki contoh yang agung untuk ini di dalam diri Yesus Kristus sendiri. Di salib itu Allah mengasihi kita dan memihak kita dengan begitu mendalam. Dia menjadi subjek bagi ketidakadilan, penderitaan, kelemahan dan kematian – semua hal yang kita hadapi. Bersamaan dengan itu, salib menentang kita karena dosa-dosa kita. Kita begitu tersesat sehingga tidak ada yang lain kecuali kematian Anak Allah yang dapat menyelamatkan kita. Di salib Yesus memberi kita pernyataan yang paling menantang atas dosa kita dan kebutuhan untuk bertobat, sekaligus memihak kita dan mengasihi kita sebagai sesama yang tertinggi.


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas