Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia
Draf Buku Perspektif
Paul G. Hiebert
- Paul G. Hiebert adalah Kepala Departemen Misi dan Penginjilan dan Profesor Misi dan Antropologi di Trinity Evangelical Divinity School. Beliau sebelumnya mengajar mata pelajaran Antropologi dan Kajian Wilayah Asia Selatan di Fuller Theological Seminary, School of World Mission. Hiebert melayani sebagai seorang misionaris di India dan dia menulis sepuluh buku bersama dengan istrinya, Frances. Tulisannya meliputi, Cultural Anthropology, Anthropological Insights for Missionaries, dan Case Studies in Mission. Tulisan ini digunakan dengan izin dari tulisannya “Clean and Dirty: Cross-Cultural Misunderstandings in India,” Evangelical Missions Quarterly, 44:1 (Januari 2008), diterbitkan oleh EMIS, PO Box 794, Wheaton, IL 60187.
Sedikit pengalaman dalam perjumpaan lintas budaya yang pertama yang membuat kami lebih terkesan daripada perasaan kami akan kekotoran dan kebersihan. Ini tentu saja benar ketika kami pergi ke India. Ketika kami melangkah keluar ke jalan, kami diliputi oleh beban inderawi yang terlalu banyak: orang di mana-mana, warna-warna yang terang, kuil-kuil dan film, musik yang keras dari pengeras suara dan panggilan sembahyang orang M. Bebauan?minyak wangi, dupa, makanan, sapi dan kotoran manusia?menenggelamkan dan membingungkan kami. Tetapi soal kekotorannya menjadi pertama-tama menarik perhatian kami.
Bagi banyak orang Amerika, kesan pertama tentang India pasti berhubungan dengan kotoran: sampah yang membusuk di pinggir jalan, kantong-kantong plastik yang tergeletak sembarangan di semak-semak belukar, pipa pembuangan kotoran yang membusuk, tahi di jalan dan kotoran serta debu di mana-mana. Kekacauan ini meluas dalam berkendaraan di mana truk, bus, mesin perata jalan, traktor, mobil, motor lancia (rickshaw), sepeda, gerobak sapi, manusia, sapi, kerbau, domba dan anjing liar mengatur cara mereka dengan sedikit perhatian nyata terhadap “aturan di jalan.” Hasilnya adalah keterkejutan yang kacau?perasaan bahwa kehidupan itu tidak ada aturannya, tak terkendali dan kotor.
Orang India memiliki kesan pertama terhadap Amerika dan orang Amerika juga. Mereka terkagum-kagum akan kebersihan umum. Ladang rumput terawat bersih, bangunan-bangunan dicat dengan segar, jalanan bersih dan pipa pembuangan tersembunyi di bawah tanah. Orang berkendaraan dalam mobil-mobil yang halus, bebas penyok. Mereka melihat jalur-jalur yang ditandai dengan baik, berhenti pada saat lampu penanda berhenti menyala dan menunggu lalu lintas yang datang untuk berlalu sebelum berbelok. Akan tetapi, orang-orang India terkejut melihat kekotoran pribadi orang Amerika. Di berbagai sekolah negeri, toko-toko, bioskop dan bus mereka memakai celana jins yang tua, sobek, dan kotor, jins yang sobek-sobek; celana pendek yang sangat pendek hampir tidak menutupi apa-apa; kaus oblong ditutupi dengan iklan, dan sepatu tennis yang tidak digosok dan terlalu menyolok. Semua itu tampak seperti pakaian pengemis. Wanita mengenakan pakaian lusuh sama seperti pria. Mereka tetap memakai sepatu ketika masuk rumah mereka, dan bahkan di gereja ketika mereka masuk menghadap Allah. Jelaslah mereka sanggup untuk memiliki pakaian yang lebih terhormat, jadi mengapa mereka lebih memperhatikan jalanan, halaman rumah dan kendaraan mereka ketimbang diri mereka memperhatikan diri mereka sendiri?
Orang Amerika makan dengan garpu dan sendok yang pernah ada di mulut orang lain. Mereka tidak mencuci tangan sebelum makan dengan tangan. Mereka menggunakan tangan kanan mereka di toilet dan menggunakan kertas untuk membersihkan diri mereka. Orang India makan dengan tangan, yang tidak pernah ada di mulut orang lain, dan hanya menggunakan tangan kanan untuk makan karena tangan kiri dipakai untuk kegiatan yang kotor. Orang Amerika makan daging, bahkan daging sapi, yang membuat mereka kotor serta mengeluarkan bau badan yang kuat yang dapat dicium oleh kaum vegetarian. Mereka saling menyentuh ketika menyambut satu sama lain dan karena itu terpolusi oleh orang-orang yang secara ritual najis ketimbang mereka.
Setelah kejutan awal ketika pertama kali mengunjungi India, orang Amerika harus berhenti sejenak dan melihat lebih dalam tentang apa yang mereka alami. Mereka menjumpai sebuah paradoks. Lebih dari budaya lain, budaya India didasarkan pada kepercayaan yang dalam akan kemurnian dan polusi, yang menyentuh setiap wilayah kehidupan mereka. India mungkin dikenal karena ruang publik mereka yang kotor, tetapi orang India sangat obsesif tentang kebersihan diri. Para pria keluar dari pondok kecil mengenakan pakaian, dasi dan celana panjang yang terbaik, dicuci dan disetrika, dan sepatu yang disemir. Wanita memakai pakaian yang berwarna cerah, pakaian wanita yang bersih. Ketika mereka mengendarai motor atau duduk di sadel di belakang suami mereka, selendang sutra dan saree mereka melambai-lambai tertiup angin. Setiap restoran memiliki tempat cuci tangan umum untuk mencuci tangan sebelum makan. Setiap rumah disapu bersih setiap hari dan jalan masuk di luar dilapisi dengan lapisan segar tanah dan pupuk dari sapi yang membuatnya tetap bersih. Halaman depan dihiasi dengan bunga-bunga, dan susunannya ditaburi bubuk putih. Orang India menyikat gigi dan menyisir rambut mereka hampir secara obsesif. Mereka melakukannya di muka umum dan ingin orang lain melihat perhatian mereka akan kebersihan dan martabat umum.
Perhatian orang India terhadap kemurnian dan kejijikan mereka terhadap polusi jauh lebih mendalam daripada kotoran yang terlihat di permukaan yang dapat dibersihkan. Orang India memperhatikan polusi batiniah, pengotoran diri. Pekerjaan kasar, seperti memungut sampah, menyamak kulit, mengubur orang mati dan memotong rambut yang melibatkan menyentuh objek mati, adalah yang paling menajiskan. Mencuci pakaian, membersihkan rumah dan menyapu halaman dan jalanan adalah mengotori karena yang mereka yang terlibat harus menghadapi penolakan. Kekotoran yang didasarkan pada kasta ini bersifat permanen dan diturunkan, warisan dari orangtua kepada anak-anak. Satu-satunya jalan untuk terbebas dari polusi ini adalah pengharapan agar di kehidupan yang kemudian seseorang dilahirkan sebagai seorang Brahma atau seorang dengan kasta yang lebih tinggi.
Seseorang juga dapat menjadi kotor secara pribadi karena menyentuh semua hal yang terpolusi. Jika individu dari kasta yang tinggi menyentuh orang dari kasta rendah, mereka akan menjadi kotor. Untuk membersihkan diri dari polusi seperti itu, orang-orang dari kasta tinggi ini harus melalui suatu ritual pembersihan yang panjang untuk membersihkan batin mereka. Akibatnya, mereka memiliki ritual dalam penyambutan, seperti jabat tangan kita, yang tidak melibatkan saling menyentuh. Hubungan seksual dan pernikahan di antara orang yang berbeda kasta sangat mengotori, khususnya bagi anak-anak yang dilahirkan dari pernikahan tersebut.
Ketika orang Amerika pergi ke India, kami perlu belajar untuk mengerti bagaimana orang India melihat kemurnian dan polusi, dan menguji kembali kepercayaan kami sendiri tentang “kebersihan” dan “kekotoran.” Ingatlah bahwa orang India terkenal dengan kebersihan diri dan kekotoran umum mereka, dan orang Amerika akan kebersihan umum dan kekotoran diri mereka.
Kita juga perlu menghindari agar tidak menghakimi kepercayaan orang India, sebaliknya kami harus melihat kembali kepercayaan kami dan orang India di dalam terang Injil. Sebagai awal, kita perlu menghindari ketidakpekaan secara budaya. Inilah beberapa rekomendasi awal:
1. Pakaian. Para pria, tinggalkan jins Anda, kaus oblong tua dan sepatu tenis yang menyolok di rumah. Para wanita, tinggalkan celana pendek dan rok mini Anda. Mengenakan semua itu di muka umum menghina tuan rumah Anda dan mempermalukan mereka di antara tetangga mereka. Ingat, ketika Anda berpakaian untuk diri sendiri, Anda berpakaian untuk kenyamanan Anda. Ketika Anda berpakaian untuk menghormati orang lain, Anda berpakaian yang sopan. Tunjukkan rasa hormat Anda terhadap tuan rumah dengan berpakaian sopan ketika Anda keluar di muka umum. Secara khusus, berpakaian yang sopan ketika ke gereja. Inilah tanda Anda menghormati Allah.
2. Tindakan di Muka Umum. Tunjukkan kebersihan Anda di muka umum. Cuci tangan Anda di tempat cuci tangan di restoran sebelum makan, sikat gigi Anda di muka umum setelah makan, dan yang terpenting, jangan menyentuh makanan Anda dengan tangan kiri – itu dianggap kotor.
3. Rambut. Jaga rambut Anda tetap rapi dan terpotong. Rambut yang tidak terawat merupakan tanda kebiasaan diri yang tidak bersih.
4. Makanan. Hindari makan daging, khususnya daging sapi, sedapat mungkin di muka umum.
Hal terpenting, belajar dari tuan rumah Anda. Awalnya mereka mungkin ragu-ragu untuk mengkritik Anda, tetapi ketika Anda sudah membangun kepercayaan, mereka dapat menolong Anda terlihat bersih dan dihormati di desa-desa dan kota-kota di India.