PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Misi Pulang ke Rumah

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Andrew Jones

Andrew Jones adalah seorang misionaris yang saat ini mengembangkan sebuah jaringan dunia para pengusaha yang bersifat misi. Beliau memiliki blog di tallskinnykiwi.com

Artikel ini diambil dari buku beliau Forward Slash. Digunakan dengan ijin dari penulis.

Saya pulang dari "ladang misi" untuk menemukan yang tidak pernah benar-benar saya tinggalkan.

Masa saya di luar negeri sebagai misionaris jangka pendek dengan Operation mobilization adalah masa yang mengubahkan hidup dan sangat penting. Cukup meyakinkan diri saya bahwa saya akan menjadi misionaris sepanjang sisa hidup saya. Debbie, yang menjadi istri saya, merasakan hal yang sama. Setelah dua tahun pelayanan di kapal M.V. Logos di Amerika Latin, kami pindah ke USA dan menikah.

Saya warga New Zealand berdasarkan kelahiran tetapi telah pindah dengan keluarga saya ke Australia saat remaja. Sebagai orang percaya baru, saya terlibat dalam penginjilan jalanan dan misi rumah selama beberapa tahun, tetapi mendengar kebutuhan luar negeri membuat saya "menyerahkan ambisi kecil saya." Saya menjual mobil dan membeli tiket pergi ke ladang misi.

Dua tahun kemudian saya kembali ke Barat. Dari semua tempat, kami menyadari kesanggupan diri kami di California Selatan. Berakhir di " depan rumah" sepertinya disorientasi. Kami ingin menjadi misionaris, di luar sana, dimana saja – tetapi tentu saja bukan di USA?

Daftar isi

Lebih Mengenai Ketaatan daripada Geografi

Kami mulai menyadari bahwa panggilan kami di misi adalah lebih mengenai ketaatan daripada geografi. Kami mengatur sebuah hidup misi dimana kami berada dan sangat cepat, kami menemukan kantong-kantong masyarakat yang jarang terjamah oleh kabar baik akan Kristus. Kami menjadi tuan rumah murid-murid internasional dan membantu gereja-gereja memulai program penjangkauan keluar di dalam komunitas mereka. Kami memberitakan Kristus di bar-bar dan jalanan. Di akhir th 1980an, kami telah memulai sebuah ibadah gereja alternatif yang tampak seperti sebuah kedai kopi.

Di awal 1990 an, kami diundang balik ke ladang misi, kali ini ke perjalanan yang lain. Hal ini membuat kami gembira mengira bahwa kami akan kembali pada misi "yang sesungguhnya", melayani luar negeri lagi. Namun rencana kami berubah.Debbie hamil anak kami yang ketiga. Kami sekarang berlima sekeluarga, kelebihan satu orang untuk kabin dengan empat tempat tidur kami di M.V. Doulos. Kami harus memilih ladang yang lain.

Waktu itu, kami sedang menghadiri sebuah gereja di Los Angeles Selatan, namanya The Church on Brady. Pendeta kami, Thom Wolf, juga terlibat dalam pelatihan para misionaris dan kami bisa belajar banyak yang akan menolong kami di usaha yang baru. Di tahun, 1994 kami ditugaskan sebagai misionaris oleh gereja ini. Kami diutus keluar, tidak luar negeri – sebenarnya bahkan tidak di luar negara bagian. Kami diutus beberapa ratus mil ke jalan raya lintas ke San Fransisco, untuk memulai komunitas kristen di sebuah sub-budaya postmodern yang kurang dengan kesaksian bagi Kristus.

Tidak jauh, tetapi Berjarak: Misi kepada Sub budaya Postmodern.

"Daya cipta budaya " adalah salah satu nama yang dikenakan pada demografik ini. Daya cipta yang kita kenal meliputi ribuan anak jalanan, pemuda pecandu obat-obatan, dan sub budaya Postmodern lainnya. Mereka dipengaruhi oleh budaya yang beraneka ragam seperti goth, punk, rave, hippi, cyber-punk, dan budaya online geek yang baru muncul dengan ruang chat dan cara berpikir media mereka yang baru. Dan kami mengasihi mereka. Mereka tidak demografis dengan kami. Mereka adalah manusia dan mereka adalah teman-teman kami. Bahkan kami pindah ke perumahan mereka di Haight Ashbury dan tinggal di antara mereka. Mereka menjadi suku kami.

Menjadi seorang misionaris di USA kelihatannya lebih sulit daripada menjadi seorang misionaris di Amerika Latin. Kebanyakan anak muda Amerika yang kami ajak bicara menganggap gereja sangat tidak relevan. Beberapa memiliki pengalaman yang negatif dengan orang Kristen yang telah merusak persepsi mereka tentang Kekristenan. Mereka mengira orang-orang Kristen suka marah dan aneh. Secara umum, mereka memandang Kekristenan dengan curiga.

"Bagi banyak orang Amerika," kata Miriam Adeney, "Kekristenan adalah curiga. Menurut mereka kekristenan berkontribusi terhadap seksisme patriarkhal, pemerkosaan ekologis atas sumber bumi, rasisme, membantu perkembangan harga diri yang rendah karena penekanan pada manusia sebagai orang berdosa dan penindasan emosi."

Banyak gereja, interdenominasi, dan agen misi datang membantu kami. Yang sangat membantu adalah gereja-gereja urban yang lebih dulu ada yang tekun tinggal di kota yang ramai dan meneruskan visi gereja untuk menjadi pusat rohani di kota. Dengan mengkolaborasikan projek-projek misi dan acara-acara ibadah multi generasi, gereja-gereja ini menemukan hidup dan visi yang baru.

Bagaimanapun, meskipun kami menikmati kerja sama yang sehat dan hubungan yang saling menguntungkan dengan gereja-gereja urban yang lebih lama, jelaslah bahwa kulit anggur yang baru dibutuhkan untuk anggur yang baru. Walaupun kami melihat banyak anak muda memberikan hidup mereka kepada Yesus dan diubahkan secara dramatis, lompatan budaya ke "gereja warisan" terlalu besar. Sebagaimana teman saya Dan Kimball mengatakannya, "Mereka menyukai Yesus tetapi gereja tidak."

Sesuatu yang Berbeda Muncul

Kami memutuskan untuk memulai gerakan gereja baru dengan orang-orang percaya baru ini daripada berusaha dengan tidak berhasil untuk mencocokkan mereka ke dalam gereja yang sudah ada. Di akhir tahun 1990an, kami terhubung dengan pengusaha misi di seluruh dunia yang sedang memikirkan dan menggarap hal yang sama. Ketika kami saling mendengarkan kesaksian masing-masing, kami menyadari sebuah gerakan yang sedang berlangsung – sebuah gerakan yang tidak dimiliki oleh kelompok atau denominasi apa pun dan tidak dibatasi atau dikuasai oleh dunia Barat. Ini sesuatu yang mendunia dan multi arah.

Kami melihat pola-pola yang mirip di dalam jenis gereja-gereja yang sedang dimulai. Banyak yang memulai di kedai kopi, rumah, bar, bisnis, dan banyak daerah tempat tinggal masyarakat yang netral – yang disebut sebagai "ruang ketiga." Atau dengan kata lain, ruangan yang bukan benar-benar milik kita atau mereka tetapi sesuatu di antaranya. Komunitas baru biasanya dipimpin oleh kaum awam daripada oleh para profesional. Mereka secara umum adalah orang-orang yang ada di bagian bawah dari struktur dengan berbagi kepemimpinan di dalam hirarki yang dinamis daripada sebuah hirarki atas-bawah yang statis.

Mereka telah memulai usaha sederhana dan lokal, seringkali tanpa budget, dan telah "muncul" secara organik, dikelola sendiri seperti sebuah koloni semut (Ams 6:6) ketika mereka menjadi dewasa dalam hubungan komunal dan dalam misi fokus komunitas.

Kata-kata seperti "Gen X," "bersifat misi," "yang baru muncul", dan "postmodern" segera menempel sebagai label yang membantu tetapi juga dengan cepat menjadi tidak membantu karena salah komunikasi dan kecurigaan berlimpah dan mengeruhkan air.

Sederhana

Kami masih belum mempunyai nama yang bagus. Tetapi apapun istilah yang kita berikan pada mereka, komunitas baru ini sebagai hasil dari misi memunculkan budaya adalah hampir selalu merupakan struktur sederhana yang mungkin lebih dekat dalam hal yang signifikan dengan gereja mula-mula daripada gereja-gereja abad Reformasi. Mereka juga mirip dengan gerakan pribumi yang sederhana mendukung pelayanan di antara orang-orang yang terbatas dan miskin di Tiongkok, India, Amerika Latin, dan Afrika, yang dari situ ada banyak yang dipelajari. Tetapi "sederhana" bukan berarti bahwa mereka tidak berdampak bagi keruwetan. Dalam kenyataannya, kehidupan gereja di dunia Barat urban merupakan pengalaman kompleks yang melibatkan banyak komunitas yang tidak berkaitan, konferensi, perayaan, chat, blog, projek misi, kelompok doa, kelompok minat lokal, acara seni dan perayaan besar ibadah kota yang saling mempengaruhi. Kadang kala sulit untuk menentukan kombinasi manakah ini, jika ada, yang merupakan faktor utama dalam komunitas rohani seseorang. Kehidupan gereja di Barat lebih bermodul dan tunggal.

Eropa

Setelah berkeliling di USA selama beberapa tahun dalam sebuah mobil keluarga, keluarga kami pindah ke Eropa di th 2000. Ironisnya, semakin dekat kami pindah ke ibu kota asli umat Kristen Barat, semakin banyak penolakan terhadap Injil yang kami temukan. Dalam banyak hal, Eropa telah menjadi tantangan yang lebih besar daripada Amerika atau Australia. Ingatan budaya akan Kekristenan yang bergetar dan bermakna bahkan semakin jauh dihilangkan.

Lesslie Newbigin benar ketika dia menyebut UK sebuah budaya "post-Christian". Seperti saya, dia telah kembali dari misi luar negeri untuk menemukan sebuah misi baru yang menantinya di negeri kelahirannya. Dia tertantang oleh masyarakat postmodern, postChristian dan juga kritis terhadap tulisan misi yang "sangat mengabaikan budaya yang paling tersebar luas, penuh kuasa, dan persuasif di antara semua budaya kontemporer," yaitu budaya Barat modern.

Belajar

Meskipun pemandangan dari jendela depan kita selalu berubah, kisah yang abadi tentang Injil tidak berubah. Kitab Suci tetap menjadi kompas yang setia untuk menjaga kita dalam perjalanan. Ada tiga pengamatan utama sewaktu saya bersama Thom Wolf yang terus saya ingat dan menghasilkan buah dalam pelayanan kami selama lebih dari 15 tahun belakangan ini.

1. Menaati Yesus

Perintah Yesus kepada mereka yang Dia utus di Lukas 10 masih relevan untuk misi zaman ini seperti dahulu. Yesus mengutus tim-Nya keluar untuk menemukan seorang pendamai, seseorang yang dipersiapkan oleh Roh Kudus, yang akan menerima Firman Allah. Misi mengalir keluar, bukan ke dalam. Bukan tentang menarik orang kepada program atau acara tetapi pergi keluar dimana mereka berada. Ini tentang apa yang terjadi di rumah mereka, bukan rumah kita. Yesus berkata kepada mereka untuk meninggalkan tas mereka, dan dalam banyak hal kita juga perlu masuk ke lahan yang baru dengan tas kosong dan menerima keramahan dari orang-orang yang kepada mereka kita diutus. Sikapnya adalah seperti seorang peziarah bukannya dermawan, dan sikap inilah yang akan memampukan Injil maju ke depan di dalam misi untuk negeri asal kita. Beberapa orang menyebut ini "misi post-kolonial."

2. Meniru Paulus

Pelayanan pola apostolik Paulus juga masih relevan sebagai pola misi zaman sekarang.

Setelah doa yang menguatkan bagi mereka yang berwenang, dan dalam banyak hal menggemakan perintah Yesus dari Lukas 10, Paulus berkata kepada Timotius, "Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, dan rasul, dan guru" (1 Tim 2:7). Dia bahkan mengulanginya dalam suratnya yang kedua, menggunakan kata-kata yang sama dengan urutan yang sama (2 Tim 1:11).

Inilah Paulus di akhir hidupnya, menyampaikan sebuah ringkasan singkat tentang apa yang dia kerjakan dan bagaimana dia melakukannya kepada muridnya, Timotius. Setelah menabur dengan DOA Paulus menjadi seorang:

  • Pemberita. Seorang pemberita yang menjelaskan bahwa Allah bekerja dengan cara yang tepat secara kontekstual. Pemberita seringkali adalah artis di dunia Barat karena seni mengandung kisah yang disampaikan dengan cara yang paling luar biasa. Dan di dunia yang melahirkan media baru, blogging, dan pemberitaan kisah hidup, dimana kisah dan kenyataan disindikasi melalui mesin pencari, seorang pemberita baru muncul yang memahami media sosial dan arus informasi. Kita perlu menyampaikan kisah/cerita.
  • Rasul. Paulus adalah seorang pengusaha yang membantu merintis struktur baru untuk memelihara dan membawa keluar hidup dan kesaksian komunitas yang dilahirkan. Dunia baru kita penuh dengan peluang-peluang bagi Injil dan cara baru ke depan terus ditempa. Yang dibutuhkan zaman ini, menurut ahli strategi misi Alan Hirsch, adalah "apostolik genius."
  • Guru. Paulus adalah seorang yang mengusahakan cara kreatif untuk menyampaikan keahlian dan pengalamannya agar generasi berikutnya mampu berdiri di pundaknya dan menyampaikan ajaran Gereja. Kita juga perlu mengajar orang-orang dengan setia supaya mereka dapat mengajar yang lainnya.

Pola ini telah terbukti dengan sendirinya banyak kali. Ini merupakan irama pelayanan yang menghubungkan kita kembali dengan Gereja mula-mula. Doa, Pemberita, Rasul, Guru. Kadang saya menyebutnya PHAT, yang biasanya ditertawakan oleh anak-anak muda. Atau kadang saya meletakkannya secara berbeda dengan mengatakan bahwa peran kita adalah berteman, bercerita, menggelar pesta dan memberikan hadiah.

3. Misi Holistik

Prediksi Thom Wolf bahwa "misi di abad 21 akan tejadi terutama pada bidang bisnis" terbukti relevan bagi misi zaman ini, dan bukan hanya luar negeri.

Misi dan bisnis telah seringkali berjalinan. Hal ini benar sejak Gereja mula-mula dan Rasul Paulus yang adalah seorang pembuat tenda. Perusahaan juga merupakan komponen yang kuat dari gerakan monastik yang membawa kabar baik ke seluruh dunia. Gerakan misi Protestan mula-mula seperti Moravian, dan para inovator seperti William Carey juga memulai bisnis mikro mendampingi pelayanan Kristen. Bahkan Henry Venn dari Church Mission Society di th 1985an mengusulkan penggunaan secara kooperatif beberapa bisnis mikro dengan perdagangan yang adil, sehingga misi dapat berlanjut dan tidak tergantung pada sumber asing. Tidaklah mengherankan bahwa bisnis juga menjadi bidang utama bagi misi di dunia Barat. Ada banyak pembicaraan tentang "Sektor Keempat" atau "Bisnis For-Profit" dan perusahaan-perusahaan yang bertahan secara sosial yang dulunya hanya tempat yang biasa di dalam misi luar negeri.

Akhir-akhir ini kita mengambil bagian dalam pembukaan studio dan toko untuk beberapa bisnis mikro secara kooperatif. Cukup tiba-tiba, kita terlempar ke dalam jantung dan kehidupan kota. Kita bukanlah sebuah stasiun misi dalam pengertian kata tradisional, tetapi kita adalah pusat dari kerohanian, bisnis, media, dan rumah sakit. Kita juga bukan biara, tetapi saya bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh para biarawan Celtic yang hidup dan bekerja selama lebih dari seribu tahun yang lalu jika mereka hidup di zaman sekarang. Saya kira mungkin akan mirip.

Masih belajar

Kita masih belajar. Kita masih membuat kesalahan. Dunia sedang beubah lebih cepat daripada sebelumnya. Kita masih mencari tahu misiologi budaya Barat seperti apa yang tepat. Tetapi jika David Bosch benar, dan saya menduga dia benar, misiologi mungkin akan "menyertakan sebuah dimensi ekologis, haruslah budaya tandingan (meskipun bukan orang yang suka mengkhayal/lari dari kenyataan), haruslah ekumenis, kontekstual, yang akan terutama menjadi sebuah pelayanan dari orang-orang awam dan kesaksian kita akan hanya menjadi hebat jika mengalir dari komunitas lokal yang menyembah, dan peningkatan kemana komunitas kita akan memfasilitasi sebuah tulisan yang di dalamnya penyatuan orang-orang dengan budaya mereka didukung.


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas