Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia
Draf Buku Perspektif
Donald A. McGavran
- Donald A. McGavran dilahirkan di India dari keluarga misionaris dan kembali ke sana sebagai misionaris generasi ketiga pada tahun 1923, melayani sebagai direktur pendidikan agama dan menerjemahkan Injil dalam bahasa Hindi dialek Chhattisgarhi. Ia mendirikan School of World Mission di Fuller Theological Seminary, dan sebelumnya menjadi Dekan Emeritus di sana. McGavran menulis beberapa buku yang berpengaruh, seperti The Bridges of God, How Churches Grow, dan Understanding Church Growth.
- Tulisan ini diambil dari buku The Bridges of God, 1955, 1981. Public domain.
Sasaran misi Kristen seharusnya adalah mengabarkan Injil dan, oleh kemurahan Allah, mendirikan di seluruh bagian umat manusia yang belum bergereja – apa yang akan kita sebut – “sebuah gereja” atau “sekelompok gereja yang berkembang?” Dengan kalimat “bagian umat manusia” saya mengartikannya sebagai populasi urbanisasi, pengembangan, kasta, suku, lembah, biasa atau minoritas. Saya akan menjelaskan bahwa sasaran jangka panjang yang dipelihara secara terus-menerus tidak pernah boleh menjadi yang pertama, tetapi selalu menjadi nomor dua. Tujuannya bukanlah satu jemaat konglomerat kecil yang tertutup di dalam setiap orang. Melainkan, tujuan jangka panjang (yang dilakukan secara konstan tampak di tahun-tahun atau dekade-dekade jika belum tercapai) seharusnya adalah, “sekelompok jemaat yang bertumbuh dalam semua bagian.”
Pendekatan Gereja Konglomerat
Selagi kita mempertimbangkan pertanyaan dengan huruf miring di atas, kita harus mengingat bahwa biasanya mudah untuk memulai sebuah jemaat di dalam kelompok baru orang yang belum bergereja. Misionaris tiba. Dia dan keluarganya beribadah di hari Minggu. Mereka adalah anggota pertama dari jemaat itu. Dia belajar bahasanya dan mengabarkan Injil. Dia hidup seperti orang Kristen. Dia memberitahu orang-orang tentang Kristus dan menolong mereka di dalam kesulitan. Dia menjual traktat dan Injil atau memberikannya begitu saja. Beberapa tahun lamanya ada petobat baru yang dimenangkan dari kelompok ini dan itu. Kadang mereka datang untuk alasan-alasan yang terdengar sangat rohani; kadang dengan motif yang bercampur. Tetapi di sana-sini wanita, pria, dan anak-anak benar-benar memutuskan untuk mengikut Yesus. Beberapa karyawan di badan misi itu menjadi Kristen. Mereka adalah para tukang batu yang dipekerjakan untuk mendirikan bangunan, para pembantu di rumah, orang-orang yang diselamatkan atau anak-anak yatim piatu. Sejarah misi di Afrika penuh dengan gereja-gereja yang diawali dengan membeli para budak, membebaskan mereka dan mempekerjakan mereka yang tidak bisa kembali ke keluarga mereka. Seperti memilih untuk, dapat menerima Tuhan. Seratus lima puluh tahun yang lalu ini merupakan hal yang biasa dalam memulai sebuah gereja. Dengan adanya pencabutan hukum perbudakan, tentu saja,hal itu berhenti dilakukan.
Sebuah jemaat yang muncul dengan cara yang dijelaskan di atas hampir selalu sebuah gereja konglomerat – sebuah jemaat yang anggotanya terdiri dari beberapa bagian masyarakat yang berbeda. Ada yang tua, muda, anak-anak yatim, orang-orang yang diselamatkan, para pembantu, dan pencari kebenaran yang bersemangat. Semua pencari kebenaran disaring dengan hati-hati untuk memastikan bahwa mereka benar-benar bermaksud untuk menerima Kristus. Tepat pada waktunya, gedung gereja didirikan, dan sebuah gereja di dalam suku itu. Ini adalah sebuah gereja konglomerat. Tertutup dari semua kelompok suku yang lain dari wilayah itu. Tidak ada bagian dari populasi yang mengatakan, “Kelompok penyembah itu adalah kita.” Mereka agaknya benar. Bukan. Secara etnis gereja seperti ini adalah seperti sebuah unit sosial yang lain.
Lambat Bertumbuh
Hal yang sangat biasa tentang memulai proses penginjilan adalah cara lambat untuk memuridkan bangsa-bangsa di dunia – perhatikanlah bentuk jamak: “bangsa-bangsa di dunia.” Marilah kita mengamati dengan dekat apa yang sebenarnya terjadi ketika jemaat ini berkumpul. Setiap petobat, ketika dia menjadi Kristen, disaksikan oleh keluarganya sebagai seseorang yang meninggalkan “kami” dan bergabung dengan “mereka”. Dia meninggalkan dewa-dewa kami untuk menyembah Allah mereka. Sebagai akibatnya, keluarganya sendiri memaksa dirinya keluar. Kadang dia diasingkan sama sekali, diusir dari rumah dan keluarga; hidupnya terancam. Ratusan petobat telah diracuni dan dibunuh. Kadang pengucilan ringan dan hanya berupa penolakan sama sekali. Kaumnya menganggap dia sebagai pengkhianat. Bagi orang-orang di daerah tersebut, gereja yang lahir dari proses ini terlihat seperti sekumpulan pengkhianat. Ini adalah sebuah gereja konglomerat. Dibentuk dari pribadi-pribadi, yang satu demi satu, keluar dari beberapa masyarakat, kasta, atau suku yang berbeda-beda.
Jika seseorang, yang ketika menjadi kristen, dipaksa keluar, atau muncul keluar, dari sebuah bagian masyarakat yang berstruktur ketat, orang Kristen memenangkan pribadi itu tetapi kehilangan keluarganya. Keluarga, kaumnya, kerabat dari suku itu sangat marah padanya. Mereka adalah orang-orang yang paling tidak bisa mereka ajak bicara. “Kamu bukan bagian dari kami,” kata mereka kepadanya; “Kamu telah meninggalkan kami; kamu lebih menyukai mereka daripada kami. Sekarang kamu menyembah allah mereka bukan allah kami.” Sebagai akibatnya, jemaat konglomerat yang terdiri dari para petobat yang dimenagan dengan cara yang seperti ini, bertumbuh dengan sangat lambat. Tentu saja, seseorang dapat benar-benar menegaskan bahwa jemaat yang bertumbuh dengan cara ini membuat usaha untuk mempertobatkan unit-unit dalam suatu masyarakat (kelompok-kelompok suku), yag merupakan asal dari para anggota jemaat ini, menjadi lebih sulit. “Orang-orang Kristen menyesatkan seorang dari kaum kami,” kata seluruh kelompok suku itu. “Kami akan memastikan bahwa mereka tidak akan menyesatkan seorangpun dari kami lagi.”
Mudah bagi Misionaris
“Satu demi satu,” adalah target cukup mudah dicapai. Mungkin 90 dari setiap 100 misionaris yang mengharapkan pendirian gereja hanya mendapatkan jemaat-jemaat konglomerat. Saya ingin menekankan hal itu. Mungkin 90 dari setiap 100 misionaris yang mengharapakan pendirian gereja hanya mendapatkan jemaat-jemaat konglomerat. Misionaris-misionaris demikian mengabarkan Injil, memberitakan tentang Yesus, menjual traktat dan Injil, dan menginjili dengan banyak cara lainnya. Mereka menyambut orang-orang yang bertanya, tetapi apa yang mereka peroleh? Mereka mendapat seorang laki-laki di sini, seorang perempuan di sana, seorang anak laki-laki di sini, seorang anak perempuan di sana, yang karena alasan yang bermacam-macam bersedia menjadi kristen dan dengan sabar bertahan dari penolakan yang keras dari kaum mereka.
Tidak Efektif bagi Orang-orang yang belum Terjangkau
Jika kita mau mengerti bagaimana gereja bertumbuh dan tidak bertumbuh di lahan yang baru, di tengah-tengah orang-orang yang belum terjamah dan terjangkau, kita harus memerhatikan bahwa proses yang baru saja saya jelaskan tampak tidak nyata bagi sebagian besar misionaris. Mereka akan berseru “Apa yang bisa menjadi hal yang lebih baik sebagai jalan masuk ke dalam semua suku yang belum terjangkau dari daerah itu daripada memenangkan beberapa pribadi dari antara mereka? Daripada menghasilkan gereja tertutup seperti yang Anda jelaskan, prosesnya benar-benar memberi kita jalan masuk ke dalam masyarakat asal seorang petobat. Bagi kami situasi semacam itulah yang tampak nyata.”
Mereka yang dalam urusan ini memiliki pertimbangan telah mengenal pertumbuhan gereja di negeri Kristen, dimana laki-laki dan perempuan yang mengikut Kristus tidak dikucilkan, tidak dianggap sebagai pengkhianat, melainkan sebagai orang-orang yang melakukan sesuatu yang benar. Di dalam masyarakat yang demikian, setiap petobat biasanya dapat menjadi sebuah saluran yang melaluinya iman Kristen mengalir kepada keluarga dan teman-temannya. Pada hal itu tidak ada perdebatan. Itu adalah hal yang saya tekankan di dalam buku yang saya beri judul, The Bridges of God.
Pendekatan Gerakan Umat
Marilah sekarang kita mempertimbangkan cara lain dimana Allah memuridkan bangsa-bangsa di dunia. Catatan saya bukanlah teori, tetapi sebuah kisah seadanya dari fakta yang dapat diamati dengan mudah. Ketika Anda melihat ke sekeliling dunia, Anda akan melihat bahwa di saat para misionaris berhasil mendirikan gereja-gereja konglomerat saja melalui metode “satu demi satu dari kelompok sosial”, di sana sini ada kelompok-kelompok gereja yang bertumbuh muncul melalui metode gerakan umat. Mereka muncul oleh gerakan-gerakan suku atau kasta bagi Kristus. Hal ini dalam banyak hal merupakan sebuah sistem yang lebih baik. Untuk menjadikannya efektif, para misionaris sebaiknya menjalanlan 7 prinsip.
1. Bertujuan untuk sebuah Kelompok Jemaat yang Bertumbuh
Mereka harus jelas dengan tujuannya. Tujuannya bukanlah satu gereja konglomerat di dalam sebuah kota atau wilayah. Mungkin mereka hanya akan mendapatkannya, tetapi itu tidak pernah boleh menjadi tujuan mereka. Tujuannya haruslah sebuah kelompok jemaat pribumi yang bertumbuh, setiap anggota yang berhubungan dekat dengan keluarganya. Kelompok ini bertumbuh paling baik jika ada di dalam satu bangsa, satu kasta, satu suku atau satu bagian dalam masyarakat. Misalnya, jika Anda sedang menginjili supir taxi di Taipei, maka tujuan Anda bukanlah untuk memenangkan beberapa supir taxi, beberapa profesor universitas, beberapa petani dan nelayan, melainkan mendirikan gereja-gereja yang terdiri dari sekumpulan besar para supir taxi, istri-istri dan anak-anak mereka, dan para asisten dan mekanik mereka. Ketika Anda memenangkan para petobat baru dari komunitas tertentu itu, jemaat mempunyai perpaduan sosial alami yang dibuat di dalamnya. Semua orang merasa nyaman. Ya, tujuannya harus jelas.
2. Berkonsentrasi pada Satu Suku
Prinsipnya adalah bahwa pemimpin nasional atau misionaris dan para pembantunya harus berkonsentrasi pada satu bangsa. Jika Anda mau mendirikan sebuah kelompok jemaat yang bertumbuh diantara, katakan saja, bangsa Nair di Kerala, yang ada di unjung barat daya India, maka Anda perlu menempatkan sebagian besar misionaris dan para pembantu Anda agar mereka dapat bekerja diantara bangsa Nair. Mereka harus memberitakan Injil kepada orang-orang Nair, berkata cukup terbuka kepada mereka,”Kami berharap bahwa di dalam kasta besar Anda akan segera ada ribuan pengikut Yesus Kristus yang juga tinggal tetap di dalam komunitas Nair.” Mereka tidak akan, tentu saja, menyembah dewa-dewa lama Nair, namun kemudian banyak orang Nair yang tidak menyembah dewa-dewa lama mereka. Kebanyakan dari orang-orang Nair adalah penganut Komunis dan memperolok dewa-dewa mereka yang lama.
Bangsa Nair yang dipanggil Allah, yang memilih untuk percaya pada Kristus, akan mengasihi sesama mereka lebih daripada sebelumnya dan berjalan di dalam terang. Mereka akan diselamatkan dan menjadi umat yang berbahagia. Mereka akan tetap menjadi orang-orang Nair, sekaligus menjadi orang-orang Kristen. Untuk mengulangi, berkonsentrasilah pada satu kelompok bangsa. Jika Anda mempunyai 3 misionaris, jangan 1 orang menginjili kelompok ini, sedangkan yang lain kelompok itu, dan yang ketiga menginjili sejauh 200 mil di tempat lain lagi. Itu merupakan cara yang pasti untuk menjamin bahwa gereja apa pun yang didirikan akan menjadi gereja kecil, tidak bertumbuh, satu demi satu. Dinamika sosial dari bagian masyarakat itu akan bekerja dengan kuat melawan ledakan dari gerakan umat bertumbuh yang besar bagi Kristus.
3. Mendorong Petobat Baru untuk Tetap Tinggal dengan Kaum Mereka
Prinsipnya adalah untuk mendorong para petobat baru untuk tetap tinggal sepenuhnya bersama dengan kaum mereka sendiri dalam sebagian besar urusan. Mereka harus terus makan apa yang orang-orang makan. Mereka tidak seharusnya mengatakan,”Orang-orang saya adalah vegetarian, tetapi sekarang saya telah menjadi Kristen. Saya akan makan daging.” Setelah mereka menjadi Kristen mereka harus menjadi lebih vegetarian daripada sebelumnya. Dalam hal berpakaian, mereka harus terus berpenampilan persis sama seperti kaum kerabatnya. Dalam hal pernikahan, sebagian besar orang adalah endogami, bersikeras bahwa “kaum kami hanya menikah dengan kaum kami.” Mereka memandang dengan kebencian atas “kaum kami menikah dengan kaum lain.” Dan jika orang Kristen masuk satu demi satu, mereka tidak bisa menikahi orang-orang mereka sendiri, karena tidak satupun dari mereka yang telah menjadi Kristen. Di tempat dimana hanya sedikit orang-orang yang diberikan yang menjadi Kristen, mereka harus mengambil suami atau istri dari populasi lain ketika tiba saatnya bagi mereka atau anak-anak mereka untuk menikah. Jadi kerabat mereka sendiri melihat mereka dan berkata, “Ketika kamu menjadi Kristen kamu mencampur anak-anakmu. Kamu telah meninggalkan kami dan bergabung dengan mereka.”
Semua petobat baru harus didorong untuk dengan gembira menanggung beban pengucilan, tekanan dan penindasan bahwa sepertinya mereka menandingi kaum mereka. Di saat seseorang menjadi pengikut dari sebuah jalan hidup yang baru, kelihatannya dia berhadapan dengan kebencian dari orang-orang yang dikasihinya. Mungkin ringan, mungkin berat. Dia harus menanggung kebencian tersebut dengan sabar. Dalam semua keadaan dia sebaiknya berkata:
Saya adalah anak yang lebih baik daripada sebelumnya; Saya ayah yang lebih baik daripada sebelumnya; saya adalah suami yang lebih baik daripada sebelumnya; dan saya lebih mengasihimu lebih daripada biasanya. Kamu bisa membenci saya, tetapi saya tidak akan membencimu. Kamu bisa mengucilkan saya, tetapi saya akan menerima kamu. Kamu bisa mengusir saya keluar dari rumah keturunan/pusaka kita, tetapi saya akan tinggal di berandanya. Atau saya akan mengambil rumah di seberang jalan. Saya masih merupakan salah satu darimu; saya menjadi bagian darimu yang lebih daripada sebelumnya.
Mendorong petobat baru untuk tetap tinggal sepenuhnya menjadi satu dengan kaum mereka di dalam sebagian besar urusan. Tolong perhatikan kata “sebagian besar.” Mereka tidak bisa tetap menjadi satu dengan kaum mereka dalam hal penyembahan berhala atau kemabukan atau dosa yang jelas. Jika mereka adalah bagian dari bagian masyarakat yang mencari nafkah dengan mencuri, mereka tidak boleh “mencuri lagi.” Namun, dalam banyak hal (bagaimana mereka berbicara, berpakaian, makan, bepergian, rumah seperti apa yang mereka tinggali), mereka bisa tampak sangat mirip dengan kaum mereka dan harus berusaha untuk menjadi demikian.
4. Mendorong Keputusan Kelompok bagi Kristus
Prinsipnya adalah berusaha untuk memperoleh keputusan kelompok bagi Kristus. Jika hanya satu orang memutuskan untuk mengikut Yesus, jangan segera membaptiskan dia. Katakanlah kepadanya, “Anda dan saya akan bekerja sama untuk membawa lima orang lain, atau 10 orang lain, atau perkenan Allah, 50 dari kaum Anda untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat supaya ketika Anda dibaptis, Anda akan dibaptis oleh mereka. “ Pengasingan sangat efektif melawan satu orang sendirian. Tetapi sesungguhnya pengasingan lemah jika dilakukan terhadap sekelompok yang terdiri atas beberapa orang. Dan jika diberlakukan atas 200 orang tidak berdaya sama sekali.
5. Mencoba Mencapai sebuah Aliran yang Konstan dari Petobat Baru
Prinsipnya adalah demikian: mencoba mencapai angka kelompok dari kaum itu untuk menjadi Kristen di dalam aliran yang terus mengalir sepanjang tahun. Satu dari kesalahan umum yang dilakukan oleh misionaris, timur dan juga barat, di seluruh dunia adalah ketika ada sedikit orang menjadi Kristen, mungkin 100, 200, atau bahkan 1.000, para misionaris menggunakan waktu mereka untuk mengajar mereka. Mereka ingin menjadikan mereka orang Kristen yang baik dan berkata dalam hati, “Jika orang-orang ini menjadi orang Kristen yang baik, maka Injil akan disebarkan.” Jadi bertahun-tahun mereka berkonsentrasi pada jemaat yang sedikit. Ketika mereka mulai menginjili keluar kelompok, 10-20 tahun, sisa dari mereka tidak lagi mau menjadi Kristen. Hal itu terjadi lagi dan lagi. Prinsip ini meminta bahwa, sejak dari awal, misionaris terus menjangkau keluar kelompok-kelompok baru. “Tetapi,” Anda berkata, “bukankah ini merupakan cara yang pasti untuk menarik orang-orang Kristen yang tidak mengenal Alkitab?” Jika kita mengikuti prinsip itu kita akan segera mempunyai banyak orang Kristen yang “mentah.”Dengan segera kita akan memiliki sebuah komunitas yang terdiri atas mungkin 5.000 orang Kristen yang sangat sederhana.”
Ya, itu benar-benar berbahaya. Pada titik ini, kita harus bersandar sepenuhnya pada Perjanjian Baru, meningat minggu-minggu atau bulan-bulan singkat dari perintah yang Paulus berikan kepada gereja-gereja barunya. Kita harus mempercayai Roh Kudus, dan yakin bahwa Allah telah memanggil orang-orang itu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. Di antara dua kemalangan dari memberi mereka terlalu sedikit pengajaran Kristen, atau membiarkan mereka menjadi komunitas yang tertutup yang tidak bisa menjangkau kaumnya sendiri, yang nantinya akan menjadi bahaya yang lebih besar. Kita tidak boleh membiarkan petobat baru menjadi tertutup. Kita harus terus memastikan bahwa sebuah aliran yang konstan dari petobat baru masuk ke dalam kelompok jemaat yang pernah bertumbuh.
6. Menolong Petobat baru Menunjukkan Harapan Tertinggi dari Kaum Mereka
Poinnya adalah demikian: Para petobat baru, entah 5 atau 5.000, harus mengatakan, atau paling tidak merasakan:
Kami orang Kristen adalah pengawal depan kaum kami, dari bagian masyarakat kami Kita menunjukkan kepada keluarga dan sesama kami sebuah jalan hidup yang lebih baik. Cara kita merintis adalah baik bagi kami yang telah menjadi Kristen dan akan menjadi sangat baik bagi Anda ribuan orang yang belum percaya. Lihatlah kami bukan sebagai pengkhianat dalam hal apa pun. Kami adalah anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, anggota-anggota suku dan kasta yang lebih baik, para anggota persatuan pekerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Kami menunjukkan jalan dimana, sementara tetap tinggal sepenuhnya dengan bagian masyarakat kami sendiri, kita semua bisa memiliki hidup yang lebih baik. Lihatlah kami sebagai para perintis dari kaum kami sendiri untuk memasuki Negeri Perjanjian yang indah.
7. Menekankan Persaudaraan
Prinsip yang saya tekankan adalah ini: dengan konstan menekankan persaudaraan. Di dalam Kristus tidak ada Yahudi, Yunani, ikatan, bebas, orang yang biadab, Scythian. Kita semua satu di dalam Kristus Yesus. Namun bersamaan dengan itu, marilah kita mengingat bahwa Paulus tidak menyerang semua institusi sosial yang tidak sempurna. Misalnya, dia tidak menghilangkan perbudakan. Paulus berkata kepada kepada budak, “ Jadilah budak yang lebih baik.” Dia berkata kepada pimilik budak, “Jadilah tuan yang lebih baik.”
Paulus juga berkata dalam ungkapan terkenal yang menekankan, “Tidak ada laki-laki atau perempuan.” Meskipun demikian, orang Kristen di asrama sekolah dan panti asuhan terus menerapkan pemisahan asrama putri dan putra!! Di dalam Kristus, tidak ada pembedaan jenis kelamin. Anak-anak laki-laki dan perempuan sama berharganya dalam pemandangan Allah. Laki-laki dari suku ini, perempuan dari suku itu, sama berharga dalam pemandangan Allah. Kita semua sama manusia yang berdosa, sama-sama diselamatkan karena anugerah. Hal-hal ini adalah benar; tetapi sekaligus ada beberapa hal sosial yang tidak menyenangkan dimana orang Kristen kali ini amati.
Saat kita menekankan persaudaraan, baiklah kita yakin bahwa cara paling efektif untuk mencapai persaudaraan adalah membawa semakin banyak laki-laki dan perempuan dari semua ethnos, suku, semua bagian dari masyarakat ke dalam hubungan yang taat dengan Kristus. Ketika kita melipatgandakan orang Kristen di setiap bagian dari masyarakat, kemungkinan persaudaraan yang asli, keadilan, kebaikan, dan kebenaran akan bertambah sangat banyak. Sesungguhnya, cara terbaik untuk memperoleh keadilan – mungkin merupakan satu-satunya jalan untuk memperoleh keadilan – adalah untuk memiliki orang Kristen di setiap bagian masyarakat dalam jumlah yang sangat besar.
Saat kita bekerja untuk gerakan ke arah Kristus di semua bangsa, janganlah kita membuat kesalahan dengan percaya bahwa “satu demi satu keluar dari masyarakat kita ke dalam gereja” adalah cara yang tidak baik. Satu jiwa berharga rela bertahan menghadapi pengasingan yang berat untuk menjadi pengikut Kristus, satu jiwa berharga keluar dari dirinya sendiri, adalah sebuah hal yang menunjukkan bahwa Allah telah memberkati dan sedang memberkati bagi keselamatan umat manusia. Namun ini adalah jalan yang lambat. Dan merupakan cara yang seringkali membuka kaum petobat baru untuk mendengarkan Injil lebih jauh.
Kadang-kadang metode satu demi satu adalah metode satu-satunya yang memungkinkan. Ketika itu terjadi, marilah kita memuji Allah karenanya, dan hidup di dalam keterbatasannya. Marilah kita mendorong semua orang Kristen luar biasa yang menanggung penganiayaan dan penindasan, berdoa bagi orang-orang yang mereka kasihi dan bekerja secara konstan, sehingga lebih banyak dari kaum mereka yang percaya dan diselamatkan.
Satu-demi-satu adalah sebuah cara Allah memberkati pertambahan Gereja-Nya. Gerakan umat adalah cara lain lagi. Kemajuan besar Gereja di negeri yang baru atas agama non-Kristen selalu datang dari gerakan umat, tidak pernah satu-demi-satu. Sama benarnya bahwa “satu-demi-satu-keluar-dari-kaum” merupakan cara awal yang sangat umum. Di dalam buku, Bridges of God, yang dipakai oleh Allah untuk membuka Gerakan Pertumbuhan Gereja, saya memakai sebuah kiasan. Saya katakan bahwa misi mulai memproklamasikan Kristus di dataran seperti padang gurun. Di sana, hidup itu berat; jumlah orang Kristen tetap sedikit. Kehadiran misionaris yang banyak dibutuhkan. Tetapi di sini dan sana, para misionaris atau petobat baru menemukan cara-cara untuk lolos dari dataran yang gersang dan melanjutkan masuk ke pegunungan yang hijau.Di sana, sejumlah besar orang hidup; di sana, terdapat gereja-gereja besar; di sana, Gereja bertumbuh kuat; itulah negeri gerakan umat.
Saya menitipkan kiasan itu pada Anda. Marilah kita terima apa yang Allah berikan. Jika satu-demi-satu, marilah kita menerimanya dan menuntun mereka yang percaya kepada Yesus untuk percaya pada-Nya dengan sungguh-sungguh. Tetapi marilah kita selalu berdoa agar, setelah permulaannya, kita bisa melanjutkan ke lahan yang lebih tinggi, ke padang rumput yang lebih hijau, ke tanah yang lebih subur dimana kelompok besar laki-laki dan perempuan, semua bagian masyarakat yang sama, menjadi orang Kristen dan karenanya membuka jalan bagi gerakan ke arah Kristus di setiap bangsa di dunia. Tujuan kita seharusnya adalah gerakan-gerakan ke arah Kristus di dalam semua bagian. Maka kesatuan sosial akan memajukan Injil dan membawa banyak sekali orang keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. Kita memanggil bangsa demi bangsa dari kematian kepada hidup. Marilah kita pastikan bahwa kita melakukannya dengan metode yang paling efektif.