Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia
Draf Buku Perspektif
John D. Robb
- John D. Robb melayani sebagai ketua International Prayer Council, sebuah jaringan pelayanan doa regional dan nasional di seluruh dunia. Dia juga melayani selama 23 tahun bersama World vision, sibuk berkeliling di seluruh dunia, mengadakan konferensi dan seminar bagi para pemimpin Kristen di 100 negara. Dengan para pemimpin doa internasional, beliau mengadakan inisiatif doa interdenominasi di 50 negara.
- Tulisan ini diambil dari “In God’s Kingdom…Prayer is Social Action,” World Vision, Februari-Maret 1997. Digunakan dengan izin dari penulis.
Sebuah pohon raksasa tumbuh di bantaran Sungai Awash di lembah bertanah sangat kering sekitar dua jam berkendaraan dari Addis Ababa, Etiopia. Pohon itu sudah sangat lama berada di sana dan tampaknya akan terus ada. Karena tidak mampu membawa air di sungai itu ke dataran yang lebih tinggi, orang-orang yang hidup di sekitar wilayah tersebut menderita bencana kelaparan selama bertahun-tahun. Dalam penderitaan mereka, orang-orang tersebut pergi ke pohon tersebut untuk memohon pertolongan. Mereka menyembah pohon raksasa tersebut, percaya bahwa roh telah memberikan pohon tersebut kekuasaan ilahi. Orang-orang dewasa akan mencium batang pohon yang besar itu seraya melewatinya. Mereka berbicara kepada pohon itu dengan nada pelan dan anak-anak kecil berkata, “Pohon ini telah menyelamatkan kita.”
Ketika World Vision memulai sebuah proyek pembangunan pada tahun 1989, termasuk sebuah sistem irigasi untuk membuat lembah kering tersebut menjadi subur untuk pertama kalinya, pohon raksasa tersebut berdiri seperti penghalang yang menjaga tatanan lama. Pohon itu berkuasa atas komunitas di sekitarnya, memperbudak mereka dengan ketakutan. Orang-orang di sekitar pohon itu percaya bahwa roh-roh akan tenang jika dipersembahkan binatang dan memperingati hal yang dianggap tabu. Para pekerja World Vision melihat bagaimana para penduduk itu menyembah pohon tersebut dan melihat bahwa berhala ini merupakan penghalang bagi komunitas tersebut untuk masuk ke dalam kerajaan Kristus dan diubahkan.
Suatu pagi, ketika staf World Vision sedang berdoa, salah satu janji Yesus terpikirkan mereka sebagai secara khusus relevan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi” (Mat. 21:21). Mereka mulai berdoa agar Tuhan mengalahkan Goliat yang menghalangi mereka tersebut. Tidak lama sesudah itu, seluruh komunitas tahu bahwa orang-orang Kristen ini sedang berdoa mengenai pohon tersebut. Enam bulan kemudian, pohon raksasa tersebut mulai mengering. Daun-daunnya mulai menghilang, dan akhirnya tumbang seperti raksasa yang dipukul roboh ke dalam sungai. Orang-orang menjadi terkesima. “Allah Anda telah melakukan semua ini!” kata mereka. “Allah Anda telah mengeringkan pohon ini!” Dalam beberapa minggu, sekitar seratus penduduk menerima Kristus karena mereka telah melihat kuasa-Nya dinyatakan melalui doa orang-orang Kristen.
Natur Spiritual dari Masalah-masalah Sosial
Orang-orang Kristen selama bertahun-tahun telah terpecah dalam cara yang paling efektif untuk mentransformasi dunia kita. Apakah itu melalui kesaksian verbal atau tindakan sosial? Sebenarnya, keduanya tidak dapat dipisahkan. Tanpa keduanya, tidak ada kabar baik. Ada satu hal yang mengikat kedua hal tersebut?doa. Ketika kita berdoa kepada Allah agar menyelamatkan jiwa-jiwa dan juga mendatangkan keadilan-Nya ke dalam masalah-masalah sehari-hari, penginjilan dan kegiatan sosial terhubung dalam cara yang paling mendasar. Allah yang menginspirasikan doa bagi dunia menggerakkan hati umat-Nya untuk membagikan kabar baik-Nya dan juga mendemonstrasikan kasih dan rahmat-Nya. Di mana pun kita melihat orang datang kepada Kristus, kesehatan meningkat, kesempatan ekonomi meningkat dan nilai-nilai kerajaan Allah bertumbuh, kita melihat orang-orang percaya telah mendoakannya. Oleh karena natur dari kejahatan dalam dunia ini, doa sangat penting.
Ketika orang-orang Kristen menolong orang miskin dan melawan ketidakadilan, kita kadang-kadang lupa bahwa kita juga melawan para penguasa dan penghulu kegelapan. Sejak peristiwa di Taman Eden, manusia telah menguasai manusia lain dan seluruh masyarakat melalui kerjasama dengan Setan dan roh-roh jahatnya. Ini telah membawa kepada bencana kelaparan yang luas, penyakit, kemiskinan, perbudakan, ketidakadilan dan penderitaan. Kapan pun kita mencoba untuk menolong para korban dari berbagai tragedi ini, kita masuk ke dalam suatu pertempuran yang melibatkan kekuatan-kekuatan spiritual yang besar yang bekerja dalam lingkup masyarakat. Kekuatan-kekuatan spiritual itulah yang menguasai berbagai institusi yang besar, struktur-struktur dan sistem sosial. Baik Setan dan kekuatannya berusaha untuk menghancurkan umat manusia yang dibuat serupa dengan gambar Allah. Setan adalah ahli penipu, sumber penyembahan berhala yang berusaha untuk menguasai dunia. Dia melemahkan iman kepada Allah, membengkokkan nilai-nilai dan menyebarkan berbagai ideologi palsu. Dia menyusup masuk ke dalam institusi-institusi, pemerintahan, media komunikasi, sistem pendidikan dan badan-badan agamawi untuk menggoda manusia agar memuja uang, ketenaran, kesuksesan, kekuasaan, kesenangan, ilmu pengetahuan, seni, politik dan berhala-berhala religius.
Kekuatan-kekuatan sosial-spiritual dari kejahatan mencengkeram masyarakat dalam kegelapan, mencengkeram dalam dua cara yang berkaitan. Pertama melalui perjanjian yang jelas-jelas merupakan suatu penyembahan berhala. Kedua melalui pola pikir yang salah yang membutakan manusia akan realitas Tuhan dan kebenaran-Nya.
Kehancuran yang ditimbulkan Penyembahan Berhala
Di hampir seluruh Perjanjian Lama, Setan menggoda Israel untuk menjauh dari Allah dan mencoba allah lain dari Mesir, Amori, Kanaan dan Edom. Allah telah memperingatkan orang Israel apa yang akan terjadi jika mereka melakukannya, dan mereka menderita akibatnya – penindasan, perbudakan, invasi bangsa asing dan kemiskinan (Hak. 6:6; 10:16; Ul. 28). Dosa yang sama dan akibatnya juga dialami dunia masa kini.
India Utara adalah salah satu bagian dunia yang tergelap. Orang-orang India sendiri memperkirakan ada lebih dari tiga ratus juta allah di wilayah tersebut. Kali, dewi kehancuran, adalah dewa regional yang disembah di Kolkata, Bengal Barat. Semua orang yang pernah ke Kolkata mengetahui dampak merusak dari penyembahan Kali terhadap orang-orang di kota tersebut. Di tempat lain di dunia, okultisme berada di balik beberapa ketidakadilan yang paling brutal di abad ini. Di Kamboja, Khmer Merah?yang telah membunuh sekitar dua juga orang pada tahun 1970an?didasarkan pada dua kubu-kubu pertahanan okultisme. Shiwa, dewa perusak dan pembangkit orang Hindu, dan Naga, dewa ular, dipuja di wilayah bagian utara negeri ini. Selama perang saudara di Liberia, para misionaris SIM melaporkan bahwa banyak dari pejuang di sana mempraktikkan juju, sejenis sihir Afrika untuk mendapatkan kekuatan. Mereka memakai jimat-jimat, memanggil roh-roh untuk masuk ke dalam mereka, mabuk dan membunuh seluruh desa yang dipenuhi orang yang tidak bersalah.
Keputusasaan dari Kubu-kubu Pertahanan
Ketika Setan tidak mempengaruhi orang melalui penyembahan berhala yang terlihat jelas atau ketakutan terhadap roh-roh, dia mengontrol mereka melalui cara berpikir yang salah yang mengunci mereka dalam kegelapan spiritual. Rasul Paulus menyebut bentuk ikatan seperti ini ketika dia berbicara mengenai “mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah” (2 Kor. 10:5). Paulus menggunakan kata Yunani hupsoma, yang diterjemahkan sebagai “siasat” atau “hal-hal yang tinggi.” Itu merupakan istilah astrologis yang berarti “lingkup di mana kekuatan astrologis memegang kekuasaan.” Paulus mempertimbangkan bahwa mereka yang menolak Injil memiliki pola pikir yang dipengaruhi kekuasaan seperti itu. Menurut George Otis, Jr.,
- Ketika Setan tidak mempengaruhi orang melalui penyembahan berhala yang terlihat jelas atau ketakutan terhadap roh-roh, dia mengontrol mereka melalui cara berpikir yang salah yang mengunci mereka dalam kegelapan spiritual. Rasul Paulus menyebut bentuk ikatan seperti ini ketika dia berbicara mengenai “mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah” (2 Kor. 10:5). Paulus menggunakan kata Yunani hupsoma, yang diterjemahkan sebagai “siasat” atau “hal-hal yang tinggi.” Itu merupakan istilah astrologis yang berarti “lingkup di mana kekuatan astrologis memegang kekuasaan.” Paulus mempertimbangkan bahwa mereka yang menolak Injil memiliki pola pikir yang dipengaruhi kekuasaan seperti itu. Menurut George Otis, Jr.2
Ketika Setan tidak mempengaruhi orang melalui penyembahan berhala yang terlihat jelas atau ketakutan terhadap roh-roh, dia mengontrol mereka melalui cara berpikir yang salah yang mengunci mereka dalam kegelapan spiritual. Rasul Paulus menyebut bentuk ikatan seperti ini ketika dia berbicara mengenai “mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah” (2 Kor. 10:5). Paulus menggunakan kata Yunani hupsoma, yang diterjemahkan sebagai “siasat” atau “hal-hal yang tinggi.” Itu merupakan istilah astrologis yang berarti “lingkup di mana kekuatan astrologis memegang kekuasaan.” Paulus mempertimbangkan bahwa mereka yang menolak Injil memiliki pola pikir yang dipengaruhi kekuasaan seperti itu. Menurut George Otis, Jr.3
Sebagai contoh, ide “nasib” dalam Hinduisme memenjarakan jutaan orang ke dalam kemiskinan spiritual dan ekonomi. Kekuatan nasib yang tak dapat ditanggulangi ini sangat besar dan menentukan ke dalam kasta mana Anda dilahirkan. Jika Anda dilahirkan ke dalam suatu kasta yang miskin, sangat sedikit kemungkinan Anda dapat meningkatkan kehidupan Anda menjadi seorang pengacara atau akuntan. Pemikiran inilah yang disebut kubu-kubu pertahanan Setan, suatu penipuan yang membelenggu manusia dalam ikatan kemiskinan. Berbagai upaya pengembangan di antara orang-orang yang dipenjarakan oleh wawasan dunia fatalistis ini memiliki dampak yang terbatas karena mereka yakin tidak ada yang akan berubah.
Selain menghalangi orang untuk mencapai potensi yang telah Tuhan berikan kepada mereka, Setan dapat menggunakan kubu-kubu dalam pikiran untuk melepas kehancuran yang luar biasa. Ketika ekstrimis Hutu mengambil alih pemerintahan Rwanda pada tahun 1994, mereka menggunakan stereotipe etnis yang menggambarkan etnis Tutsi sebagai ”kecoa” yang perlu dibasmi. Hanya dalam waktu tiga bulan, kira-kira satu juta orang Tutsi, bersama dengan orang Hutu yang moderat yang menolak untuk menyerang tetangga mereka yang beretnis Tutsi, dibunuh oleh berbagai kelompok pembunuh yang berkeliaran.
Apa yang harus kita lakukan di tengah kejahatan sosial-spiritual? Jelas, kita harus membagikan kebenaran firman Tuhan untuk menghadapi penipuan seperti itu, tetapi kita juga harus berdoa secara sungguh-sungguh.
Berurusan dengan Kejahatan Supernatural Secara Penuh Kuasa
Roh-roh jahat tidak dapat dipertobatkan atau kita tidak bisa negosiasi dengan mereka. Mereka hanya dapat diusir dengan cara yang penuh kuasa yang disebut sebagai tindakan kekerasan spiritual. Kita berpikir tentang Yesus sebagai model bagi cinta damai, kasih dan tanpa kekerasan terhadap musuh-Nya. Namun, Dia mengajarkan bahwa kita hanya memberi pipi kiri dan kanan kita pada musuh manusia saja, bukan musuh kita Iblis. Dia tidak pernah mengizinkan Setan dan roh-roh jahat melakukan cara mereka. Sebaliknya Dia bertindak dengan kuat, berotoritas, bahkan dengan keras setiap kali berhadapan dengan mereka, menghardik dan mengusir iblis-iblis ini.
Dia juga berbicara mengenai pergumulan yang keras dan serangan balik yang menyertai datangnya kerajaan Allah: “Kerajaan Sorga diserang dan orang yang menyerangnya mencoba menguasainya” (Mat. 11:12, NASB). Banyak sarjana Alkitab setuju kalau ayat tersebut berarti kerajaan Allah sedang diserang oleh musuh-musuh yang jahat. Umat manusia dan institusi-institusi mereka telah menangkap dan membunuh Yohanes Pembaptis. Para pemimpin agama bekerja sama dengan penguasa Romawi membunuh Yesus. Namun, di balik kekuatan manusia ini Yesus melihat pribadi yang sering disebut-Nya sebagai “pangeran dunia ini.” Dia menyebut Setan sebagai orang kuat yang harus diikat jika ingin membebaskan orang-orang yang telah dikurungnya. Mengikat orang kuat (Mrk. 3:27) melibatkan pertempuran yang keras, tetapi merupakan pertempuran yang pasti akan dimenangkan oleh Gereja melalui kuasa Allah. Yesus sendiri berjanji bahwa “alam maut tidak akan menguasainya (gereja-Nya)” (Mat. 16:18). Rasul Paulus juga menegaskan bahwa
- karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12).
Doa adalah senjata yang menentukan dalam pergumulan ini – dan sering menjadi senjata yang agresif dan berkuasa. Kekuatan-kekuatan ketidakadilan, penindasan dan perang begitu besar sehingga seluruh usaha kita untuk memeranginya akan gagal kecuali kita lebih dulu mengundang Tuhan masuk ke dalam pertempuran. Sampai kita mencapai kemenangan dalam doa, tiada harapan untuk terlibat dalam pertempuran.
Saya tidak mengatakan bahwa doa merupakan satu-satunya cara yang diperlukan untuk mengubah dunia. Banyak orang Kristen Injili sudah lama sekali menggunakan doa sebagai pengganti tindakan?membiarkan Allah yang bertanggung jawab melakukan apa yang telah Dia perintahkan kepada kita untuk kita lakukan di seluruh Alkitab. Akan tetapi, aksi sosial pun bukan pengganti doa. Masih ada misteri yang mendalam yang menyelubungi doa dan bagaimana Allah menggunakan doa kita untuk mengubah dunia. Seorang theolog bernama Walter Wink menulis:
- Doa bukan sihir. Doa tidak selalu berhasil. Doa bukan sesuatu yang kita lakukan, tetapi sebuah respons terhadap apa yang telah sedang Allah lakukan di dalam kita dan di dunia. Doa-doa kita merupakan awal yang diperlukan yang membiarkan Allah bertindak tanpa melanggar kebebasan kita. Doa adalah tindakan ultimat dalam kerjasama kita dengan Allah.4
Secara paradoks, perang yang paling agresif dan sangat kuat yang kita jalani harus diperjuangkan dari hati yang hancur dan kelemahan kita. Contoh utama dari hal ini adalah kemenangan Yesus atas kuasa kegelapan melalui penghinaan dan ketidakberdayaan-Nya di atas kayu salib. Sama seperti itu, kita paling kuat melawan kejahatan ketika kita datang ke salib bersama dengan Yesus?mengakui dan menolak bekerja sama dengan kuasa-kuasa kegelapan.
Pelajaran yang dapat diambil dari Doa
Pada tahun 1994, sekelompok pemimpin Kristen Kamboja menceritakan kepada saya tentang intensitas dari pertempuran spiritual yang mereka alami dan meminta bantuan dari para pemimpin doa di luar Kamboja. Saya memimpin sebuah tim untuk membantu 60 pendeta dan penginjil Kamboja dalam doa bagi bangsa mereka. Kita dengan cepat berhadapan dengan pengaruh roh pembunuhan, yang terdapat dalam ritual penyembahan Shiwa, dewa kehancuran, dan Naga, dewa ular. Naga dipercaya merupakan roh pembimbing bagi rakyat Kamboja. Roh Tuhan berbicara melalui salah satu anggota tim, “Sebagian dari kalian tangannya telah menumpahkan darah.” Di dalam ruangan tersebut ada seorang mantan Khmer Merah yang telah membunuh ratusan orang, mungkin ribuan orang. Ratap tangis yang besar menyertai informasi ini, beserta pengakuan terhadap tindakan sangat kejam dalam ladang pembantaian.
Perendahan diri dan pengakuan di muka umum ini membawa kepada masa di mana orang-orang Kristen Kamboja memutuskan perjanjian yang dibuat di masa lalu antara raja-raja Kamboja dengan kuasa-kuasa kegelapan. Perjanjian ini telah dibuat di kuil Angkor, di bagian utara negara ini. Curahan emosi yang mendalam dan pengakuan dosa ini memulai suatu proses rekonsiliasi yang kemudian menghasilkan pembentukan persekutuan Kristen nasional di Kamboja. Pada saat tulisan ini dibuat, jumlah gerejagereja di Kamboja telah bertumbuh dari 100 menjadi lebih dari 500. Selain itu, Khmer Merah telah menjadi sangat lemah, jika belum hancur, sebagai suatu gerakan teroris.
Beberapa hal dari inisiatif doa ini merupakan pelajaran berharga bagi usaha-usaha doa yang lain:
1. Ada banyak doa yang mendahului dan dan mengiringi usaha ini. Tim kami dan orang-orang Kristen Kamboja tidak berdoa sendiri. Kami didukung oleh ribuan orang yang bersama-sama memohon di seluruh dunia. Bersatu dalam doa?umat Allah bergabung bersama dalam doa di seluruh dunia dengan fokus khusus pada tempat dan orang tertentu?merupakan suatu kombinasi yang sangat berkuasa.
2. Para pemimpin lokal melakukan tindakan pertobatan mewakili bangsa mereka. Tim kami bertindak sebagai pelayan dan katalis, mengakui bahwa Allah telah memberikan otoritas yang pertama kepada para pemimpin lokal untuk memutuskan perjanjian dengan kekuatan-kekuatan jahat.
3. Merendahkan diri dan hati yang hancur merupakan hal yang penting bagi semua yang terlibat.
4. Kami bergantung pada pimpinan Tuhan di setiap hal. Setiap orang yang terlibat dalam usaha doa kami berusaha mendapat pimpinan Roh Allah. Kami meneliti fakta mengenai situasi masa kini yang ada dalam negara ini, sejarahnya, dan kemudian menanti arahan dari Roh Kudus.
5. Kami berdoa secara menyeluruh.Kami berdoa bagi pemerintah, masalah-masalah sosial dalam negara itu dan beragam kelompok suku bangsa yang masih belum terjangkau. Kami berdoa untuk kesatuan dan vitalitas gereja. Kami berdoa agar shalom Allah turun ke atas orang Kamboja dengan transformasi spiritual dan sosial secara terus-menerus.
6. Doa yang efektif adalah doa yang terus-menerus. Lama setelah kunjungan tim kami ke Kamboja, orang-orang yang ambil bagian dalam tim ini terus berdoa. Perpecahan dan konflik yang barusan terjadi diantara faksi yang berbeda dalam pemerintahan menyadarkan kami bahwa para pendoa syafaat tidak boleh lengah berdoa. Mereka harus mengawasi bangsa mereka seperti penjaga di atas menara, jika tidak Setan akan datang kembali melalu pintu belakang, menciptakan perpecahan dan kehancuran ketika paling kurang diharapkan.
Dapatkan Sesuatu yang Baik terjadi dari Cali?
Dalam jawaban terhadap doa-doa para pendoa syafaat, shalom Allah dan transformasi juga terjadi di Cali, Kolombia. Sampai baru-baru ini, kota Amerika Latin ini dicengkeram oleh kartel obat bius yang tidak terkenal yang disebut Cali yang dilaporkan sebagai kelompok kriminal paling besar, paling kaya dan paling baik terorganisasi dalam sejarah. Kartel ini mengontrol sebagian besar pemerintahan dan sejumlah besar uang, mengabadikan kekerasan yang paling keji. Setiap orang yang menolak akan dibunuh. Di tengah keputusasaan, para pendeta di Cali setuju untuk bertemu setiap minggu untuk berdoa bagi kota mereka, dimulai pada bulan Januari 1995.
Pada bulan Mei tahun itu, para pendeta tersebut mengadakan doa siaga sepanjang malam di ruang pertemuan umum dengan kapasitas tampung 27.000 orang. Mereka berharap beberapa ribu orang lagi akan hadir dan mengisi bagian bawah. Hasilnya, 30.000 orang hadir untuk berdoa semalaman! Mengutip kata-kata salah seorang penyelenggara,
- Tujuan utama dari doa kebangunan adalah menentang para kartel dan para penguasa spiritual mereka yang tidak kelihatan. Keduanya telah memerintah kota dan bangsa kami terlalu lama. Setelah merendahkan diri dihadapan Tuhan dan satu sama lain, kami secara simbolis mengulurkan tongkat kekuasaan Kristus ke atas Cali?termasuk perbudakannya dengan kokain, kekerasan dan korupsi.
Hasil pertama dari pertemuan doa ini adalah tidak ada pembunuhan yang terjadi selama satu hari sesudahnya. Ini merupakan berita penting karena rata-rata pembunuhan dalam satu hari adalah beberapa kali lipat. (Ada 15.000 pembunuhan di Kolombia pada enam bulan pertama tahun 1993?menjadikan masa itu memiliki tingkat rata-rata pembunuhan tertinggi di dunia, delapan kali lipat lebih besar dari Amerika Serikat.) Selama empat bulan sesudahnya, 900 polisi yang terkait dengan kartel dipecat dari kepolisian. Kemudian, beberapa pendoa syafaat melaporkan mendapat mimpi di mana mereka melihat para malaikat menangkap para pemimpin kartel obat. Di dalam enam minggu sejak penglihatan ini terjadi, pemerintahan Kolombia menyatakan perang habis-habisan terhadap para pemimpin kartel. Bulan Agustus di tahun itu?hanya tiga bulan setelah penglihatan yang Tuhan berikan kepada pendoa?pihak berwenang Kolombia telah menangkap tujuh pemimpin kartel tersebut.
Orang-orang percaya di Cali memutuskan untuk melakukan pertemuan doa semalaman yang kedua. Di dalam persiapannya, mereka mensurvei kebutuhan politik, sosial dan spiritual dalam 22 bagian administratif dari kota itu. Mereka kemudian berdoa secara spesifik tentang apa yang mereka telah pelajari. Sekali lagi, perubahan dramatis terjadi. Pihak berwenang Kolombia melancarkan investigasi anti korupsi?bukan hanya di dalam pemerintahan kota Cali, tetapi sampai kepada kantor kepala pemerintahan negara tersebut.
Sejak saat itu, kota Cali telah bertumbuh secara ekonomi dengan peningkatan lebih dari 25 %. Melihat dampak dari doa-doa orang percaya, walikota Cali mengumumkan “Kota ini memerlukan Yesus Kristus untuk mendatangkan damai.” Otoritas kota itu telah menyediakan pengeras suara dan tempat bagi 22 gerakan penginjilan yang beriringan dengan 40 penginjil nasional dan internasional. Statistik kejahatan menurun, dan penderita AIDS, yang tadinya tertinggi di Amerika Latin mengalami penurunan.
Gereja-gereja di Cali telah bertumbuh secara luar biasa dalam suatu “ledakan rohani.” Menurut ahli pertumbuhan gereja Peter Wagner, Cali telah menjadi kota perintis dengan kualitas yang menentukan, sejak kebangunan rohani dan hal ini menyebar ke kota-kota yang lain. Tetapi harga untuk hal ini dibayar dengan perlawanan spiritual. Pada dua tahun belakangan, lebih dari 200 pendeta di Kolombia telah dibunuh oleh gerilyawan atau pasukan paramiliter.
Doa bagi Suku-suku yang Belum Terjangkau
Doa yang agresif dan strategis merupakan komponen penting dalam penginjilan terhadap kelompok-kelompok suku yang belum terjangkau dengan dua alasan.
Mendatangkan Ketaatan kepada Kristus
Pertama, kelompok-kelompok suku yang belum terjangkau dapat didefinisikan sebagai suku-suku “tanpa gereja.” Suku-suku yang belum terjangkau bisa didefinisikan dengan ciri khas etnis, linguistik atau sosial. Namun dalam seluruh kasus, suku-suku yang belum terjangkau adalah orang-orang yang belum mengalami gerakan penanaman jemaat yang berkembang, yang mengabarkan dan mendemonstrasikan Injil Kerajaan. Allah ingin agar gereja-gereja menjadi peragaan yang terbuka dari ketaatan kepada Kristus. Setan bekerja untuk menyangkali ketaatan tersebut dengan menipu orang dalam asumsi yang diterima oleh masyarakat secara umum tentang realitas. Kita tidak dapat memastikan bagaimana kubu-kubu pertahanan ini dimulai?mungkin dengan menipu orang melalui anggapan mereka yang tinggi akan “hikmat” mereka ketika mereka mengusahakan kecukupan diri. Tetapi kita dapat melihat bahwa di tempat di mana Kristus tidak ditaati?tempat di mana tidak ada gereja?kubu-kubu seperti itu tidak memiliki penantang, terkadang selama berabad-abad, semakin kuat pada setiap generasi yang berlalu. Perang rohani yang bertekad dan berani dibutuhkan untuk melemahkan dan membongkar kubu anggapan yang menghalangi “pengenalan akan Allah” dan menolak “ketaatan terhadap Kristus” (2 Kor. 10:3-5). Tidak ada bujukan manusia yang dapat membebaskan seluruh masyarakat dari kegelapan itu. Doa sangat penting. Hanya Allah yang bisa, bekerja oleh belas kasihan-Nya mencelikkan kebutaan dari masyarakat luas untuk melihat terang Kristus.
Mengutus Para Pekerja untuk Menuai
Alasan kedua mengapa doa sangat penting bagi suku-suku yang belum terjangkau adalah kita perlu Allah untuk mengirimkan pekerja-Nya. Biasanya suku-suku yang belum terjangkau sangat menolak Injil atau tersembuny, sehingga sangat sedikit, jika ada, misionaris yang bekerja untuk menjangkau mereka. Kristus mengatakan kepada para pengikut pertama-Nya untuk meneliti tempat-tempat di mana tuaian besar tetapi para penuai sangat sedikit dan dengan berani memohon kepada Tuan yang empunya tuaian untuk melakukan apa yang hanya dapat dilakukan-Nya: membangkitkan dan mengutus para pekerja yang efektif.
Sangat menggetarkan melihat terobosan luar biasa yang terjadi di antara kelompok-kelompok suku yang belum terjangkau. Dalam setiap kasus, kita dapat menemukan doa strategis yang diangkat demi kelompok suku tersebut yang mendahului terjadinya terobosan. Sejarah misi kaya dengan kisah-kisah yang sangat mengherankan tentang Allah yang memanggil para pekerja dari seluruh dunia, membuka pintu-pintu masuk, menggagalkan ancaman musuh dan mendemonstrasikan Injil secara berkuasa pada waktu yang tepat. Ketika kita bertindak di dalam doa yang bersatu, strategis dan terkoordinasi, kita lebih mampu untuk melihat bahwa gerakan Allah terkait langsung dengan doa-doa memohon kepada-Nya agar Dia bertindak. Kita hanya bisa menyimpulkan bahwa Tuan yang empunya tuaian bermaksud mengutus para pekerja di antara setiap suku bangsa di dunia.
Pada masa kini kita melihat usaha-usaha bersama yang besar untuk berdoa bagi suku-suku yang belum terjangkau. Usaha “Pray Through The Window” pada tahun 1993-1999 menghubungkan doa-doa dari puluhan juta orang bagi kelompok suku-suku secara spesifik yang belum terjangkau. Ratusan tim bepergian untuk melakukan perjalanan doa di antara kelompok suku-suku ini, seperti yang tim saya lakukan di Kamboja. Perjalanan doa itu sederhananya menolong orang berdoa di tempat di mana mereka berharap Allah mencurahkan jawaban-jawaban-Nya. Karena Allah adalah inisiator awal dari doa, dan orang-orang berdoa dengan dengan berbagai cara yang limpah, kita seharusnya tidak terkejut melihat berbagai tindakan terbesar-Nya terjadi dalam menjangkau bangsa-bangsa dan mentransformasi berbagai masyarakat dalam waktu ke depan ini.
Allah Mendengar dan Dunia Berubah
Di dalam Kitab Wahyu, Rasul Yohanes menggambarkan sebuah penglihatan yang Allah berikan kepadanya mengenai sejarah umat manusia. Penglihatan tersebut dipenuhi dengan gambaran-gambaran mengenai Allah dan makhluk-makhluk di sorga saling berinteraksi satu sama lain dan dengan dunia kita. Anak Domba Allah membuka ketujuh meterai?masing-masing meterai mempengaruhi sejarah planet bumi ini. Pada akhir pasal tujuh, seluruh sorga bernyanyi dan memuji Allah, menantikan apa yang akan terjadi kemudian dalam sejarah manusia. Akan tetapi, pada awal pasal delapan, semuanya terdiam. Tujuh malaikat dengan tujuh terompet berdiri di hadapan Allah, bersiap mengumumkan nasib dunia yang akan dibukakan, tetapi mereka harus menunggu sampai malaikat kedelapan mempersembahan kemenyan kepada Allah termasuk di dalamnya seluruh doa orang kudus?doa-doa untuk keadilan dan kemenangan. Tidak ada yang bisa terjadi sampai bau harum dari doa-doa ini naik ke hadapan Allah.
Doa adalah bentuk yang paling kuat dari aksi sosial karena Allah berespons secara langsung terhadap orang yang berdoa. Doa adalah bagian paling kuat dari misi untuk suku-suku yang belum terjangkau, karena Allah melakukan apa yang bisa dilakukan hanya oleh-Nya. Bahkan dalam situasi yang paling tidak berpengharapan, Dia mematahkan kekuasaan yang palsu dari musuh, mendatangkan terang rohani, dan menghembuskan hidup bagi transformasi sosial yang langgeng.
Allah menggunakan tindakan berdoa baik demi mengubah kita dan mengubah masa depan. Seperti kata Walter Wink:
- Sejarah menjadi milik para pendoa syafaat yang percaya masa depan …. Bahkan sejumlah kecil orang yang sepenuhnya berkomitmen terhadap hal baru yang tak dapat dihindarkan, di mana mereka melekatkan imajinasi mereka, dapat dengan pasti mempengaruhi bentuk yang akan terjadi di masa depan. Para pembentuk masa depan ini adalah para pendoa syafaat yang memohon akan masa depan, masa kini yang baru yang dirindukan. Mereka percaya masa depan itu ada.