Guntur yang Jauh: Bangsa Mongol Mengikuti Khan (Raja) di atas segala Khan (Raja)

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Draf Buku Perspektif


Brian Hogan

Brian Hogan adalah bagian dari sebuah tim perintisan gereja Youth With A Mission yang bekerja di Mongolia. Beliau saat ini menjadi pelatih perintisan gereja di YWAM – Pelatih Perintisan Gereja dan penulis There’s a Sheep in my Bathtub: Birth of a Mongolian Church Planting Movement. Diambil dari Multiplying Churches Among Unreached People Groups: Guiding Principles oleh Kevin Sutter, YWAM, Arcata, CA.

Pada abad ke-13, suku-suku Mongol, disatukan di bawah Jenghis Khan, bergemuruh melintasi padang rumput Asia Tengah yang luas dan meneror dunia yang dikenal. Dalam waktu singkat, penunggang kuda ini telah mengukir sebuah kerajaan kerdil gabungan Cyrus dan Caesar. Kerajaan Mongol tidak bertahan lama. Bangsa Mongol memeluk Budha Tibet dan menjadi sebuah pedalaman yang mundur diperintah oleh penggantian dinasti-dinasti Tiongkok. Pada tahun 1921, Sebuah revolusi Komunis mengubah Mongolia menjadi negara satelit Soviet “independen” yang pertama. Semua misionaris diusir sebelum ada gereja yang didirikan, dan kegelapan Komunisme menyelimuti negara yang “tertutup”ini.Mongolia adalah salah satu dari sangat sedikit negara di bumi tanpa gereja dan tanpa orang percaya nasional yang diketahui.

Pintu Mulai Terbuka

Setelah 70 tahun tertutup dari dunia luar, Mongolia memperoleh kebebasan dan kemerdekaan bersama dengan negara-negara blok Soviet lainnya di awal tahun 1990, dan pertahanan Setan terhadap Injil menjadi runtuh. Strategi-strategi kreatif memicu awalnya. Sebuah tim terdiri dari orang-orang percaya Amerika asli memasuki Mongolia sebagai wisatawan di tahun 1990. Kunjungan mereka menghasilkan banyak minat di antara orang Mongol dan bahkan menarik perhatian pers nasional. Di akhir kunjungan kedua mereka di tahun 1991, mereka telah membaptis di depan umum 36 orang percaya Mongol yang baru. Pemandangan rohani Mongolia tidak pernah akan sama.

Pasangan muda Swedia, Magnus dan Maria, datang ke Mongolia berniat untuk mendirikan gereja. Ketika mereka mulai mempelajari bahasa di ibu kota, Ulaan Baatar, pertemanan pun berkembang dengan orang-orang percaya Mongolia yang baru dan sangat muda di gereja-gereja berkembang di kota itu. Maria dan Magnus mengadakan beberapa penggerebekan sampai ke Erdenet, kota terbesar ketiga di Mongol, dengan tim penginjilan Mongolia jangka pendek dari sebuah gereja di ibu kota Ulaan Baatar. Perjalanan-perjalanan ini menghasilkan 14 gadis remaja yang meresponi ajaran tentang iman dan pertobatan. Magnus membaptis murid-murid yang pertama ini pada Januari 1993, awal dari gereja di Erdenet. Empat belas gadis muda – bukan awal yang sangat menguntungkan. Persekutuan yang baru membutuhkan bantuan di-tempat jika ingin bertumbuh menjadi sesuatu yang lebih. Pada bulan Februari, pasangan muda itu pindah ke Erdenet ditemani oleh salah satu murid terbaik di kelas bahasa Inggris mereka, orang percaya perempuan Mongolia berusia 19 tahun bernama Bayaraa. Ketika Magnus dan Maria melayani bersama dan memuridkan Bayaraa, hubungan mereka menjadi sepertisebuah jembatan dwi-budaya yang efektif. Magnus dan Maria memperoleh wawasan yang penting ke dalam budaya Mongolia yang menuntun pelayanan mereka. Bayaraa adalah seorang penginjil yang alamiah. Apa yang dia pelajari tentang Yesus dan Alkitab dari Magnus dan Maria, dia langsung gunakan untuk mengarahkan banyak orang kepada Tuhan. Para murid dengan cepat dikelola menjadi tiga kelompok yang bertemu di rumah-rumah. Mereka berkumpul untuk berdoa, bersekutu dan mengajar dalam suasana mendukung dan keadaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sejak awal mereka telah diajar untuk menaati perintah sederhana Tuhan Yesus Kristus. Mereka belajar untuk mengasihi Allah dan sesama, untuk berdoa, memberi dengan murah hati, bertobat dan percaya, membaptis, merayakan Perjamuan Tuhan dan untuk mengajar orang lain untuk mengasihi dan menaati Yesus. Ketika gadis-gadis itu membawa teman-teman mereka kepada Kristus, kelompok itu menjadi berlipat ganda.

Magnus tidak bisa memimpin meningkatnya jumlah kelompok, orang-orang percaya yang begitu aktif dan setia diperlengkapi dan dilepaskan ke dalam kepemimpinan. Setelah beberapa waktu, mereka memulai sebuah perkumpulan yang lebih besar, “Ibadah Perayaan,” sebulan sekali untuk mengumpulkan kelompok rumah-rumah untuk ibadah dan persekutuan gabungan. Setelah satu tahun, jumlah pengikut Kristus yang dibaptis telah bertumbuh menjadi 120 – hampir semuanya adalah gadis remaja! Ini bukanlah gereja multigenerasi dari seluruh keluarga yang para pendiri gereja impikan – ini separuhnya adalah kelompok orang muda. Setelah satu tahun belajar bahasa di Ulaan Baatar, istri saya Louise, ketiga anak perempuan kami dan saya pindah ke Erdenet bergabung dengan Magnus, Maria, dan Bayaraa. Setahun kemudian, orang-orang lain dari Rusia, Amerika, dan Swedia bergabung dalam jajaran tim kami. Selain tiga anggota Korps Perdamaian, tim kami adalah kehadiran asing satu-satunya dari Erdenet – kami sama sekali berbeda. Kami berusaha untuk bekerja dari balik layar sehingga gerakan akan terlihat kepemimpinan Mongolia.

Terobosan Menuju Arus Utama

Kami menyadari bahwa gadis-gadis remaja bukanlah fondasi terbaik untuk memulai sebuah gerakan gereja. Pada saat itu, bagaimanapun, kaum muda bukanlah satu-satunya yang merespon dimana saja di Mongolia. Jadi kami bekerja dengan hasil yang Tuhan berikan dan berdoa untuk sebuah terobosan untuk mulai menjangkau seluruh keluarga. Kami mendirikan “penatua sementara” (dimulai dengan dua orang yang lebih muda dan Bayaraa) untuk memulai proses yang memungkinkan kepemimpinan gereja gaya Mongolia untuk berkembang.

Terobosan Hubungan

Ada perbedaan yang besar antara kaum muda kami, lingkaran teman-teman perkotaan kami dan jantung masyarakat tradisional Mongolia yang berorientasi pada keluarga. Tiga kota Mongolia adalah relatif baru dan menetapkan struktur sosial perkotaan berlapis oleh Komunisme terhadap sebuah masyarakat kesukuan yang nomaden – dan struktur sosial nomaden terlihat oleh semua sebagai lebih sah dan otentik dari keduanya. Bahkan para petobat kami sebelumnya memiliki kesan bahwa Injil tidaklah relevan untuk “orang Mongol yang asli.” Meskipun Mongolia 50% telah menjadi masyarakat perkotaan, bagi pengertian orang Mongol, “orang Mongol yang asli” adalah penggembala berkuda dan penghuni gher (tenda-tenda bundar tradisional bulu kempa). Seorang remaja perkotaan bertumbuh besar di sebuah bangunan apartemen yang tidak pernah duduk di atas kuda bukanlah seorang Mongolian asli. Injil akan terlihat hanya sebagai impor luar negeri, seperti Coca Cola, jika itu hanya dianut oleh penghuni kota. Jika Yesus hendak “menjadi orang Mongolia,” Dia perlu untuk masuk ke dalam kehidupan para penggembala nomaden. Sebuah tim jangka pendek berkunjung untuk berdoa bagi orang yang sakit di beberapa gher tradisional di pinggiran kota. Allah menjawab doa secara dramatis. Orang lumpuh, orang tuli, orang bisu, dan orang buta semuanya sembuh, dan beberapa setan diusir.Penyembuhan-penyembuhan ini memberikan sebuah segel keaslian yang diakui oleh orang-orang Mongol yang lebih tua. Berita itu tersebar dengan cepat sekali dan persekutuan diberi nutrisi dengan pertumbuhan dari kelompok segala usia di kota itu. Kaum muda perkotaan sangat terkejut bahwa “orang Mongol yang asli” menjadi beriman. Dengan segera dua orang Mongol tradisional yang lebih tua bergabung dalam jajaran penatua-sementara kami. Ketika orang-orang ini, yang adalah kepala rumah tangga yang terhormat, mulai memimpin gereja-gereja rumah dan pelayanan, itu membuat perbedaan dalam mendapatkan kredibilitas bagi gerakan di dalam budaya yang lebih besar.

Terobosan Pemahaman

Faktor kedua dalam penerimaan kabar baik yang tiba-tiba oleh orang Mongol tradisional adalah keputusan oleh tim kami dan “penatua-dalam-pelatihan” untuk mulai memakai istilah Mongolia “Borkhan” untuk mengacu kepada Allah di Alkitab. Beberapa abad sebelumnya, ketika para misionaris Budha Tibet tiba di Mongolia, mereka mengadopsi “Borkhan,” istilah generik Mongolia untuk “allah” bagi tujuan-tujuan mereka. Pada awal tahun 90-an, hampir semua orang percaya di Mongolia menggunakan istilah lain untuk Allah, Yertontsin Ezen, yang merupakan istilah yang sama sekali baru, yang dibuat oleh penerjemah dalam usaha untuk menghindari kebingungan yang mungkin muncul atau sinkretisme dengan kepercayaan-kepercayaan agama Budha. Namun istilah yang baru, yang bisa diterjemahkan “Tuan atas Alam Semesta,” terdengar asing dan tidak asli di telinga Mongolia. Istilah itu tidak memiliki makna hakiki bagi mereka dan pada dasarnya adalah kata asing yang dibuat dari unsur-unsur Mongolia. Meskipun penatua-dalam-pelatihan Erdenet terbiasa menggunakan istilah Yertontsin Ezen, mereka memutuskan bahwa istilah tradisional Borkhan akan lebih tepat dan dapat diterima dan mampu diisi dengan makna berdasarkan Alkitab. Perubahan ini datang tepat waktu kepada orang banyak secara tiba-tiba terbuka, yang menyaksikan penyembuhan dan pembebasan. Allah yang melakukan keajaiban-keajaiban ini memiliki sebuah nama yang tidak terdengar seperti fiksi ilmiah.

Mengembangkan Kepemimpinan Pribumi

Selama periode pertumbuhan yang meledak ini, tim kami sangat berhati-hati untuk berada “di balik layar,” memberikan pelatihan magang bagi penatua yang ada. Ada perhatian untuk melakukan segala sesuatu dengan cara-cara yang dengan mudah bisa ditiru – pembaptisan di bak mandi, lagu-lagu ibadah tidak diimpor, dll. Tim itu mengingat apa yang telah kami pelajari dari misionaris veteran George Patterson sebelum sampai ke Mongolia. Dia menuju ke intisari pemuridan, mengatakan, “Orang-orang diselamatkan untuk menaati Tuhan Yesus Kristus dalam kasih.” Kami memastikan perintah dasar Yesus diajarkan sedemikian rupa sehingga para murid dapat segera merespon dalam ketaatan. Gereja-gereja rumah memampukan, mendukung, dan mendorong praktek-praktek ini meresponi ajaran dari Firman Allah. Orang-orang percaya saling menolong melalukan Firman dan tidak hanya mendengarnya saja, seringkali menemukan cara bekerja sama untuk menaati secara bersama-sama. Namun ada masalah serius dari sudut pandang kami dimana norma-norma budaya masyarakat Mongolia bertentangan dengan beberapa ajaran moral di Kitab Suci. Penatua dalam pelatihan didorong menyelidiki Kitab Suci untuk mencari solusi bagi masalah dosa dalam gereja yang ada. Titik-titik buta budaya di daerah kemurnian seksual dan pacaran ditangani dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan, lalu mengajar dan melaksanakan hal-hal itu. Solusi yang dibuat oleh para pemimpin Mongol ini keduanya berdasarkan Alkitab dan benar secara budaya – jauh lebih baik daripada solusi yang mungkin dibuat oleh kami para misionaris.

Gereja Mongolia yang muncul tampak jauh berbeda dari gereja-gereja rumah tim kami di Swedia, Rusia, atau Amerika. Drama dan kesaksian dengan cepat menjadi ciri-ciri yang menonjol dari pertemuan perayaan besar (yang diadakan awalnya satu atau dua kali sebulan sampai akhirnya seminggu sekali). “Tim drama” menulis dan membuat sandiwara mereka sendiri, drama dan tarian drama dari kisah-kisah Alkitab dan kehidupan keseharian orang Mongolia. Ini menjadi alat pengajaran dan penginjilan yang ampuh. Selalu disediakan waktu untu kesaksian dari “orang Mongolia yang asli” – sering orang-orang percaya yang baru dalam usia 60-an baru datang dari padang rumput yang luas. Kisah keselamatan yang panjang, dan bagi telinga orang Barat, bertele-tele, melingkupi persekutuan dalam ketakjuban dan kekaguman. Allah menggerakkan hati orang-orang mereka – berbalutkan Mongolia yang paling tradisional.

Afghanistan

Tiongkok

Gereja Induk Erdenet

Gereja Anak

Gereja Cucu

menunjukkan batasan budaya

Ekspansi Gerakan Erdenet*

Orang Mongolia Minoritas

Khalka Mongol

Ini adalah model tiga-generasi mewakili sebagian dari pembiakan perintisan gereja oleh tim YWAM di Erdenest, Mongolia.

  • Penggambaran ini adalah sebagian. Ikon mewakili beberapa gereja di setiap lokasi. Lokasi tambahan dikeluarkan untuk kejelasan.

Ibadah muncul dari hati mereka ketika mereka menyanyikan lagu-lagu baru yang ditulis oleh orang-orang mereka sendiri dalam bahasa mereka sendiri dengan gaya musik yang unik.

Ini bukanlah mode asing atau impor!

Tim ekspatriat kami memusatkan usaha-usaha kami pada pemuridan, memperlengkapi dan melepas orang Mongol untuk memimpin dalam pembangunan gereja dan penjangkauan jiwa-jiwa yang terhilang. Sekolah pemuridan dibentuk dan di kelas ketiga seluruhnya dipimpin oleh orang Mongol. Dengan penekanan pada “belajar dengan melakukan,” para pemimpin baru dilatih secara lokal dalam pelayanan daripada diutus keluar. Kepemimpinan pertemuan-pertemuan rumah telah diserahkan kepada mereka hampir secara langsung, dan segera orang-orang percaya Mongol juga bertanggung jawab lebih banyak untuk ibadah-ibadah mingguan.

Mengatasi

Semua kemajuan dan pertumbuhan ini tidak diabaikan oleh Si musuh. Bermula pada bulan November 1994, tim kami dan bakal gereja mengalami dua bulan penuh dengan serangan rohani yang tidak henti-hentinya: tiga kelompok kultus menyasar kota kami, gereja hampir terpecah, para pemimpin jatuh dalam dosa dan beberapa kerasukan setan. Tim kami menjadi semakin putus asa dan keluar.Akhirnya, dua kematian yang mendadak dan yang tidak bisa dijelaskan mengguncang tim misionaris dan gereja. Anak saya satu-satunya, Jedidiah, lahir pada 2 November. Di pagi hari Natal apartemen kami berdering dengan jeritan ketika Louise mendapati tubuh Jedidiah yang dingin dan tidak bernyawa– meninggal karena Sindrom Kematian Bayi yang Mendadak di usia dua bulan. Kami menguburkan anak kami dan serpihan hati kami dalam tanah yang beku di lereng bukit berangin di luar kota. Hari berikutnya seorang gadis muda meninggal karena sebab yang tidak diketahui. Sebagai respon, orang-orang percaya dan tim kami berkumpul selama 24 jam berdoa dan berpuasa. Pukul tiga dini hari, sebuah terobosan terjadi dan semua orang mengetahuinya. Gereja tidak pernah kewalahan oleh sebuah serangan peperangan rohani seperti itu.

Pertumbuhan yang Meledak

Salah satu keindahan dari pertemuan di rumah-rumah adalah, sementara gereja-gereja lain di Mongolia sangat terhambat oleh pelecehan pemerintah, biasanya dalam bentuk pengusiran dari tempat-tempat pertemuan hari Minggu, gereja di Erdent tidak terpengaruh oleh perpindahan seperti itu – karena ibadah biasanya dilakukan di ruang keluarga di seluruh kota! Pertumbuhan terjadi di kelompok-kelompok rumah, dan bahkan berlangsung berbulan-bulan tanpa “ibadah perayaan” yang tidak membuatnya melambat. Ketika banyak gereja-gereja rumah berkumpul, dipersatukan dalam kehadiran Allah, orang-orang percaya dikuatkan, saat mereka melihat jumlah mereka terus bertambah.

Awal Gerakan Pendirian Gereja

Sama menggembirakannya awal ini di Erdenet, ini masih semacam visi yang Allah telah berikan kepada tim kami. Kami menyadari pendirian satu gereja di satu kota tidak akan menjadi terobosan untuk menjangkau seluruh bangsa dan lain-lainnya. Kami menghendaki sebuah gerakan pribumi dan secara spontan melipatgandakan gereja di antara orang-orang Mongol, dan orang-orang percaya Mongol sendiri perlu ambil bagian dalam tujuan ini. Pada baptisan yang mula-mula, Magnus membagikan visi ini dengan tubuh Kristus yang baru: untuk menjangkau semua keluarga Erdenet dengan Injil, untuk mendirikan anak gereja di propinsi sebelah dan untuk menjangkau bangsa-bangsa di bumi yang belum terjangkau. Orang-orang percaya yang baru, tanpa tahu apa dan bagaimana, dengan penuh suka cita meresponi dengan sangat antusias. Kami melatih semua murid untuk melihat gereja sebagai organisme yang hidup bukannya sebuah organisasi – “gereja induk” yang sehat-lah yang akan berkembang biak menjadi gereja anak dan gereja cucu. Para pemimpin dilatih untuk melanjutkan visi itu – “Allah ingin merintis gereja-gereja baru melalui gereja kami”- di hadapan para anggota. Sekitar satu setengah tahun perkembangan gereja, “para pemimpin sementara” Mongol memutuskan untuk dengan sopan menolak dana lagi dari gereja-gereja pendukung luar negeri. Dana itu telah digunakan untuk memberi gaji pekerja gereja Erdenet untuk sekitar satu tahun. Jemaat mereka sendiri, telah diajar untuk menuruti perintah Yesus untuk memberi dengan murah hati, sekarang memenuhi semua kebutuhan gereja dengan persembahan lokal. Jika gereja asing bersikeras mengirimkan dana, mereka memutuskan untuk memakainya bagi pembangunan gereja-gereja “anak” dengan pemahaman bahwa ini juga hanya untuk sementara. Selama tahun kedua gereja, para penatua mengutus tim dan mendirikan gereja anak di sebuah kota yang berjarak 60 km jauhnya. Karena mereka dari kelompok orang yang sama, mendirikan jemaat lagi adalah mudah bagi orang Mongolia. Para pemimpin yang diangkat Tuhan bagi gereja anak ini segera mulai mengutus tim untuk mendirikan gereja cucu di kota-kota lain bahkan yang lebih jauh dari Erdenet.

Akhir dari Permulaan

Setelah hanya tiga tahun kerja oleh tim kami di Erdenet, kami menyadari bahwa usaha-usaha kami telah menghasilkan buah yang baik dan kami sendiri telah “menghasilkan sebuah pekerjaan.” Di awal tahun 1996, kami telah sukses membuat model dan menyerahkan semua pelayanan dan fungsi dalam gerakan gereja kepada murid-murid Mongolia. Orang-orang Mongol mengerjakan segala sesuatunya dan kami hanya mengawasi. Saat manis bercampur pahit yang menjadi tujuan kami selama ini telah tiba. Sudah waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal.

Ibadah Paskah dikemas – hanya ruangan dengan orang-orang berdiri. Hampir 800 orang memenuhi ruangan terbesar di Erdenet dengan banyak lagi orang yang ditolak oleh pihak berwenang, yang menutup pintu-pintu ketika mereka melihat kerumunan orang banyak. Mereka yang berhasil masuk berkumpul untuk menyembah Yesus dan menyaksikan upacara menandai penyerahan otoritas tim perintisan gereja asing kami kepada para penatua lokal. Kami menjelaskan dan memerankan analogi perlombaan lari estafet untuk melukiskan dengan jelas mengenai apa yang terjadi. Sebuah tongkat diserahkan dari keluarga kami dan Magnus, yang mewakili perintis gereja, kepada sekelompok pemimpin Mongolia yang berpakaian nasional lengkap. Mereka begitu siap! Tongkat sudah diserahkan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sebuah gereja Mongolia pribumi sepenuhnya berada di tangan orang Mongolia – dan pada gilirannya tangan-tangan itu dengan teguh ada dalam tangan Yesus yang berlubang paku.

Keluarga kami meninggalkan Mongolia pada hari itu juga, dan seluruh tim yang tersisa pergi di bulan Juni pada waktu perjanjian mengajar bahasa Inggris mereka berakhir. Tanpa keberadaan kami, gereja-gereja Mongolia terus bertumbuh dan berlipat ganda. Mereka memulai sejumlah pelayanan belas kasihan juga. Mereka mulai memberi makan dan pakaian kepada anak-anak jalanan, merawat ibu tunggal dan mencegah aborsi, serta bahkan mendirikan gereja di antara para pemulung. Semua inisiatif ini benar-benar dari dan oleh orang-orang percaya Mongolia. Gerakan itu berlanjut. Pada tahun 2008, gereja di Erdenet telah melahirkan 15 gereja anak di kota-kota yang tersebar di seluruh negeri. Beberapa gereja anak mereka telah berkembang biak dari satu sampai enam gereja cucu. Sebuah laporan yang sangat memuaskan – mengingat kami memulai hanya dengan gadis-gadis remaja! Gerakan ini juga sulit pada pekerjaan lintas-budaya. Tim para pendiri gereja Mongol telah diutus ke orang M di dua negara lain, ke orang-orang suku di hutan yang menganut animisme, dan juga telah memulai gerakan-gerakan pendirian gereja di antara beberapa suku Mongolia lainnya. Lima dari gereja anak dan empat dari gereja cucu adalah misionaris pendirian gereja di antara kelompok etnis yang berbeda. Sebuah sekolah pelatihan misionari di Erdenet melatih kekuatan misi yang ada di gereja Mongolia.

Allah tampaknya telah membuat tanah rohani Mongolia sangat subur untuk pendirian gereja. Injil terus melakukan karyanya memberi hidup dan mengubah komunitas.

Gereja-gereja terus bertumbuh dan berkembang biak. Perkiraan konservatif menyatakan bahwa jumlah orang percaya bertumbuh hanya dari dua orang di tahun 1990 menjadi lebih dari 50.000 orang percaya di tahun 2005. Mongolia telah berubah dari sebuah misi lapangan menjadi sebuah kekuatan misi yang ampuh – mengutus lebih banyak misionaris per orang percaya daripada bangsa manapun di Bumi. Seperti dalam zaman sebelumnya, Mongol sekali lagi bergemuruh menggila ke negara-negara di luar bukit tandus mereka – kali ini di bawah kepemimpinan “khan di atas segala khan” – Raja Yesus!


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas