PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Kisah Mengenai Berkat Menang atas Kutuk

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Richard Bauckham

Richard Bauckham adalah Profesor Studi Perjanjian Baru di University of St. Andrews. Beliau telah menerbitkan banyak karya dalam bidang teologi historis dan Perjanjian Baru. Tulisan ini diambil dari Bible and Mission, 2003. Digunakan dengan izin dari Baker Academic Books, Grand Rapids, MI.

Di dalam Kejadian 12 Abraham dipilih oleh Allah secara langsung setelah kisah penciptaan alam semesta secara menyeluruh dalam sebelas pasal pertama dari kitab Kejadian. Kisah ini membawa kita kepada daftar besar bangsa-bangsa, 70 bangsa, yang merupakan keturunan dari tiga anak Nuh dalam pasal 10. Kemudian Pasal 11 bercerita tentang Babel, yang dari peristiwa tersebut seluruh umat manusia tersebar ke seluruh bumi membentuk berbagai bangsa, dipisahkan oleh bahasa dan geografi. Kejadian 10-11 meletakkan suatu pemandangan internasional bagi seluruh kisah Alkitab sesudahnya. Tidak seperti pemilihan terhadap Nuh dan keluarganya, pemilihan terhadap Abraham sama sekali tidak boleh dimengerti sebagai menyerahnya Allah terhadap bangsa-bangsa. Di dalam kasus Abraham, dia dipilih secara khusus agar berkat boleh datang kepada segala bangsa, kepada tujuh puluh bangsa yang Allah telah serakkan ke seluruh muka bumi.

Berkat adalah kata kunci dalam janji Allah kepada Abraham: Abraham sendiri akan diberkati, di mana keturunannya akan menjadi bangsa yang besar, dan Abraham akan menjadi berkat, dan semua kaum di bumi akan diberkati melaluinya (Kej. 12:2-3). Janji bahwa semua bangsa akan diberkati diulangi empat kali lagi dalam Kitab Kejadian (18:18; 22:18; 26:4; 28:14). Pada kali yang terakhir berkat ini diberikan kepada anak Abraham Ishak dan cucunya Yakub. Lebih lanjut, bahkan dalam kisah Yakub dan cucunya, berkat bagi bangsa-bangsa sudah dimulai – atau setidaknya dilihat bayangannya sebelumnya – ketika Yakub mendatangkan berkat bagi Laban (30:27) dan Yusuf bagi Potifar (39:5). Kemudian ada adegan signifikan khusus ketika Yakub, bapa leluhur yang telah tua, saat tiba ke Mesir, memberikan berkatnya juga kepada Firaun (47:7).

Berkat adalah pengertian alkitabiah yang kaya yang agaknya telah diabaikan dalam teologi kita. Berkat dalam Alkitab merujuk kepada pemberian akan segala yang baik dari Allah yang karakteristiknya murah hati dan berlimpah kepada makhluk cipataan-Nya dan pembaharuan yang terus menerus akan kelimpahan tersebut dalam kehidupan ciptaan-Nya. Berkat adalah penyediaan Allah bagi berkembangnya manusia. Tetapi berkat juga bersifat relasional: diberkati oleh Allah bukan hanya mengenal pemberian-Nya yang baik tetapi juga mengenal Allah sendiri dalam pemberian-Nya yang murah hati. Karena berkat bersifat relasional, gerakan dari berkat adalah suatu gerakan yang keluar dari Allah dan kembali kepada Allah. Berkat Allah kepada manusia meluap keluar kepada manusia yang lain, dan mereka yang mengalami berkat dari Allah akan mengembalikan berkat itu kepada Allah, yang berarti mereka memberikan segala yang dapat diberikan makhluk ciptaan kepada Allah: ucapan syukur dan pujian.

Berkat menegaskan hubungan antara ciptaan dan keselamatan dalam cara yang berbeda dari cara lain menunjukan karakter aktivitas Allah di dalam dunia. Pada hari kelima dalam penciptaan Allah telah memberkati (Kej. 1:22). Berkat adalah cara Allah memampukan ciptaan-Nya untuk bisa subur dan berbuah, bertumbuh dan berkembang. Itu merupakan tujuan Allah yang paling menyeluruh bagi ciptaan-Nya. Di mana pun manusia dalam hidupnya menikmati kebaikan ciptaan dan menghasilkan buah yang baik dalam aktivitasnya, Allah mencurahkan berkat-Nya. Di mana pun orang bersyukur kepada Allah atas berkat-Nya, dari situ Allah dikenal sebagai Pencipta yang baik yang menyediakan bagi perkembangan manusia. Berkat Allah itu universal.

Namun kita tidak seharusnya berpikir tentang ide mengenai berkat sebagai sesuatu yang menggambarkan kebaikan Allah dalam ciptaan, tetapi tidak pula membantu kita memahami mengenai kebaikan Allah dalam keselamatan. Keselamatan juga merupakan berkat Allah, karena keselamatan merupakan penggenapan tujuan Allah walaupun kejahatan telah merusak ciptaan Allah. Berkat Abraham lebih dari sekadar berkat penciptaan karena berkat dirancang untuk melawan dan mengalahkan lawannya: kutuk Allah.

Melalui dosa, kutuk Allah memasuki ciptaan bersama dengan berkat Allah. Kita menemukan latar belakang universal dari janji Allah kepada Abraham dalam kisah bangsa-bangsa di Kejadian 10-11. Tetapi ada latar belakang yang lebih awal dalam Kejadian 3 dan 4, di mana berkat penciptaan berubah menjadi kutuk (3:17; 4:11). Kutuk bahkan masuk ke dalam janji Allah kepada Abraham, dengan nyata sejajar dengan berkat. Allah berkata kepada Abraham dalam Kejadian 12: “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau” (Kej. 12:3; bdk. 27:29; Bil. 24:9). Tetapi berkat mendominasi dalam janji tersebut (bisa dilihat dari perbedaan dalam terjemahan bahasa Inggris di mana “those who bless you” merupakan bentuk jamak dan “the one who curses you” dalam bentuk tunggal), dari situ sangat jelas bahwa berkatlah yang menjadi tujuan Allah memanggil Abraham, bukan kutuk. Oleh karena itu berkat memiliki penutup dalam janji: “olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

Melalui kisah tentang Israel ini, kutuk terus ada bersama dengan berkat (yaitu, Ul. 7:12-16; 27-28), namun sasaran ultimat dari janji Allah kepada Abraham adalah berkat yang akan menang atas kutuk. Tujuan ini tercapai ketika keturunan Abraham, keturunan Abraham yang dipilih, Mesias, menjadi “kutuk karena kita … supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain” (Gal. 3:13-14). Inilah mengapa janji Allah agar semua bangsa akan diberkati disebut “Injil” oleh Paulus (3:8). Rahasia dari janji tersebut adalah Kristus menanggung kutuk agar berkat dapat menang. Kabar baiknya adalah di dalam Kristus kutuk tersebut telah disingkirkan dan tujuan kreatif Allah untuk memberkati ciptaan telah diletakkan melampaui kemungkinan pembalikan apa pun. Firman Allah yang terakhir dan efektif adalah berkat-Nya. Berkat merupakan suatu kata yang khusus, diucapkan dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, diberitakan oleh orang-orang seperti Paulus yang tidak tahan untuk meneruskannya, dampaknya begitu kuat, meluap dari mereka yang telah mendapat berkat tersebut kepada orang lain.

Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas