PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Terhilang

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Robertson McQuilkin

Mcquilkin.jpg
Robertson McQuilkin adalah seorang pembicara dan penulis, beliau aktif dalam pertemuan pelayan di seluruh Amerika dan di luar Amerika. Beliau adalah seorang misionaris di Jepang selama 12 tahun dan setelah itu melayani sebagai Presiden dari Columbia International University selama 22 tahun.
Tulisan ini diambil dari The Great Omission, tahun 1984. Digunakan dengan izin dari Authentic Publishing, Colorado Springs, Co.


Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan

- Kisah Para Rasul 4:1 Apakah Anda pernah mengalami ketakutan terhilang?di wilayah pegunungan yang luas tanpa jalur jalan atau mungkin dalam kelokan jalanan di sebuah kota besar yang asing? Harapan untuk menemukan jalan keluar semakin tipis dan ketakutan mulai terasa. Anda tentu pernah melihat ketakutan karena terhilang pada wajah anak kecil yang dialiri air mata menjerit kalut atau menangis diam-diam karena terpisah dengan orangtuanya dalam sebuah pusat perbelanjaan yang besar. Terhilang. Sendirian. Sama menakutkan dan lebih umum adalah perasaan tanpa harapan karena terjerat atau terperangkap dalam kondisi atau situasi pribadi: kecanduan alkohol, penyakit kanker, perceraian. Sangat sendirian! Terhilang.

Daftar isi

Apa Artinya Terhilang

Alkitab menggunakan kata “hilang” untuk menggambarkan kondisi yang lebih mengerikan. Mereka yang menjauh dari rumah Bapa dan tidak menemukan jalan kembali kepada Dia adalah “hilang.” Yesus melihat kumpulan orang yang mengikut Dia sebagai domba tanpa gembala, tanpa harapan dan tanpa pertolongan, dan Dia sangat tergerak oleh hal tersebut. Lebih mengerikan daripada terperangkap dan tidak tahu jalan keluar adalah terhilang dan tidak tahu kalau dirinya sedang terhilang, karena saat itu orang tersebut tidak akan mencari keselamatan, tidak akan mengenali ketika keselamatan tersebut tiba atau pun menerimanya ketika keselamatan tersebut ditawarkan. Itulah terhilang. Berapa banyak orang yang terhilang dalam dunia kita? Kita diberitahu ada sekitar 400 juta kaum Injili dalam dunia. Sebagian dari mereka jelas terhilang, tetapi setidaknya banyak orang percaya Yesus hanya satu-satunya jalan keselamatan dan melalui iman di dalam Dia manusia diampuni dan menjadi anggota keluarga Allah. Jelas, sebagian orang yang bukan kaum injili juga memiliki iman yang menyelamatkan. Jadi mari kita gandakan angka di atas menjadi 800 juta orang. Mereka yang tersisa berjumlah lebih dari enam miliar orang, atau sembilan dari sepuluh orang di bumi. Inilah orang-orang yang terhilang?menginginkan keselamatan tetapi tidak menemukannya atau mempercayai jalan lain dalam mencari makna dan harapan. Belum lama ini, satu dari dua orang hidup dalam suatu suku atau budaya atau kelompok bahasa yang sama sekali tidak memiliki gereja yang menginjili. Sekarang ini, kita dapat bersyukur pada Tuhan karena sudah menjadi satu untuk setiap tiga orang. Tetapi, berapa pun angka pastinya, ada miliaran orang yang, kecuali seseorang pergi kepada mereka dari luar budaya mereka, tidak memiliki cara untuk mengenal tentang Yesus. Apakah orang-orang ini benar-benar terhilang? Bagaimana dengan mereka yang tidak pernah mendapat kesempatan, tidak pernah mendengar Injil?apakah mereka terhilang? Apakah mereka semua terhilang?

Pendekatan-pendekatan Terhadap Universalisme

Di sepanjang sejarah gereja ada orang-orang yang mengajar bahwa tidak ada manusia yang pada akhirnya terhilang.

Uniersalisme Klasik

Universalisme versi lama mengajarkan bahwa semua para akhirnya akan diselamatkan karena Allah itu baik. Pandangan ini tidak banyak terdengar lagi sejak dari masa Origen pada abad ke 3 sampai abad ke 19 di mana pandangan ini kembali bangkit, terutama oleh Gereja Universalis. Bersamaan dengan pendirian Gereja Universalis, yang dengan jujur menamakan gerejanya sesuai dengan pandangannya, ajaran ini mulai menyebar di dalam banyak denominasi aliran utama. Ada beberapa masalah dengan pandangan ini. Secara filsafat, ajaran seperti ini merendahkan kepercayaan terhadap kematian Kristus yang menebus. Karena, jika semua dosa pada akhirnya akan diabaikan oleh kemurahan ilahi, Kristus seharusnya tidak perlu mati. Kematian-Nya bukan hanya tidak perlu, kematian-Nya merupakan suatu kesalahan terbesar dalam sejarah, bahkan merupakan tindakan kriminal pada pihak Allah karena mengizinkan hal ini terjadi. Karena itu, secara filsafat Universalisme membutuhkan suatu pandangan tentang kematian Kristus untuk beberapa tujuan lainnya selain untuk penebusan dosa. Masalah lain yang dihadapi kaum Universalis adalah Alkitab secara konsisten mengajar adanya pembagian setelah kematian antara mereka yang diterima oleh Allah dan mereka yang tidak. Ajaran ini dan ajaran lain yang berkaitan dengan penebusan begitu kuat dalam Alkitab sehingga kaum Universalis tidak menerima otoritas Kitab Suci. Maka perkawinan antara Gereja Universalis dan Gereja Unitarian merupakan hal yang alami.

Universalisme Baru

Universalisme baru muncul pada abad ke 20, pandangan ini melihat Alkitab secara lebih serius. Pandangan ini bersifat Trinitarian. Kristus memang mati bagi orang berdosa, dan semua pada akhirnya akan diselamatkan atas dasar penyediaan Kristus. Karl Barth dan banyak dari murid dari neo-orthodoksnya memegang pandangan seperti ini. Semua akan diselamatkan karena Allah itu mahakuasa. Tujuan-Nya pasti terlaksana. Dan tujuan-Nya adalah penebusan. Pandangan ini juga memiliki beberapa masalah secara filsafat dan kesesuaiannya dengan Alkitab. Secara filsafat, jika semua pada akhirnya pasti diselamatkan, apa pun alasannya, pemberitaan Injil tidak sungguh-sungguh diperlukan. Mengapa Kristus membuat pemberitaan Injil sebagai misi utama dari gereja jika semua pada akhirnya akan diterima oleh Allah dengan atau tanpa Injil? Masalah yang lebih serius adalah kesesuaian pandangan ini dengan Alkitab: Kristus dengan jelas mengajarkan penghukuman kekal, suatu jurang pemisah yang besar antara orang yang diselamatkan dan yang terhilang (Luk. 16:19-31). Faktanya, Dia dengan jelas mengajarkan bahwa sebagian besar manusia ada di jalan yang lebar menuju kepada kebinasaan (Mat. 7:13-14).

Harapan yang Lebih Luas

Karena Universalisme tidak dapat didamaikan dengan apa yang tertulis dalam Alkitab, beberapa orang mengusulkan apa yang disebut “Harapan yang Lebih Luas.” Tidak semua akan diselamatkan, tetapi banyak yang tidak pernah mendengar Kristus akan diselamatkan karena Allah itu adil dan tidak akan menghukum orang yang dengan tulus mencari kebenaran. Masalahnya adalah jika ketulusan menyelamatkan dalam agama, maka itu hanya satu-satunya wilayah yang di dalamnya ketulusan menyelamatkan. Sebagai contoh, ketulusan tidak menyelamatkan dalam bidang teknik. Arsitek yang merancang bangunan John Hancock di Boston adalah orang yang tulus. Orang yang membangunnya juga tulus. Orang yang membuat kaca untuk bangunan tersebut juga tulus. Pemiliknya, terutama, juga tulus. Tetapi ketika lapisan kaca raksasa mulai berjatuhan di jalanan di bawahnya, ketulusan tidak menebus kesalahan. Ketulusan juga tidak menyelamatkan dalam bidang kimia. Kita tidak berkata, “Jika Anda meminum arsenic, dengan tulus percayailah bahwa arsenic ini adalah Coca Cola, maka iman Anda akan menyelamatkan Anda.” Ketulusan tidak mengubah realitas. Kita akan membicarakan persoalan mengenai keadilan Allah sesudah ini.

Harapan Lebih Luas yang Baru

Pada abad ke 19 pengajaran tentang Harapan yang Lebih Luas telah digantikan oleh apa yang saya sebut “Harapan Lebih Luas yang Baru.” Menurut ajaran ini, mereka yang hidup dengan benar kemungkinan diselamatkan atas dasar kematian Kristus melalui wahyu umum. Atau, setidaknya, mereka akan diberi kesempatan pada saat kematian atau sesudah kematian. Ini merupakan versi Universalisme Baru yang lebih konservatif. Richard Quebedeaux mengidentifikasi pandangan ini dipegang oleh beberapa, “kaum injili yang lebih muda,” aliran kiri yang baru. Masalah praktisnya adalah pemberitaan Injil terlihat hampir seperti tindakan kriminal, karena pemberitaan Injil mendatangkan penghukuman yang lebih besar bagi mereka yang menolaknya, di mana mereka dianggap dapat diselamatkan melalui wahyu umum jika mereka tidak mendengar Injil. Pastinya kelihatan kurang mendesak untuk memberitakan jalan keselamatan bagi mereka yang bisa juga diselamatkan tanpa mengetahui hal itu. Mutasi dari pandangan ini melihat bahwa hanya mereka yang menolak Injil yang akan terhilang. Pandangan ini tidak menyebar luas karena pandangan ini membuat Kabar Baik menjadi kabar buruk! Jika manusia terhilang hanya jika mereka mendengar Injil dan menolaknya, jauh lebih baik untuk tidak mendengar dan diselamatkan. Menurut pandangan ini, lebih baik menghancurkan pesan Injil ketimbang memberitakannya!

Apa yang Kitab Suci Ajarkan

Bagi orang yang berkomitmen terhadap otoritas Kitab Suci, perdebatan kita mengenai masuk akalnya masing-masing pandangan harus merujuk pada otoritas Kitab Suci. Apa yang Kitab Suci ajarkan mengenai kondisi rohani kekal dari mereka yang tidak mendengar Injil?

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah…. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya (Yoh. 3:16-18, 36).

Kitab Suci mengajarkan dengan jelas bahwa ada orang-orang yang binasa dan ada yang tidak. Perhatikan bahwa orang-orang yang percaya di dalam Kristus?bukan hanya mereka yang, melalui perjumpaan dengan ciptaan dan penilaian moral bawaan dalam diri mereka, percaya adanya seorang Pencipta yang benar?yang menerima hidup kekal. Allah ingin “menyelamatkan dunia melalui Dia [Kristus]” (3:17 KJV). Kata “melalui” menyatakan suatu urgensi: hanya melalui Yesus Kristus seseorang mendapat hidup kekal. Perikop ini tidak menolak ada agen lain. Kata bijak dari Jepang menenangkan kita bahwa banyak jalan menuju Gunung Fuji, tetapi semuanya menuju ke puncak. Ini adalah cara orang Jepang mengekspresikan sudut pandang bahwa semua agama akan memiliki hasil yang baik. Tetapi Yesus Kristus sendiri berkata, “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Dengan kata lain, Yesus Kristus adalah satu-satunya perantara dari keselamatan. Harapan Lebih Luas yang Baru akan menegaskan hal ini. Keselamatan hanya melalui Yesus Kristus. Tetapi pandangan ini juga berpendapat bahwa tidak berarti Yesus Kristus tersebut harus dikenal oleh seseorang agar orang tersebut bisa diselamatkan. Yesus menjamin kita bahwa orang akan dihakimi karena mereka tidak percaya pada nama (Yoh. 3:18). Petrus bahkan lebih eksplisit memberi tahu kita bahwa tidak ada keselamatan yang diberikan kecuali melalui nama yang telah dinyatakan kepada manusia (Kis. 4:12). Maka tidaklah heran nama tersebut begitu menonjol dalam Alkitab, terutama dalam pengajaran mengenai iman yang menyelamatkan. Petrus tidak mengatakan, “orang ini.” Ketika orang diberi nama, identitas tersebut menetap dan keraguan hilang. Petrus tidak memberi kita ruang untuk menyebut-Nya Dasar dari Keberadaan atau “semua” yang agung. Anda akan diselamatkan, kata Petrus, jika Anda memanggil dan percaya dalam nama Yesus dari Nazaret, Sang Mesias. Yohanes, Yesus dan Petrus bukan satu-satunya orang yang menekankan hal ini. Paulus juga berbicara mengenai hal ini:

Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” (Rom. 10:13-15).

Orang-orang yang memanggil nama tersebut adalah orang-orang yang akan diselamatkan. Tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak mendengar nama tersebut sehingga mereka tidak dapat memanggilnya? Paulus tidak menegaskan kepada kita bahwa mereka yang tidak mendengar bisa percaya pada apa pun yang mereka dengar. Tetapi, “iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rom. 10:17).

Kasih Allah dan Keadilan Allah

Kitab Suci jelas mengajarkan bahwa ada dua jenis orang, dua jenis ini ada dalam hidup dan sesudah kematian: orang yang diselamatkan dan yang terhilang. Tetapi bagi mereka yang peduli, pertanyaannya tetap sama: Apakah Allah itu kasih, jujur dan adil?

Risiko Tuhan: Kasih-Nya Ditolak

Ya, Allah itu baik dan itulah mengapa manusia terhilang. Di dalam kasih Dia menciptakan makhluk yang serupa dan segambar dengan Dia, bukan sebuah robot yang sudah terprogram untuk merespons sesuai dengan rancangan Pembuatnya. Di dalam menciptakan makhluk yang bebas mengasihi dan dikasihi, Allah mengambil risiko ada kemungkinan makhluk tersebut menolak kasih-Nya dan memilih kebebasan sendiri atau bahkan mengasihi diri sendiri. Umat manusia memang memilih pilihan lain itu. Sejalan dengan karakter-Nya, Allah menyediakan jalan untuk kembali meskipun harga yang harus dibayar sangat besar. Tetapi jalan kembali tersebut tidak boleh melanggar gambar Allah dalam manusia dan tidak boleh memaksakan ketaatan. Tetapi, Allah yang kasih memilih untuk menanti dengan kasih respons terhadap kasih-Nya. Mereka yang ingin menolak-Nya bisa saja melakukannya.

Penghakiman Allah: Terang-Nya Ditolak

Tetapi apakah Allah tetap adil untuk menghukum mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk merespons tawaran anugerah-Nya? Alkitab tidak mengajarkan bahwa Allah akan menghakimi seseorang karena menolak Kristus jika dia tidak pernah mendengar Kristus. Faktanya, Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa penghakiman Allah didasarkan pada respons seseorang kepada kebenaran yang sudah ada dalam dirinya. Seperti kata Yesus:

Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut (Luk. 12:47-48).
Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku” (Luk. 10:8-16).

Penghakiman menuntut seseorang sepadan dengan penolakannya terhadap terang moral. Semua orang telah berdosa, tidak ada yang berbuat baik. Oleh karena itu, semua berada dalam penghukuman. Tetapi tidak semua memiliki ukuran penghakiman yang sama, karena tidak semua berdosa menentang terang dalam jumlah yang sama. Allah tidak menghukum seseorang yang belum mendengar tentang Kristus dan menolak-Nya, tetapi menghukumnya karena menolak terang yang dia miliki dalam dirinya. Tidak semua berespons terhadap terang moral yang mereka miliki dengan mencari terang itu. Tetapi respons Allah terhadap mereka yang mencari untuk taat pada terang tersebut mereka memperoleh jaminan mendapat terang yang lebih dari itu. Bagi manusia yang berespons, terang yang lebih akan diberikan:

Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar (Mat. 13:10-16).

Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Lalu Ia berkata lagi: “Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya (Mrk. 4:21-25). Janji yang terus diulang tentang terang yang akan ditambahkan bagi mereka yang taat pada terang yang ada dalam mereka merupakan suatu kebenaran alkitabiah yang dasar dan sangat penting mengenai keadilan dan penghakiman Allah. Kornelius, seorang perwira Romawi, berespons terhadap terang yang dipunyainya dengan doa dan perbuatan baik. Allah tidak membiarkan dia dalam ketidaktahuan dan menerima dia atas dasar respons yang dia berikan terhadap terang awal yang diterimanya. Allah mengutus Petrus kepadanya dengan kebenaran tambahan (Kis. 10). Bagi dia yang mempunyai, kepadanya akan diberi. Karena ini dinyatakan sebagai cara Allah berurusan dengan manusia, kita dapat memastikan bahwa setiap orang telah menerima terang yang cukup untuk bisa mereka responi. Eksistensi Allah dan kuasa-Nya dapat dilihat dengan jelas oleh semua manusia melalui ciptaan (Rom. 1:18-21) dan melalui kesadaran dan penilaian moral bawaan dalam diri setiap orang (Rom. 2:14-15). Bagi orang yang berespons dengan ketaatan, Allah akan mengirim terang tambahan. Tentu, metode Allah untuk mengirim terang ini adalah manusia. Paulus menjelaskan hal ini dalam suratnya kepada gereja di Roma (Rom. 10:14-15) bahwa solusi bagi kondisi yang mengerikan atas terhilangnya manusia ini adalah pembawa berita (“the beautiful feet”) yang diutus. Pada akhirnya, masalahnya bukan pada keadilan Allah, tetapi pada kita. Apakah Allah akan mengirim malaikat atau penyataan khusus lainnya? Kitab Suci diam dalam hal ini, dan saya percaya, untuk alasan yang baik. Bahkan jika Allah memiliki rencana alternatif demikian, dan Dia menyatakan itu kepada kita, kita yang telah terbukti tidak bertanggung jawab dan tidak taat akan pastinya menolak untuk menaati Amanat Agung.

Tidak ada Hakim Lain

Tetapi pertanyaan masih ada. Bagaimana kita menjawab pertanyaan yang diajukan seorang petobat baru di sebuah desa di Jepang, “Bagaimana dengan nenek moyang saya?” Jawaban saya sederhana: Saya bukan hakimnya. “Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” (Kej. 18:25). Abraham memohon keselamatan kepada Allah bagi orang yang tidak bersalah yang tidak seharusnya dihukum dan dihancurkan bersama dengan orang yang bersalah. Dia memohon keadilan Allah, dan Allah menjawab dengan anugerah yang lebih besar dari yang Abraham berani dimintanya. Pertanyaan penting yang dicatat dalam kitab pertama dari Alkitab dijawab dibagian terakhir: “Ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, benar dan adil segala penghakiman-Mu” (Why. 16:7). Kita tidak dipanggil untuk menjadi hakim?juga atas Tuhan, yang jalan-Nya tidak kita ketahui sepenuhnya, atau manusia, yang atas nasib akhir mereka kita tidak dipanggil untuk menentukan. Sebaliknya, kita ditugaskan sebagai wakil-Nya untuk menemukan yang terhilang, menyatakan pengampunan bagi yang tertawan, dan membebaskan tawanan.

Tidak ada Jalan Lain

Kita mungkin tidak mampu membuktikan dari Kitab Suci dengan kepastian mutlak bahwa tidak ada jiwa sejak Pentakosta yang pernah diselamatkan melalui sarana yang luar biasa tanpa pengetahuan akan Kristus. Tetapi kita juga tidak bisa membuktikan dari Kitab Suci bahwa ada jiwa yang sudah selamat. Jika ada sebuah alternatif, Allah tidak mengatakannya kepada kita. Jika Allah dalam penyataan-Nya tidak merasa perlu untuk menyatakan pengharapan tersebut, kita harus menahan diri untuk tidak berteori mengenai hal tersebut. Mungkin secara moral benar atau tidak benar bagi saya untuk berpikir mungkin ada suatu jalan lain, berharap ada jalan keluar lain. Tetapi bagi saya untuk menyodorkannya kepada orang percaya yang lain, membahasnya sebagai suatu kemungkinan, sangatlah berbahaya, jika bukan tidak bermoral. Hal tersebut hampir sama salahnya seperti menuliskan harapan tersebut agar mereka yang ada di bawah penghakiman Allah dapat membacanya, mendasarkan harapan mereka dalam hal ini, dan mati. Selama kebenaran yang dinyatakan kepada kita mengidentifikasi hanya ada satu jalan keluar, inilah yang harus kita hidupi dan beritakan.

Sebuah Analogi

Pertimbangkan sebuah analogi mengenai seorang penjaga keamanan yang ditugaskan menjaga keamanan penghuni rumah perawatan di lantai 10. Dia mengetahui bahwa denah lantai tersebut diletakkan di tempat yang menonjol, dan telah menjadi tanggung jawabnya jika terjadi kebakaran untuk membawa para penghuni ke jalan keluar yang sudah ditentukan dengan jelas. Jika kebakaran terjadi dan nyawa orang-orang ada dalam bahaya, akan menjadi tanggung jawabnya untuk membawa orang-orang tersebut ke jalan keluar itu. Jika dia membahas dengan para pasien dan seorang rekan tentang kemungkinan jalan keluar lain yang tidak ditentukan sebelumnya atau menceritakan kepada mereka berita yang dia baca tentang seseorang yang pernah melompat dari lantai 10 dan selamat, dia dapat dituntut di pengadilan dengan tuntutan kejahatan kelalaian. Dia harus hidup dan berjerih payah dalam ketaatan sesuai dengan fakta yang pasti dan tidak menunda-nunda untuk bertindak. Dia tidak boleh membawa para penghuni tersesat atas dasar pendapat atau deduksi logis dari informasi yang terbatas.

Misteri Terbesar

Setelah semua yang bisa dikatakan tentang masalah ini sudah dibahas, misteri terbesar yang tersisa bukan tentang karakter Allah atau tujuan akhir dari orang yang terhilang. Misteri terbesar adalah mengapa mereka yang ditugaskan untuk membantu menyelamatkan yang terhilang telah menghabiskan 2.000 tahun melakukan hal-hal yang lain, mungkin hal-hal yang baik, tetapi telah gagal untuk mengutus dan diutus sampai semua orang mendengar firman kehidupan yang membebaskan dalam Kristus Yesus. Kondisi terhilang dari umat manusia menghancurkan hati Bapa. Bagaimana dengan kita? Dalam sebuah mimpi saya menemukan diri saya berada di sebuah pulau?Pulau Domba. Di seluruh pulau domba-domba tersebar dan terhilang. Tidak lama kemudian saya menyadari bahwa di bagian lain hutan sedang terbakar. Semua terancam akan hancur kecuali ada jalan keluar lain. Meskipun ada banyak peta yang tidak resmi, saya memiliki salinan peta resmi dan di dalamnya saya menemukan ternyata ada sebuah jembatan yang menuju ke daratan, sebuah jembatan sempit, dan jembatan itu dibangun dengan biaya yang luar biasa besar. Saya diberitahu bahwa tugas saya adalah membawa domba-domba tersebut menyeberang jembatan itu. Saya menemukan bahwa banyak gembala hanya mengarahkan domba-domba yang ada di dekat jembatan. Tetapi sebagian besar domba ada di tempat yang jauh dari jembatan dan para gembala yang mencari mereka begitu sedikit. Domba-domba yang berada di dekat api tahu mereka sedang dalam bahaya dan ketakutan, domba-domba yang berada jauh dari tenang-tenang saja merumput, menikmati hidup. Saya memperhatikan ada dua gembala di dekat jembatan berbisik-bisik satu sama lain dan tertawa. Saya mendekat kepada mereka agar dapat mendengar alasan dari sukacita tersebut meski berada dalam suasana yang tegang. “Mungkin kebakarannya akan berhenti di suatu tempat, dan setidaknya domba-domba yang kuat mendapat kesempatan untuk menyelamatkan diri,” kata salah satu gembala. “Mungkin arusnya tenang dan aliran air dangkal, sehingga domba yang pemberani dapat berenang ke seberang.” Gembala yang satunya lagi menambahkan, “Itu sangat bagus. Sebenarnya, bukankah sangat baik jika ternyata ini bukan pulau? Mungkin ini hanya sebuah semenanjung dan sebagian besar domba sudah berada di tempat yang aman. Pemiliknya pasti sudah menyediakan jalur lain yang aman.” Setelah itu mereka bersantai dan melakukan hal yang lain. Di dalam pikiran saya, saya mulai merenungkan teori mereka: Mengapa pemiliknya mengeluarkan uang begitu besar untuk membangun sebuah jembatan, terutama jembatan itu sangat sempit, dan banyak dari domba tersebut akan menolak menyeberang meskipun mereka menemukannya? Maka, jika memang ada cara lain untuk menyelamatkan banyak domba, membangun jembatan itu adalah kesalahan yang sangat besar. Dan meskipun ini bukan pulau, apa yang bisa menghalangi api tersebut menjalar ke daratan dan menghancurkan semuanya? Ketika saya merenungkan semua ini saya mendengar suara kecil di belakang saya berkata, “Ada alasan yang lebih baik dari sekadar akal. Akal sendiri dapat membawamu ke arah mana pun. Lihat petamu.” Di dalam peta, di samping jembatan, saya melihat kutipan dari pembantu gembala yang pertama, bernama Petrus: “Tidak ada jalan keluar yang lain, karena tidak ada jalan lain dari pulau ini ke daratan di mana domba dapat selamat.” Dan kemudian saya menemukan tulisan yang dipahatkan di jembatan tua itu sendiri, “Akulah jembatan itu. Tidak ada domba yang dapat selamat kalau tidak melalui aku.” Di dalam dunia di mana sembilan dari sepuluh orang terhilang, satu dari empat tidak pernah mendengar tentang jalan keluar, dan satu dari dua orang tidak dapat mendengar Injil, Gereja terus tidur. Mengapa? Mungkinkah karena kita berpikir ada jalan lain? Atau mungkin kita sebenarnya tidak begitu peduli.


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas