PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Pengembangan Transformasional Pekerjaan Allah dalam Mengubah Manusia dan Komunitas Mereka

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Samuel J. Voorhies

Voorhies.jpg
Samuel J. Voorhies bekerja di bantuan kemanusiaan dan pengembangan internasional di World Vision International selama 27 tahun terakhir dengan fokus utama kepada Afrika. Pekerjaan beliau baru-baru ini adalah menyediakan pelatihan kepemimpinan dan manajemen bagi 400 pemimpin di 70 negara. Beliau melayani sebagai Pembantu Profesor dalam bidang Pengembangan Internasional di Fuller Theological Seminary.


Ada empat pendekatan dasar untuk mengurangi kemiskinan. Keempat strategi dapat dibandingkan dengan meletakkan dua metode dasar dengan dua fokus tindakan dalam sebuah matriks sederhana. Masing-masing strategi telah dirujuk sebagai “pengembangan.” Masing-masing memiliki sebuah fokus berbeda yang terkait dengan natur dari masalah dan karena itu, natur dari solusi. Matriks ini mengusulkan dua pendekatan terhadap pengembangan. Pendekatan pertama berfokus pada bantuan yang didatangkan dari luar sedangkan pendekatan kedua berusaha memfasilitasi perubahan dari dalam. Masing-masing pendekatan memiliki validitasnya. Untuk sebagian besarnya, keduanya saling tergantung dan bersifat melengkapi. Setiap aspek harus dipertimbangkan ketika orang Kristen berusaha memenuhi kebutuhan dasar dari komunitas manusia dalam nama Kristus.

Strategi I: Pertumbuhan Ekonomi
Bantuan dari luar biasanya datang dalam bentuk uang atau bantuan teknis. Pertumbuhan ekonomi paling sering ditentukan melalui peningkatan dalam berbagai ukuran makro ekonomi, seperti pendapatan per kapita yang lebih tinggi dan/atau peningkatan dalam keseimbangan perdagangan. Belum lama ini, World Bank dan IMF (International Monetary Fund) telah mengadakan program-program pengembangan ekonomi dengan menyediakan pinjaman-pinjaman kepada negara-negara yang setuju dengan “penyesuaian struktural.” Secara umum, penyesuaian struktural melibatkan penyeimbangan anggaran negara terhadap pajak, menurunkan pengeluaran pemerintahan (yang biasanya berarti PHK pegawai pemerintahan dan menjual usaha-usaha milik pemerintah) dan liberalisasi mata uang dan kebijakan ekonomi. Itu juga melibatkan menurunkan batasan perdagangan dan tarif dan biasanya, devaluasi terhadap mata uang negara tersebut untuk mencerminkan nilai pasar yang sesungguhnya. Dalam jangka panjang, penyesuaian struktural ini dimaksudkan untuk menurunkan hutang pemerintah dan meningkatkan perdagangan dan produksi untuk mendatangkan keuntungan yang lebih besar, menguntungkan semua pihak. Secara jangka pendek, penyesuaian struktural berarti banyak orang akan kehilangan pekerjaan mereka tanpa alternatif pendapatan lain. Mereka yang berpendapatan kekuatan belinya semakin berkurang karena inflasi yang bertambah dan devaluasi mata uang. Meskipun belum lama ini beberapa negara, seperti negara-negara yang termasuk dalam “Macan Asia,” mengalami pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan seperti itu, namun masih belum dibuktikan bahwa orang termiskin dapat melihat peningkatan yang signifikan dalam pendapatan dan keadaan hidup mereka. Lebih jauh lagi, kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mengulangi keberhasilan di Asia belum terlihat ada di tempat mana pun. Orang Kristen memperhatikan kebijakan ekonomi global secara saksama, tetapi jarang bergantung pada kebijakan tersebut untuk mendatangkan perubahan yang diinginkan. Usaha-usaha misi sebaliknya, lebih berfokus pada menyebabkan pengembangan mikro ekonomi untuk membantu orang miskin. Berkali-kali terlihat bahwa ketika orang yang bertekad diberi pelatihan dan modal yang cukup, mereka dapat menghasilkan keberhasilan ekonomi dalam konteks lokal mereka. Seorang wanita di Malawi diberikan pinjaman kecil (sekitar 40 dollar) untuk memulai toko roti kecil. Wanita itu memanggang beragam “makanan cepat saji” seperti kue gulung dan bolu kukus dan menjualnya di pasar setiap hari. Dari investasi kecil ini, dia mampu membayar kembali pinjaman tersebut dalam waktu enam bulan dan menghasilkan cukup banyak keuntungan untuk mengirim empat anaknya ke sekolah. Wanita itu juga mampu membeli pakaian, sabun, peralatan sekolah dan makanan untuk melengkapi apa yang mereka tanam. Wanita dan suaminya sebelumnya tidak memiliki daya beli seperti ini. Sebagai hasil dari kesuksesan usahanya, wanita ini menunjukkan bahwa mereka mampu mendukung gereja lokal mereka dengan peningkatan pendapatan mereka. Wanita itu sekarang memiliki pendapatan setara dengan guru SD lokal. Ketika ditanya apakah dia memiliki sebuah “mimpi” atau rencana ke depan, dia langsung menjelaskan bahwa dia memiliki rencana untuk mengembangkan usahanya dan membuka sebuah tempat makan. Ketika ditanya apa sumber dari keberhasilannya, dia menyebutkan pelatihan yang disediakan oleh badan bantuan kemanusiaan tetapi kemudian memuji Allah atas apa yang telah mampu dicapainya.

Strategi II: Dukungan Politik
Berlawanan dengan usaha untuk menyangga pemerintahan yang sudah ada, strategi advokasi politik cenderung menantang pemerintahan nasional bersama dengan sistem perdagangan internasionalnya serta berbagai kebijakan ekonomi yang ada. Sistem yang ada dilihat sebagai masalah utama. Pendekatan ini meminta hubungan langsung dengan pemerintahan, di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Perubahan diusahakan di dalam kebijakan pemerintahan yang tidak adil dan berat sebelah dan juga persetujuan perdagangan internasional. Di dalam kasus yang paling ekstrim, advokasi politik dapat menghasilkan konflik yang keras dengan pemerintah, seperti yang kita lihat di Zimbabwe atau Myanmar dalam beberapa tahun terakhir. Pada umumnya, strategi ini melibatkan lobi lokal dan internasional untuk membawa perubahan yang akan menguntungkan mayoritas orang. Di sepanjang sejarah, orang Kristen merupakan kekuatan besar dalam masalah kebijakan seperti reformasi tanah, hak pengungsi dan penghapusan perbudakan. Meskipun penting agar semua orang Kristen terus mengatasi jenis masalah seperti ini, peran utama mereka pada hari ini haruslah mendukung dan membantu orang lokal dalam memimpin untuk menuntut suatu perubahan politik dari dalam. Orang-orang di negara itu harus memiliki peran utama dalam situasi mereka. Orang Kristen Barat dapat juga bertindak sebagai advokat di tempat asal mereka ketika mereka melihat kebijakan pemerintahan mereka sendiri sangat tidak adil terhadap orang miskin. Advokasi politik belum membawa perubahan positif yang lama tanpa beberapa dukungan dari Strategi IV (Pengembangan Transformasional). Perubahan struktural dan kebijakan hanya bisa seefektif orang yang menerapkannya. Tanpa pembebasan rohani secara perorangan, pengembangan pasti selalu terbatas pada ketamakan dan korupsi dari beberapa individu. Berusaha untuk mempromosikan keadilan dan kedamaian adalah amanat alkitabiah dan harus dilakukan dengan doa dan kepekaan yang besar. Namun, keberhasilan akan terbatas, jika tidak digabungkan dengan pengembangan rohani orang-orang yang menjalankan pemerintahan dan menerapkan kebijakan.

Strategi III: Bantuan Kemanusiaan
Bantuan pemulihan bertujuan untuk menujukan kebutuhan darurat dari korban perang, kelaparan, bencana alam, dan ketidakadilan yang berkelanjutan. Berbagai organisasi Kristen telah meluncurkan usaha-usaha bantuan kemanusiaan dalam skala besar, tetapi usaha-usaha ini hanya membawa pertolongan sementara dan tidak boleh dicampuradukkan dengan pengembangan. Bantuan pemulihan terutama berfokus pada apa yang harus dilakukan oleh orang luar untuk menolong korban, bukan apa yang harus dilakukan orang dalam untuk membantu diri mereka sendiri. Usaha-usaha bantuan kemanusiaan seperti itu dapat dilihat sebagai hal yang merusak jika diperpanjang, karena usaha-usaha tersebut menghilangkan dorongan bagi produksi lokal dan pengembangan. Sebagian orang mengkritik upaya pemulihan yang didampingi oleh penginjilan karena menghasilkan “orang Kristen beras”―seseorang yang menjadi Kristen untuk menjamin agar dirinya dan/atau keluarganya akan mendapat makanan setiap hari. Bantuan pemulihan tidak pernah boleh ditambah dengan persyaratan bahwa orang harus percaya atau mendengar pesan Injil. Bantuan pemulihan harus diberikan secara bebas dalam kasih tanpa syarat apa pun, seperti Yesus telah memberi dan mengasihi tanpa syarat (Yoh. 13:34-35). Kasih seperti inilah yang menunjukkan kita sebagai murid Kristus kepada dunia. Bantuan pemulihan menolong orang agar tidak sekarat dan menghalangi mereka untuk tidak makan “benih jagung mereka” sehingga mereka dapat memulai kembali kehidupan dan pertumbuhan mereka dalam jangka panjang. Pengharapan jangka panjang ini yang menggerakan orang Kristen untuk mencari jawaban bagi masalah-masalah yang tertanam dengan kuta ini. Di dalam situasi bencana seperti perang dan kelaparan, bantuan pemulihan yang dijalankan tanpa syarat oleh orang Kristen dapat menjadi kesaksian Injil yang berkuasa. Setelah menerima satu porsi gandum dari kamp bantuan kemanusiaan Kristen dalam kerasnya masa kekeringan, salah seorang pria M nomaden terdengar berkata, “Jika ini cara orang Kristen mengasihi mereka yang tidak mereka kenal, ini cukup bagi saya untuk percaya kepada Allah mereka.”

Strategi IV: Pengembangan Transformasional
Pengembangan transformasioanl menjawab penyebab dari kemiskinan dengan pandangan yang jauh ke depan. Di wilayah pedesaan yang terpencil dan miskin dan juga banyak wilayah kota yang mengalami hal yang sama, permasalahan yang ada cukup kompleks. Terdapat kekurangan infrastruktur seperti jalan yang bisa dilalui atau kendaraan untuk membawa hasil panen ke pasar atau memasoknya ke komunitas. Layanan kesehatan dasar sering tidak tersedia. Kekurangan persediaan air bersih yang tetap dapat menghancurkan seluruh wilayah. Bahan bakar sangat penting tetapi pasokannya sangat kecil di beberapa wilayah. Pendekatan terhadap kesulitan yang kompleks membutuhkan perhatian lokal jangka panjang di tingkat komunitas. Orang lokal perlu memimpin untuk mendatangkan perubahan yang berkelanjutan. Pekerjaan dari para pekerja pengembangan Kristen adalah menfasilitasi perubahan dari dalam masyarakat bagi seluruh komunitas atau wilayah tersebut. Transformasi inti adalah pada nilai-nilai dan visi. Mengenai visi, orang dapat melihat bahwa komunitas mereka dapat dibuat berbeda dan mereka tidak terkunci dalam suatu keputusasaan yang tidak dapat berubah. Mengenai nilai-nilai, orang mulai melihat dengan segar bahwa mereka itu bernilai. Mengerti nilai dan pengharapan kerajaan Allah dapat sangat menolong mereka yang berjerih payah mengadakan pengembangan seperti ini.


Kami berkendaraan selama berjam-jam menyusuri Afrika. Kami telah meninggalkan ibukota empat jam sebelumnya, tetapi meskipun demikian, kami akan tiba di sebuah kota kecil setelah gelap. Kami berencana untuk bermalam karena kami akan harus berkendaraan tiga jam lagi di jalanan “sekunder” yang tidak beraspal dan kasar untuk mencapai tujuan kami di hari berikutnya. Di kota kecil ini kami bertemu dengan orang-orang yang kami harap akan bertemu―pelaksana proyek bagi suatu proyek pengembangan yang kami telah amati. Sebuah kantor kecil untuk usaha ini terletak di kota kecil ini karena kota ini merupakan tempat terdekat dari proyek pengembangan yang terpencil yang memiliki sambungan telepon dan listrik. Pagi berikutnya, kami bertemu dengan para staf proyek pengembangan ini. Mereka bercerita kepada kami mengapa proyek ini diadakan. Mereka menjelaskan bahwa wilayah tersebut pernah diperuntukkan untuk tempat permainan, tetapi dianggap begitu terpencil sehingga diabaikan oleh pemerintah. Di wilayah tersebut tidak ada layanan dasar bagi manusia seperti pendidikan, layanan kesehatan dan air. Ketika orang dipaksa untuk tinggal di wilayah ini, pemerintahan terdahulu memberi janji-janji, tetapi semua itu tidak pernah dipenuhi. Sementara beberapa pekerjaan misi telah dijalankan di wilayah itu, beberapa Ornop (organisasi non-pemerintah) atau badan-badan bantuan kemanusiaan Kristen datang membawa berbagai pertolongan. Pada akhirnya badan khusus ini menjajaki bagaimana pengembangan transformasional dapat dilakukan di wilayah ini. Langkah pertama adalah melalui suatu proses dengan pemimpin dan anggota komunitas untuk mengidentifikasi sumber-sumber komunitas mereka. Setelah melihat sumber-sumbernya, mereka bersama-sama mencari cara bagaimana sumber-sumber ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah komunitas. Tidak sulit untuk menemukan masalah-masalahnya:

• Mereka kekurangan sumber air bersih
• Mereka tidak memiliki layanan kesehatan
• Tidak ada fasilitas persekolahan
• Produksi makanan tidak cukup untuk semua orang sampai musim tanam berikutnya.
• Tidak ada gereja di wilayah itu
• Wilayah tersebut telah diabaikan oleh pemerintah dan NGO.

Namun kami yakin, kami akan menemukan sesuatu yang berbeda setelah menempuh perjalanan sulit selama tiga jam untuk mencapai komunitas tersebut. Sebelum kami melangkah keluar truk, wanita, pria dan anak-anak telah berkumpul, menyanyikan nyanyian dalam bahasa lokal, “Majulah pengembangan―kami dapat melakukannya sendiri dengan pertolongan Tuhan dan bagi kemuliaan-Nya kami akan menjadi sebagaimana yang kami mampu.” Saya terinspirasi oleh antusiasme dan komitmen dari orang-orang ini. Mereka memiliki begitu sedikit, namun, di dalam situasi yang sulit dengan sedikit pertolongan mereka sedang melakukan hal yang begitu banyak. Duduk bersama orang banyak di bawah satu pohon besar selama beberapa jam kemudian, kami mendengar laporan perkembangan dari perwakilan komunitas tentang apa yang telah mereka lakukan bagi komunitas mereka sendiri dan apa yang telah badan misi ini lakukan untuk membantu mereka melakukannya. Kemudian kami diundang untuk meninjau komunitas tersebut dan melihat beberapa perkembangan yang telah mereka buat. Mereka menunjukkan kepada kita pasokan air sebelumnya―suatu kolam berisi air kotor. “Dulunya ini adalah tempat kami mengambil air untuk minum. Ini juga tempat yang sama para binatang minum,” kata salah seorang wanita. Kami berjalan lebih jauh dan di sana ada sebuah sumur baru. Sumur itu ditutupi dengan lempengan batu, dikelilingi oleh pagar yang rapih dengan sebuah pompa untuk mengambil air bersih dari bawah tanah. Dengan senyum yang lebar wanita itu mulai memompa air. “Airnya bersih―maukah Anda meminumnya?” tanya wanita itu. Saya merasakan air yang bersih dan segar. Wanita yang lain menjelaskan,

Ketika kami meminum dari kolam kotor itu, anak-anak kami selalu sakit perut dan diare. Sekarang mereka lebih sehat.

Sedikit lebih jauh kami melihat sebuah ladang di mana jagung-jagung yang indah sedang bertumbuh. “Saya diberi pinjaman untuk meningkatkan benih dan dilatih metode menanam dan menggunakan pupuk organis untuk menggandakan jumlah jagung yang bisa saya panen,” kata seorang petani. Dia melanjutkan,

Jumlah jagung yang bisa saya dapat dari ladang ini tidak hanya cukup untuk memberi makan keluarga saya, tetapi saya memiliki sisa untuk dijual dan membantu membayar uang sekolah anak saya. Saya berencana untuk menabung sedikit uang setiap tahun dan dalam tiga tahun, saya dapat membeli sapi, dan menggarap tanah yang lebih luas untuk menanam lebih banyak tanaman.

Ketika kami berjalan ke sekolah dasar, seorang anak laki-laki menunjuk sebuah pohon ara. “Di sinilah biasanya kami duduk untuk belajar. Tidak ada papan tulis atau kursi―hanya tanah keras,” kata anak tersebut. Kami masuk ke dalam ruang kelas yang baru di mana meja sudah dibuat dan sebuah papan tulis kapur yang besar menutupi dinding depan. “Sekarang kami dapat belajar dengan jauh lebih baik!” seru siswa lainnya. Setelah selesai berjalan keliling, kami duduk bersama di bawah pohoh itu lagi. Saya bertanya kepada mereka pencapaian terpenting apa dari proyek ini sejauh ini. Mereka menjawab,

Kami sekarang tinggal bersama dan dapat mengatur diri kami. Kami dapat bertemu dan membicarakan masalah kami dan bagaimana kami menyelesaikannya bersama. Sebelumnya kami terisolasi, hidup terpisah dan tidak saling menolong. Kami sadar bahwa kami dapat melakukan sesuatu untuk membuat hidup kami lebih baik. Kami tidak harus menunggu pemerintah.
Kami sadar bahwa sebagai wanita kami dikasihi dan bernilai di mata Allah. Kami dapat memberi sumbangsih kepada pembangunan komunitas ini. Suami kami sekarang memperlakukan kami dengan lebih hormat dan kami memiliki lebih banyak waktu untuk dihabiskan dengan anak-anak. Para pria telah berhenti minum-minum.
Kami sekarang telah memiliki air bersih dan anak-anak yang lebih sehat. Kami tidak perlu berjalan jauh untuk mendapatkan air dan ini memberi kami waktu yang lebih banyak bersama keluarga.
Ini merupakan mimpi yang menjadi kenyataan. Kami tidak pernah membayangkan kalau kami dapat memiliki sumur sendiri dan minum air yang bersih dan segar. Kami memuji Allah karena kasih setia-Nya atas doa kami melalui pekerjaan badan bantuan kemanusiaan Kristen.

Hasil dari proyek ini mungkin kelihatannya sederhana. Ketersediaan air bersih, para ibu dengan anak-anak yang sehat, yang tidak perlu berjalan jauh untuk mendapat bantuan ketika sakit, anak-anak yang bisa bersekolah dan mereka dapat duduk dan belajar, dan yang sekarang dapat memiliki harapan dan rencana untuk masa depan. Orang menjadi lebih percaya diri dan percaya akan kemampuan mereka untuk bekerja bersama dan menolong mengubah masa depan mereka. Namun campur tangan teknis dan sosial ini tidak sampai di sini. Semua bantuan merupakan kesaksian yang berkuasa bagi Injil. Semua hal memiliki awal. Dengan bantuan dari para pekerja Kristen lokal yang berdedikasi, orang-orang mengerti bahwa bantuan ini datang karena Allah mengasihi mereka dan telah menunjukkan perhatian-Nya bagi komunitas ini melalui orang-orang percaya yang lain. Komunitas telah bekerja sama. Dengan sedikit bantuan dari badan bantuan Kristen, mereka telah mengorganisasi berbagai komite dalam kolaborasi dengan pemerintah dan kepemimpinan tradisional untuk mengambil tanggung jawab bagi dan memimpin berbagai inisiatif pengembangan dalam komunitas ini. Orang-orang dalam komunitas bekerja bersama untuk mendatangkan perubahan dalam kehidupan, untuk saling mendukung dalam program-program yang berkesinambungan dan memenuhi kebutuhan fisik dan rohani. Gereja-gereja didirikan untuk memberi pengajaran dan mengembangkan harapan melalui doa, memainkan bagian penting untuk mendemonstrasikan nilai-nilai Kerajaan. Orang-orang mengenali bahwa pertolongan mereka pada akhirnya berasal dari Allah dan mereka berusaha untuk lebih mengenal Dia, memuliakan Dia dengan ucapan terima kasih yang tulus. Apakah ini terdengar terlalu baik sebagai suatu kenyataan? Apakah ada masalah, kegagalan, konflik dan perbedaan? Tentu. Lebih banyak yang perlu dilakukan di tingkat politik untuk mengubah kebijakan. Masalah gender dan lingkungan hidup perlu mendapat perhatian yang lebih baik. Pelatihan yang lebih lagi diperlukan untuk memperlengkapi para pendeta lokal dan menyediakan sumber-sumber yang alkitabiah. Namun, kebenarannya adalah bahwa kita sedang melihat usaha-usaha sederhana oleh orang-orang biasa yang mendatangkan perubahan yang luar biasa dalam masyarakat mereka sendiri. Orang-orang ini sedang mempraktikkan prinsip-prinsip yang kita sebut dengan proses dari pengembangan transformasional Kristen yang holistik. Itu adalah “pengembangan” karena merujuk pada proses intensional untuk memfasilitasi perubahan di seluruh komunitas atau wilayah. Gagasan “transformasi” berbicara mengenai perubahan di dalam diri seseorang secara utuh―materi, sosial dan spiritual―dan juga di dalam komunitas―ekonomi, sosial dan politik. Itu transformasi “Kristen” karena ada suatu visi di mana semua orang di seluruh komunitas diubahkan menjadi sama seperti Kristus, “diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya” (2Kor. 3:18). Transformasi Kristen yang menantikan pengharapan menjadi seperti Kristus terwujud bukan hanya satu-satunya tujuan, tetapi agar Kristus yang hidup akan membawa perubahan berarti bagi kebaikan melalui praktik nilai-nilai kerajaan.

Perspektif Berbeda dalam Pengembangan
Ada empat pendekatan dasar yang berbeda untuk mengurangi kemiskinan. Empat strategi dapat dibandingkan dengan meletakkan dua metode dasar dengan dua fokus dasar tindakan dalam sebuah matriks sederhana. Masing-masing strategi dirujuk sebagai “pengembangan.” Masing-masing memiliki fokus berbeda mengenai natur masalah dan karena itu berpengaruh pada natur dari solusi. Matriks ini menunjukkan dua pendekatan terhadap pengembangan. Pendekatan pertama berfokus pada bantuan yang dibawa dari luar sedangkan pendekatan kedua berusaha menfasilitasi perubahan dari dalam. Setiap pendekatan memiliki keabsahannya. Pada umumnya, kedua pendekatan ini saling tergantung dan saling melengkapi. Masing-masing aspek harus dipertimbangkan seraya orang Kristen berusaha memenuhi kebutuhan dasar komunitas manusia dalam nama Kristus…

Prinsip-Prinsip Pengembangan Transformasional Kristen yang Holistik
Saya melihat sepuluh prinsip fundamental dan nilai-nilai dari pengembangan transformasional yang holistik. Masing-masing mereka memiliki suatu dasar Alkitab yang kuat.

1. Mengenali nilai dari kelompok suku/orang. Menghormati dan menghargai kelompok suku/orang dalam konteks budaya lokal mereka.

2. Mengerti dan menghargai budaya lokal. Namun memperhatikan dengan saksama bahwa meskipun masing-masing orang pada dasarnya bernilai, setiap budaya memiliki aspek positif dan negatif yang mungkin sesuai dan tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab.

3. Percaya pada kapasitas seorang pribadi untuk berkontribusi dan menentukan masa depannya. Menolong orang memenuhi kebutuhan dasar mereka dengan martabat dan penghormatan terhadap diri. Tidak peduli seberapa miskin, setiap komunitas dan individu memiliki sesuatu yang dapat dikontribusikan. Mengidentifikasi dan memulai dengan sumber-sumber lokal adalah kunci kepada rasa kepemilikan dan martabat dari kelompok suku/orang tersebut.

4. Jadikan manusia bukan teknologi sebagai titik perhatian utama. Ketika orang lokal terlibat dalam pembuatan keputusan, mereka pada akhirnya mengambil tanggung jawab dalam menentukan masa depan mereka.

5. Menyadari bahwa kemiskinan memiliki dimensi fisik, materi, rohani dan sosial. Melibatkan keseluruhan manusia―pikiran, tubuh dan roh, di dalam setiap usaha-usaha pengembangan. Hindari memisah-misahkan hal ini dan merancang program yang mencakup seluruh masalah dan seluruh manusia secara utuh.

6. Mendekati pengembangan dalam cara yang memungkinkan untuk mengomunikasikan Kristus melalui perkataan―mengkomunikasikan Injil Kristus; perbuatan―melayani seperti Kristus, mendatangkan kesembuhan dan menunjukkan keadilan; dan tanda―bekerja dengan pertolongan Tuhan agar kehidupan kerajaan Kristus dinyatakan.

7. Menyadari bahwa semua campur tangan ke dalam suatu kelompok orang (sosial, teknis, ekonomi atau pendidikan) membawa pesan yang harus dimengerti dan ditafsirkan dari wawasan dunia si penerima.

8. Mengenali bahwa Allah telah bekerja dalam komunitas tersebut. Bagian dari tugas eksternal seorang fasilitator adalah menemukan apa yang sedang Allah lakukan dan mendukung apa yang mungkin sedang terjadi sebagai suatu jembatan akan apa yang Allah inginkan dalam hal penggunaan sumber eksternal dan penyataan.

9. Percaya bahwa transformasi dalam diri seseorang terjadi melalui suatu hubungan dengan Kristus. Tidak ada pengganti untuk suatu iman yang bertumbuh dan hidup.

10. Mengenali gereja sebagai hal yang mendasar bagi transformasi yang berkelanjutan dan berlimpah. Untuk memperkuat gereja yang sudah ada, atau menanam yang baru ketika sama sekali belum ada, bentuk suatu komunitas berkuasa dari antara orang-orang yang hidupnya sudah ditransformasi yang ditopang oleh Allah dengan pengharapan dan nilai-nilai kerajaan.

Pengharapan akan Kehidupan yang Berlimpah
Di Etiopia, Lembah Ansokia telah dilanda oleh bencana kelaparan pada tahun 1984 di mana dulu 20 orang setiap hari mati karena kelaparan. Hari ini, lembah ini adalah taman harapan bagi penduduknya dan mereka yang berada di sekeliling komunitas ini. Lebih dari 7.000 rumah tangga, sekitar 45.000 orang, telah bangkit dari jurang kelaparan dan keputusasaan kepada kelimpahan melalui suatu program pengembangan transformasional. Inovasi baru untuk tanaman, peningkatan pemeliharaan ternak dan penanaman hutan kembali diadopsi, dan hasilnya penduduk semakin berlimpah makanan dan memiliki lingkungan yang berkesinambungan, aman untuk dihidupi. Melalui kehidupan orang Kristen yang bekerja dalam komunitas tersebut untuk membantu menjalankan usaha-usaha pengembangan ini, diperkirakan sekitar 700 orang telah datang kepada Kristus dan sekarang menjadi jemaat di gereja pertama yang didirikan di wilayah tersebut. Seperti yang diperhatikan oleh seseorang, “Saya menolak panggilan Yesus dari kesaksian banyak pekerja pengembangan. Tetapi ketika saya terus terlibat dalam pekerjaan pengembangan, tanggung jawab dan dedikasi mereka baik kepada pekerjaan rohani dan fisik menyentuh hati saya. Saya memperhatikan mereka berdoa dan berbicara mengenai cara-cara di mana kami dapat memiliki hidup yang lebih baik. Jadi tahun lalu saya menerima Yesus. Sekarang saya berbagian dalam sukacita, tanggung jawab dan pekerjaan bersama dengan staf yang ada dengan kami. Saya sekarang mengerti mengapa staf-staf ini datang untuk berbagi bersama dengan kami dan membantu kami meningkatkan kehidupan kami.” Saya pernah ke Ansokia, baik pada waktu bencana kelaparan dan beberapa tahun terakhir, setelah program pengembangan transformasional dilaksanakan. Dulunya terdapat kematian, sekarang ada hidup―hidup yang berkelimpahan―di mana anak-anak dan keluarga lebih sehat, bahagia dan memiliki kepastian kehidupan kekal melalui Yesus Kristus Tuhan kita.



Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas