PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Berkat Sebagai Transformasi

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Sarita D. Gallagher

Gallagher.jpg
Sarita D. Gallagher adalah seorang Asisten Profesor Studi Global di Azusa Pacific University. Beliau pernah melayani di Australia dan Papua Nugini mengajar Studi Teologi dan Antarbudaya di universitas lokal dan Sekolah Alkitab. Fokus beliau adalah signifikasi misi dari berkat yang diberikan kepada Abraham dalam Kitab Suci.


Steven C. Hawthorne

Hawthorne.jpg
Steven C. Hawthorne adalah Direktur dari WayMakers, sebuah pelayanan misi dan mobilisasi doa. Setelah menjadi editor bersama dari kursus dan buku Perspectives di tahun 1981, beliau menjalankan “Joshua Project,” suatu seri ekspedisi penelitian ke antara orang-orang yang belum terjangkau di Asia dan Timur Tengah. Dia juga menulis Prayerwalking: Praying on Site with Insight bersama dengan Graham Kendrick.


Janji Tuhan kepada Abraham efektifnya adalah janji kepada dunia. Di dalam Kejadian 12:1-2, Allah menyatakan bahwa Dia tidak hanya akan memberkati Abram (namanya pada waktu itu), tetapi juga bahwa Abraham akan menjadi berkat. Ayat berikutnya menyingkapkan kebesaran yang ajaib dari berkat tersebut: “olehmu semua kaum di bumi akan diberkati.” Bagaimana mungkin satu orang bisa menjadi berkat bagi semua kaum di seluruh bumi?

Bahkan meski Abram menaati Allah, sepertinya dia tidak langsung menangkap implikasi global dari janji tersebut. Janji yang lengkap, yang akan didengar Abraham berulang kali di tahun-tahun yang kemudian, memiliki tiga bagian: tanah, keturunan dan berkat. Dua bagian pertama mengenai tanah dan keturunan mungkin bisa langsung dimengerti. Tetapi apa yang mungkin tinggal sebagai misteri adalah janji bahwa melalui keturunannya, berkat akan turun ke setiap bangsa di bumi.

Sementara tahun-tahun berlalu tanpa menerima tanah yang dijanjikan ataupun anak laki-laki, Abraham pasti memikirkan penggenapan seperti apa yang akan terjadi. Kita juga perlu memikirkan hal yang sama. Janji bahwa “semua bangsa akan diberkati” masih terus digenapi sampai hari ini. Apa artinya sebuah bangsa atau suku bangsa diberkati? Apa yang harus kita cari sebagai penatalayan dari berkat yang dijanjikan kepada Abraham melalui iman dalam Kristus?

Daftar isi

Apa arti dari “Berkat” itu sendiri?

Jika sumber kita hanyalah kitab Kejadian, kita dapat belajar banyak mengenai gagasan tentang berkat. Di dalam Kejadian, kata “berkat” digunakan dalam dua cara yang berbeda. Pertama, kita melihat istilah berkat digunakan untuk menggambarkan suatu pengucapan atau pengutaraan berkat. Itu merupakan suatu tindakan di mana tujuan di masa depan atau kebaikan dibicarakan, dan kemudian dicurahkan kepada orang atau entitas yang sedang diberkati. Kedua, istilah berkat digunakan untuk menggambarkan penggenapan dari apa yang telah dijanjikan, materi atau bukan. Maka, kata berkat merujuk kepada pemberian berkat dan juga karunia yang dibawa oleh berkat tersebut.

Berkat sebagai Pemberian

Allah mengucapkan berkat pada hari kelima dalam proses penciptaan. Setelah Tuhan menciptakan binatang, Dia menyatakan bahwa makhluk di laut dan burung di udara itu “baik” adanya. Setelah itu Dia memberkati mereka, memberikan mereka kemampuan untuk menjalankan mandat yang Dia berikan kepada mereka, untuk “berbuah dan bertambah banyak dan memenuhi bumi” sesuai dengan wilayah mereka. Dengan memberkati mereka, Allah menjadikan mereka lebih dari sekadar baik adanya. Berkat Tuhan memberi mereka kelimpahan dan kepenuhan yang akan nyata terlihat. Pada hari yang keenam dalam proses penciptaan, Allah menciptakan binatang dan manusia. Sekali lagi semua yang Tuhan ciptakan pada hari itu dinyatakan “baik” adanya. Dia kemudian memberkati manusia, memberikan manusia mandat dan memampukan mereka untuk “bertumbuh dan berkembang dan memenuhi bumi.” Di seluruh Kitab Suci gagasan mengenai berkat terus dikaitkan dengan pemikiran tentang hidup yang berkembang ke arah kepenuhan yang dimaksudkan. Ketika berkat digenapi dalam makhluk ciptaan, manusia, rumah tangga atau bangsa-bangsa, semua dimampukan untuk bergerak ke arah maksud mereka dibentuk. Perubahan tersebut bisa lambat ataupun cepat. Berkat tidak pernah dianggap sebagai magis, melainkan lebih sebagai sebuah dinamika dari hidup Allah. Berkat adalah kebaikan Allah yang dibuat menjadi “lebih baik.”

Lebih jauh dalam catatan Kejadian, kita melihat lebih banyak kejadian di mana kata-kata berkat dinyatakan. Pergumulan Yakub dengan Esau untuk mendapatkan berkat dari ayahnya merupakan contoh yang paling penting (Kej. 27). Pergumulannya dengan malaikat (atau dengan Allah?) untuk mendapatkan berkat patut diperhatikan: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” (32:26-29). Di setiap kasus, pemberian berkat ini dimengerti lebih dari sekadar perkataan biasa, tetapi sebagai suatu transfer yang tidak dapat dibatalkan dari pemberdayaan dan kelimpahan khusus dari Allah.

Berkat sebagai Penggenapan

Di dalam Kejadian kita juga melihat berbagai rujukan yang jelas mengenai bagaimana janji berkat digenapi dalam cara yang jelas terlihat. Pada akhir hidup Abraham kita membaca bahwa Abraham “diberkati TUHAN dalam segala hal” (24:1). Apa tepatnya arti bahwa Abraham telah diberkati dalam berbagai hal?

Kita dapat menemukan tiga kategori luas dari berkat dalam Kitab Kejadian. Pertama, kita melihat berkat sebagai kekayaan materi dan kelimpahan. Kedua, kita melihat berkat sebagai hubungan yang dekat dengan Tuhan dan mengalami kehadiran-Nya. Dan ketiga, kita melihat berkat mendatangkan kedamaian di antara kaum dan suku bangsa.

1. Kekayaan Materi dan Kelimpahan

Pelayan Abraham mendaftar segala hal yang adalah berkat Tuhan bagi Abraham: “TUHAN sangat memberkati tuanku itu, sehingga ia telah menjadi kaya: TUHAN telah memberikan kepadanya kambing domba dan lembu sapi, emas dan perak, budak laki-laki dan perempuan, unta dan keledai” (24:35). Perhatikan ekspresi, “TUHAN sangat … memberkati … sehingga …” Bagi pelayan tersebut jelas terlihat bahwa kekayaan materi merupakan hasil dari berkat Allah.

Allah juga memberkati Ishak dalam hal materi. “Setelah Abraham mati Allah memberkati Ishak” (25:11). Kisah tersebut menggambarkan tindakan inti dari memberkati: membuat sesuatu yang mandul menjadi menghasilkan sesuatu. “Berdoalah Ishak kepada Tuhan untuk isterinya, sebab istrinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribkah, istrinya itu, mengandung” (25:21). Berkat terhadap Ishak berlimpah dalam kekayaan materi: “maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya. Ia mempunyai kumpulan kambing domba dan lembu sapi serta banyak anak buah” (26:12-14). Allah memberikan Ishak suplai air yang berkelimpahan yang bagi dia ditafsirkan “kita dapat beranak cucu di negeri ini.” Orang-orang Filistin yang mengamati dia menjadi cemburu karena kelimpahan air merupakan bukti bahwa Ishak “diberkati oleh Tuhan” (26:15-22).

Kelimpahan materi yang sama digambarkan sebagai berkat di dalam kehidupan cucu Abraham, Yakub. Setelah Yakub bekerja sekian lama di rumah keluarga Laban, Laban berkata kepada Yakub bahwa keberhasilan keuangan dan materinya memiliki hubungan yang langsung dengan Yakub, “Telah nyata kepadaku, bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau” (30:27). Yakub setuju kemudian berkata kepada Laban bahwa “TUHAN telah memberkati engkau sejak aku berada di sini” (30:30).

Penting untuk diperhatikan bahwa di banyak tempat di dunia berkat umumnya dianggap sebagai kekuatan magis atau kuasa mistis dengan mana seseorang bisa mendapatkan keuntungan yang diinginkannya. Dengan mentalitas seperti ini berkat tidak lebih dari sekadar keberuntungan yang sewaktu-waktu bisa dimanipulasi oleh prosedur atau orang yang dipercayai memiliki kekuatan khusus. Para pembela dari apa yang biasa disebut “injil kemakmuran” memiliki kesamaan dengan cara pandang ini yaitu mengurangi berkat menjadi suatu metode untuk mendapatkan kekayaan dari Allah.

2. Lebih dari Sekadar Kekayaan Materi: Kehadiran Allah

Berkat lebih dari sekadar keberbuahan yang melimpah dan kekayaan. Bangsa-bangsa tetangga di sekitar melihat ada aspek yang tidak kelihatan dari berkat. Aspek yang paling dikenal adalah kehadiran Allah bersama dengan Abraham. Para tetangganya berkata kepada Abraham, “Allah menyertai engkau dalam segala sesuatu yang engkau lakukan” (21:22). Dengan penduduk dari kota Sodom memperhatikan, figur seperti Melkisedek pun secara terbuka menyatakan kedekatan Allah dengan Abraham, “diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi … yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu (14:19-20). Demikian juga para tetangga Ishak mengatakan, “kami telah melihat sendiri bahwa Tuhan menyertai engkau” (26:28).

3. Lebih dari Sekadar Kovenan dengan Allah: Damai di Tengah Bangsa-bangsa

Melihat kehadiran Allah bersama Abraham, para tetangganya orang Filistin mendekati Dia untuk menyusun suatu perjanjian damai (21:22-23). Perjanjian ini mendatangkan damai dalam perebutan penggunaan sumur dan hasilnya “masih lama Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri Filistin” menikmati keadaan tersebut (21:24-34). Bertahun-tahun kemudian, pada masa Ishak, hubugan dengan orang Filistin menjadi tegang kembali. Orang Filistin berusaha untuk mengusir kaum Ishak keluar dari wilayah mereka (26:12-17). Allah berulang kali menolong Ishak menemukan sumber-sumber air. Pada akhirnya ada kelimpahan air bagi setiap orang sehingga orang Filistin mendekati Ishak untuk “membuat suatu perjanjian” perdamaian dengan dia. Orang Filistin pada akhirnya mengatakan kepada Ishak “bukankah engkau sekarang yang diberkati Tuhan” (26:18-29).

Berkat Melampaui Keluarga Abraham

Kita telah melihat apa artinya bagi Abraham dan keluarganya diberkati. Tetapi apakah kita juga melihat bangsa-bangsa diberkati dalam kisah keturunan Abraham di kitab Kejadian?

Kurang Menjadi Berkat

Abraham dan kaum keluarganya berkelana dua kali untuk hidup di antara bangsa-bangsa asing dan dua kali dia berbohong mengenai istrinya (di dalam Kejadian 12 dan sekali lagi di dalam pasal 20). Setiap kali dia berbohong, Sarai (namanya pada waktu itu) diambil menjadi istri raja, yang mengakibatkan penghakiman atas bangsa tuan rumah. Pada peristiwa kedua, ketika sang raja menyadari murka Allah akan menimpa seluruh bangsanya, dia memanggil Abraham dan berkata, “perbuatan apakah yang kau lakukan ini terhadap kami, dan kesalahan apakah yang kulakukan terhadap engkau, sehingga engkau mendatangkan dosa besar atas diriku dan kerajaanku? Engkau telah berbuat hal-hal yang tidak patut kepadaku” (20:9). Meskipun Abraham berdoa bagi rumah tangga raja tersebut agar Allah memulihkan kemampuannya untuk menghasilkan anak, sulit untuk melihat seluruh peristiwa tersebut sebagai tindakan menjadi berkat bagi bangsa lain.

Tumpah Ruah kepada Tetangga dan Bangsa lain

Meskipun peristiwa di atas terjadi, Allah pernah menolong bangsa lain melalui Abraham dan keturunannya. Sebagai contoh, Abraham membantu menyelamatkan kota Sodom dan Gomora (Kej. 14), yang telah ditawan oleh para musuh dan telah merampas “segala harta benda Sodom dan Gomora beserta bahan makanannya” (14:11). Tidak lama setelah peristiwa ini Abraham berdoa agar Allah menyelamatkan seluruh kota Sodom (pasti di dalamnya termasuk beberapa orang yang sebelumnya telah dia selamatkan dari penawanan). Dia menyatakan argumennya kepada Allah bukan hanya bagi Lot dan keluarganya, tetapi juga bagi “seluruh kota” (19:28). Meskipun kota tersebut dihancurkan, maksud utamanya adalah Abraham berinisiatif memohon agar seluruh kota diselamatkan.

Contoh sebelumnya mengenai air bagi orang Filistin dari sumur yang digali oleh orang Ishak (26:12-22) dan berkat atas usaha Laban melalui Yakub (30:27) merupakan contoh tambahan mengenai menjadi berkat bagi bangsa dan kaum yang ada di sekeliling mereka.

Penting diperhatikan bahwa di akhir kitab Kejadian, kita melihat cucu Abraham, Yakub memberi berkat kepada Firaun sendiri. Kalimat yang sebenarnya diucapkan tidak dicatat, tetapi disebutkan dalam kitab ini “Yakub memohonkan berkat bagi Firaun” (47:7, 10).

Kelanjutan kisah dalam Kejadian adalah kisah tentang Yusuf. Seperti Abraham dan Ishak sebelumnya, hasil kerja Yusuf yang luar biasa menyebabkan orang asing yang melihat menyimpulkan bahwa kehadiran Tuhan bersama dengan Yusuf mendatangkan kelimpahan. “Yusuf disertai Tuhan … Tuhan membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya” (Kej. 39:3). Tuannya mengakui bahwa “berkat Tuhan ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang” (39:5) dikarenakan Yusuf.

Memberkati Mesir dan Suku Bangsa di Seluruh Bumi

Allah memberi penafsiran mimpi kepada Yusuf yang memprediksikan bencana kelaparan selama tujuh tahun. Firaun mengakui hikmat Yusuf itu berasal dari Allah dan berkata “dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir” dan melanjutkannya, “tetapi tidak dengan setahumu, seorangpun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir” (41:41, 44). Ketika bencana kelaparan tiba kerusakan yang diakibatkannya “merajalela di seluruh bumi” (41:56). Yusuf ditempatkan untuk menjadi berkat bagi banyak bangsa, di mana “dari seluruh bumi datanglah orang ke Mesir untuk membeli gandum dari Yusuf” (41:57).

Pada tahun kedua dari tujuh tahun bencana kelaparan, Yusuf mendistribusikan makanan sebagai ganti uang dan ternak (47:14-17). Ketika tahun terakhir dari bencana kelaparan tersebut tiba dia telah mengatur kelangsungan hidup bangsa Mesir. Sebagai ganti kepemilikan ladang dan 20 persen pajak (suatu pengaturan yang sangat murah hati dibandingkan dengan sistem feodal yang lain), dia menawarkan gandum untuk digunakan sebagai benih dalam memulai lingkaran bercocok tanam setelah bencana kelaparan tersebut (47:18-24). Ketika bencana kelaparan tersebut berakhir disertai dengan harapan bertahan hidup jangka panjang, bangsa Mesir berkata kepada Yusuf: “Engkau telah memelihara hidup kami” (47:25).1

Yang Kemudian Akan Lebih Besar: Penggenapan dalam Keturunan

Apakah Abraham memahami berkat bagi bangsa-bangsa yang Allah janjikan, khususnya dampaknya yang besar dari janji tersebut? Di kelima pengulangan janji Allah untuk memberkati bangsa-bangsa perhatikan bagaimana Allah semakin menegaskan dan menjelaskan bagaimana janji-Nya tersebut akan digenapi.

Tiga Pengulangan bagi Abraham

Pada panggilan dan janji awal, Allah berkata kepada Abram bahwa dia akan menjadi “bangsa yang besar”. Janji tersebut dibingkai seakan-akan di dalam satu orang “semua kaum di bumi akan diberkati” (12:3).

Pada pernyataan kedua, janji itu tampaknya hampir sama. Melalui satu orang, “semua kaum di muka bumi akan diberkati” (18:18). Tetapi ayat berikutnya menambahkan bahwa Allah akan “menggenapi apa yang telah dikatakan” kepada Abraham merujuk kepada janji tersebut, terkait dengan “kebenaran dan keadilan” yang dilakukan oleh “anak-anaknya dan keturunannya setelah Abraham.” Sejak saat itu janji ini akan menekankan apa yang akan terjadi pada keturunan Abraham.

Di dalam drama pengumuman yang ketiga dalam Kejadian 22 kita menemukan suatu pergeseran yang signifikan. Abraham menaati Allah dengan mengorbankan anaknya Ishak. Allah menyediakan korban pengganti dan langsung mengulangi janji-Nya, tetapi dengan perbedaan yang signifikan. Janji tersebut tidak lagi dikatakan digenapi di masa hidup Abraham, tetapi pada masa anak-anaknya yang kemudian. “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat” (22:18). Kata tunggal “keturunan” adalah istilah umum yang menggambarkan generasi keturunan Abraham yang akan datang. Tuhan menyatakan janji-Nya secara cukup mengejutkan dengan menyatakan suatu sumpah, “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri…” (22:16) Tujuan dari sumpah tersebut adalah untuk meyakinkan generasi-generasi yang akan datang bahwa Allah tidak akan gagal untuk menggenapi janji-Nya guna memberkati seluruh bangsa, Dia akan melaksanakan hal yang luar biasa ini melalui mereka.

Sekali lagi kepada Ishak dan Sekali lagi kepada Yakub

Allah keempat kalinya memberikan janji-Nya, kali ini secara langsung kepada Ishak. Sekali lagi Dia berkata bahwa “oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat” (26:4). Kata “keturunan” ditekankan, dikatakan keturunannya akan banyak seperti bintang di langit (15:5, 22:17). Di dalam pernyataan kelima, Tuhan menjanjikan kepada Yakub kalau keturunannya akan menjadi sangat banyak dan akan “mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan” (28:14). Pada saat janji tersebut dinyatakan, Yakub mungkin hanya berpikir kalau pengembangan wilayah tersebut tidak lebih dari memenuhi tanah perjanjian nantinya. Tetapi adalah mungkin bahwa ekspansi geografis yang kuat tersebut terkait dengan penggenapan global dari janji tersebut pada akhirnya.

Janji Digenapi dalam Kristus

Sebagian besar orang Kristen telah diajarkan dengan baik tentang Yesus Kristus datang untuk menyediakan jalan bagi orang-orang untuk diadopsi sebagai anak ke dalam keluarga Allah. Di dalam Galatia, Paulus berkata bahwa “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya … supaya kita diterima sebagai anak” (Gal. 4:4-5). Tetapi di dalam ayat-ayat sebelumnya pada kitab yang sama Paulus mengatakan bahwa mereka yang percaya dalam Kristus telah disatukan dengan Kristus sedemikian rupa sehingga mereka menjadi bagian dari keluarga Abraham. “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah” (Gal. 3:29).

Cara janji Allah diberikan kepada Abraham menunjukkan kalau berkat akan digenapi dalam “keturunan” Abraham. Kata ini sering digunakan sebagai suatu “kumpulan kata tunggal,” yang berarti banyak keturunan. Jadi, istilah tersebut bisa merujuk kepada satu keturunan atau sejumlah besar keturunan. Yang mana?

Paulus menjawab pertanyaan ini demikian: Keduannya benar. Ada satu anak Abraham yang utama: “Janji tersebut diberikan kepada Abraham dan keturunannya. Tuhan tidak berkata, “Dan kepada keturunan-keturunanya,” yang merujuk kepada banyak keturunan, tetapi hanya satu, “Dan kepada keturunanmu,” yaitu Kristus” (Gal. 3:29). Kristus adalah keturunan Abraham yang satu itu, tetapi Paulus juga menyatakan bahwa karena manusia menjadi anak-anak dari keluarga iman Abraham, janji Allah sedang digenapi melalui iman mereka sebagai orang-orang yang mewarisi janji Allah tersebut:

“Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: “Olehmu segala bangsa akan diberkati.” Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu” (Gal. 3:7-9).

Sekarang Kristus telah mengakhiri kutuk dan membuka keluarga Allah. Sekarang manusia dari segala kaum di bumi dapat menjadi bagian dari keluarga Abraham oleh iman di dalam Kristus. Mereka mewarisi warisan keluarga secara penuh yaitu diberkati untuk menjadi berkat bagi segala bangsa.

Janji Allah Menjadi Mandat Kita

Janji Allah untuk memberkati bangsa-bangsa melalui keturunan Abraham membawa mandat bagi semua yang telah digabungkan bersama dengan Kristus melalui iman. Janji Allah tersebut begitu jelas menyatakan tujuan Allah, bahwa orang Kristen dengan tepat mempertimbangkan itu untuk membawa mandat Allah untuk melayani sebagai agen berkat-Nya di antara semua suku bangsa di bumi. Kita diberkati di dalam Kristus untuk mendatangkan berkat Kristus di antara segala bangsa. Namun apa yang kita harapkan? Apa artinya bagi seluruh bangsa diberkati? Dan bagaimana kita menjalankannya? Janji akan berkat membentuk dan mengintegrasikan misi kita dalam dua cara yang penting.

Berkat Relasional: Milik Keluarga Allah

Berkat terbesar yang bisa dibayangkan adalah hak istimewa menjadi umat Allah, dan kemudian, menjadi milik Allah sebagai anak-anak-Nya. Kristus telah membuka keluarga Abraham kepada semua orang. Sekarang kita bisa melihat orang-orang dari semua kaum, suku dan bahasa digabungkan dengan Kristus melalui iman dan disatukan menjadi umat Allah. Memperluas undangan menjadi keluarga Allah bisa dikatakan merupakan arti dari mendatangkan berkat bagi bangsa-bangsa. Kita tidak bisa mengatakan bahwa berkat Abraham telah mengunjungi sebuah suku bangsa jika Injil Yesus Kristus belum secara jelas dibawa kepada mereka.

Seperti apa jadinya ketika aspek berkat Allah ini digenapi? Kita dapat menantikan suatu hari di mana kita akan melihat setidaknya beberapa orang dari setiap suku bangsa di bumi percaya dan mengikuti Kristus. Berkat kepada seluruh bangsa memiliki arti lebih dari sekadar penginjilan, tetapi pastinya tidak kurang dari penginjilan kepada setiap suku bangsa.

Kita telah melihat dalam kitab Kejadian kalau Allah telah menyatakan bukti kehadiran-Nya yang dinamis bersama umat-Nya. Allah akan hadir seperti itu juga di antara suku-suku bangsa di bumi ketika berbagai kelompok pengikut Kristus yang taat muncul dan bertumbuh di antara bangsa-bangsa. Seperti di dalam kitab Kejadian, kehadiran Allah bersama dengan umat-Nya pada hari ini merupakan awal dari berbagai aspek berkat yang dapat dilihat yang ingin Allah berikan. Ini artinya penginjilan memiliki sebuah prioritas khusus. Janji Allah untuk memberkati bangsa-bangsa merupakan kerangka di mana amanat Kristus bisa dimengerti. Janji yang sama ini juga yang memberikan wewenang kepada para pengikut Kristus untuk berharap dan bekerja agar kehidupan Allah berlimpah di dalam setiap suku bangsa.

Berkat Sosial dan Material: Kelimpahan dan Kedamaian

Kita dapat mengharapkan berkat menjadi milik Allah terwujud di antara setiap suku bangsa. Tetapi kita dapat menantikan yang lebih dari itu! Kita dapat berharap melihat kelimpahan kehidupan Allah dinyatakan secara signifikan. Kita jangan berharap adanya suatu kesempurnaan. Namun kita dapat bekerja dan berdoa dengan suatu harapan yang kuat, sebagian dari apa yang kita lihat dalam kitab Kejadian, bahwa Allah bersama dengan umat-Nya akan mendatangkan takaran berkat yang signifikan di antara bangsa-bangsa.

Maka kita kembali bertanya, seperti apa nantinya penggenapan dari janji Allah untuk memberkati bangsa-bangsa? Tentu saja bentuknya akan berbeda di setiap tempat dan suku bangsa, tetapi kita seharusnya berharap Allah mendatangkan setiap jenis berkat, seperti ekonomi yang berkembang dengan keadilan dan kebenaran, agrikultur dan industri yang melimpah bagi semua orang, dan kedamaian di seluruh komunitas dan di antara berbagai suku bangsa dan ras. Kita dapat melihat bahwa Allah akan memampukan umat-Nya untuk berperang melawan penyakit, mematahkan lingkaran setan kemiskinan, menyediakan air di tanah yang tandus, dan hadir dengan membawa kesembuhan di tengah bencana.

Kita harus mengharapkan bahwa beberapa anak Abraham karena iman akan digunakan oleh Allah untuk mempertahankan kehidupan seperti yang dicontohkan oleh Yusuf. Kita sekarang ini mungkin sedang melihat di banyak kota suatu jawaban terhadap doa Abraham bagi kota Sodom dalam Kejadian 18. Di dalam doa tersebut Allah berkata bahwa seluruh kota akan diselamatkan dari akibat langsung dosa mereka jika ada beberapa orang benar di antara mereka. Pada masa Abraham ada kurang dari sepuluh orang. Sekarang ada jutaan orang masuk ke dalam keluarga imannya dan tersebar di banyak kota di seluruh bumi.

Berkat sebagai Transformasi

Akhir-akhir ini istilah “transformasi” telah sangat membantu mengekspresikan harapan bahwa misi Kristen dapat diarahkan melampaui keberhasilan penginjilan kepada perubahan yang bertahan lama di dalam masyarakat yang mencerminkan keadilan dan karakter Kristus. Dasar alkitabiah untuk mengintegrasikan penginjilan dengan kegiatan sosial biasanya ditemukan dalam sejumlah besar teks Alkitab yang berkaitan dengan pengharapan dan realitas kerajaan Allah. Bisa saja kita sebenarnya telah mengabaikan sekumpulan kebenaran alkitabiah yang mendukung suatu rencana keutuhan yang strategis dan jelas. Janji berkat Allah pada masa lalu menyediakan kerangka yang jelas, kaya dan sangat kuat untuk mengintegrasikan usaha transformasi sosial dan pencapaian penginjilan dunia.

Berikut enam alasan mengapa janji berkat kepada Abraham menyediakan kerangka bagi kita untuk berdoa, berencana dan bekerja bersama bagi penginjilan segala suku bangsa di bumi dengan pengharapan akan ada transformasi yang signifikan.

1. Allah bekerja bersama dan melalui Umat-Nya

Umat Allah bekerja dengan kesengajaan, strategi dan harapan, menggunakan semua anugerah, keterampilan dan sumber-sumber yang Allah telah percayakan kepada mereka. Namun pada saat yang sama, Allah mengalirkan kuasa dan hidup-Nya ke dalam karya umat-Nya. Berkat adalah fungsi dari karya orang-orang percaya dan kehadiran Allah. Berkat selalu lebih dari ikhtisar semua usaha manusia.

2. Pertambahan dan Kepenuhan, tetapi Tidak Pernah Sempurna atau Utopia

Kota atau suku bangsa yang diberkati bukan suatu masyarakat yang sempurna. Sebaliknya, pengharapan akan berkat memberi kita keberanian untuk berdoa dan bekerja ke arah masyarakat yang berkembang dalam segala hal – secara rohani, relasi, fisik, ekonomi, keindahan dan lingkungan.

3. Tidak Ekslusif bagi Umat Allah

Meskipun umat Allah secara khusus diberkati, Allah bermaksud agar berkat tersebut diperluas melampaui umat-Nya. Kesejahteraan seluruh kota dan bangsa dapat dikejar tanpa melihat bagaimana Injil telah diterima atau ditolak.

4. Pertumbuhan Ketimbang Redistribusi

Kemurahan hati merupakan kebajikan yang diinginkan setiap orang yang mau menjadi berkat dalam pengertian alkitabiah. Tetapi menjadi berkat berarti sesuatu yang lain lebih dari sekadar berbagi kekayaan secara adil. Gagasan dasar dari berkat adalah kehidupan Allah yang berlipat ganda dan menjadi berlimpah atau kepenuhan melalui tindakan Allah.

5. Berkat Bahkan dari Kaum Miskin dan Kaum yang Lemah

Di seluruh kitab Kejadian, Allah menyebabkan berkat yang besar melalui orang-orang yang lemah, miskin dan tidak berdaya. Menjadi berkat di tangan Allah tidak pernah menjadi hak istimewa yang ekslusif dari mereka yang kaya atau berkedudukan menurut standar global.

6. Berkat itu Beragam, Lambat Terbentuk dan Bertahan Lama

Perubahan yang bisa dikatakan berasal dari berkat Tuhan sering terjadi dalam suatu periode bertahun-tahun atau bahkan bergenerasi. Kelimpahan berkat tampak bisa diperbandingkan, namun tidak pernah dalam cara-cara yang identik di setiap suku bangsa atau tempat.

Bekerja Bersama dengan Tuhan untuk Mendatangkan Berkat

Di dalam kisah Kejadian kita menemukan suatu sketsa profetis yang luar biasa jelas mengenai ruang lingkup yang luas dari tujuan Allah bagi umat-Nya. Karena janji Allah kepada Abraham di dalamnya memiliki tujuan Allah dan misi bagi kita, maka tepatlah jika kita berharap bahwa misi kita akan memimpin kepada perubahan atau transformasi sosial dan material. Tetapi pelajaran utama yang perlu dipelajari bukanlah bahwa misi Allah termasuk perhatian terhadap masalah sosial dan fisik. Pelajaran terbesar yang bisa kita temukan adalah hal-hal yang bisa menunjukkan kita bagaimana bekerja bersama dengan Allah untuk mendatangkan berkat-Nya. Untuk menjadi berkat Allah di antara segala suku bangsa akan mengharuskan usaha terbaik kita yang dipadukan dengan kuasa Allah yang ajaib dan memberi hidup.

Seraya Allah terus melanjutkan penggenapan janji-Nya sampai hari ini, kita dapat mempelajari berbagai pelajaran penting tentang bagaimana kita dapat bekerja bersama Allah dari kehidupan keluarga Abraham. Mungkin pribadi di dalam kitab Kejadian yang menjadi contoh dari misteri Allah yang bekerja bersama umat-Nya untuk mendatangkan berkat adalah cicit Abraham bernama Yusuf.

1. Bekerja bersama Allah

Yusuf bekerja bersama Allah dan Allah bekerja melalui Yusuf. Ketika rumah tangga Potifar diberkati, pertambahan yang luar biasa dikatakan merupakan “berkat Tuhan.” Tetapi kelimpahan tersebut diperbanyak secara luar biasa karena ketekunan dan hikmat dari upaya-upaya Yusuf. Kita melihat Allah bekerja secara supernatural dengan memberikan kemampuan untuk menafsirkan mimpi kepada Yusuf. Keterampilan dan hikmat Yusuf yang diberikan Tuhanlah yang menghasilkan rencana jangka panjang untuk menolong bangsa Mesir bertahan melalui bencana kelaparan dan mengembalikan kemakmuran ekonomi dan pertanian mereka.

2. Bekerja dengan Setia tanpa Memandang Kedudukan

Ketika Yusuf bekerja sebagai budak, dia bekerja dengan tekun sehingga berkat melimpah ke atas seluruh rumah tangga tuannya. Bahkan ketika menjadi tahanan Firaun di penjara, dia terbukti dapat dipercaya dan diberikan kepercayaan untuk mengatur penjara tersebut karena “apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil” (Kej. 39:23). Yusuf diangkat ke tampuk pemangku kekuasaan tertinggi di seluruh kerajaan. Dalam kedudukan itu Yusuf digunakan Tuhan untuk menyelamatkan banyak orang dan mengembalikan ekonomi pertanian yang subur di Mesir.

3. Melayani sebagai Orang yang Diutus oleh Tuhan

Yusuf secara bertahap mengerti kalau dia telah diutus oleh Allah. Dia bisa saja melihat dirinya sebagai korban, sebagai orang yang telah disiksa oleh keluarganya, secara tidak adil diperlakukan sebagai budak, dituduh secara salah dan dilupakan dalam penjara. Tetapi sebaliknya, Yusuf mengetahui kalau Allah memiliki tujuan yang melampaui kesejahteraan dirinya sendiri. Allah menggunakan berbagai keadaan yang ditujukan untuk yang jahat dan mengubahnya menjadi kebaikan (50:20). Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya, “sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu” (45:5). Yusuf merupakan orang pertama di Alkitab yang dikatakan telah diutus Allah dengan cepat untuk menggenapi misi apa pun jenisnya.

4. Mencapai tujuan Allah

Seperti dikatakan Yusuf, tujuan Allah mengutus dia adalah untuk “memelihara kehidupan.” Yusuf telah memelihara kehidupan keluarganya, tetapi seruan orang Mesir menceritakan kisah yang lebih besar di mana banyak kehidupan telah diselamatakan di seluruh Mesir dan Kanaan: “engkau telah memelihara hidup kami” (47:25).

Tanpa kejelasan mengenai tujuan Allah yang lebih besar yang dibukakan bertahun-tahun kemudian, sangat diragukan bahwa Yusuf akan mengetahui bahwa Allah memang sama sekali telah mengutusnya. Yusuf bisa saja sudah mengatur agar dia tetap dikuburkan dalam kuburan Mesir yang agung. Sebaliknya, dia mendesak agar tulang-tulangnya dibawa kembali ke tanah yang telah dijanjikan Allah kepada Abraham (Kej. 50:25, Ibr. 11:22). Yusuf menyadari dia sedang mengejar suatu tujuan yang akan digenapi melampaui rentang masa hidupnya.

Anda Telah Lama Ditunggu

Kita tahu bahwa Abraham memandang ke langit, menghitung bintang-bintang, percaya kalau keluarganya akan menjadi sangat banyak. Tetapi menurut Yesus, Abraham bukan sekadar melihat langit pada malam hari. Abraham melihat hari tertentu. Hari Kristus. Suatu hari di mana milyaran anaknya akan diberkati dan menjadi berkat di antara semua suku bangsa di bumi. Tidak heran dia merasa sangat bersukacita.

Yesus berkata, “ Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita” (Yoh. 8:56).

Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas