PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Haruskah Semua M Meninggalkan "I" untuk Mengikuti Yesus?

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari
(←Membuat halaman berisi 'John J. Travis John J. Travis (nama samaran) dan keluarganya telah terlibat dalam pendirian jemaat kontekstual di kalangan umat Islam di Asia selama 22 tahun belakangan ...')
Baris 1: Baris 1:
-
John J. Travis
+
{{header}}
 +
{{John J. Travis}}
John J. Travis (nama samaran) dan keluarganya telah terlibat dalam pendirian jemaat kontekstual di kalangan umat Islam di Asia selama 22 tahun belakangan ini. Bersama dengan istrinya, beliau telah menulis artikel untuk sejumlah buku dan jurnal dan sering mengajar dan melatih di banyak negara pada topik kontekstualisasi, penyembuhan dan membagi kasih Yesus dengan umat Islam.
John J. Travis (nama samaran) dan keluarganya telah terlibat dalam pendirian jemaat kontekstual di kalangan umat Islam di Asia selama 22 tahun belakangan ini. Bersama dengan istrinya, beliau telah menulis artikel untuk sejumlah buku dan jurnal dan sering mengajar dan melatih di banyak negara pada topik kontekstualisasi, penyembuhan dan membagi kasih Yesus dengan umat Islam.
Baris 52: Baris 53:
Jika mungkin satu rintangan terbesar untuk melihat kaum Muslim datang beriman di dalam Kristus bukanlah rintangan teologis (yaitu, menerima Yesus sebagai Tuhan) melainkan rintangan budaya dan identitas religius (yaitu, harus meninggalkan komunitas Islam), tampaknya bahwa demi Kerajaan Allah sebagian besar energi misi kita harus ditujukan untuk mencari jalan dimana umat Islam dapat tetap menjadi Muslim, namun hidup sebagai pengikut sejati dari Tuhan Yesus. Isu-isu terkait dalam pendekatan demikian adalah penuh duri dan kompleks serta memerlukan pertimbangan dari sejumlah bidang yang berbeda (misalnya, sejarah gereja, sejarah Islam, teologi, misiologi). Konsultasi terutama terdiri dari orang-orang yang terlibat dalam menyaksikan Kristus kepada umat Islam, yang dapat memegang erat implikasi dari C5, akan berfaedah. Setiap jenis pelayanan yang dilakukan di dunia Muslim melibatkan risiko besar. Tapi demi jutaan jiwa terikat untuk selamanya tanpa Kristus, dan untuk kemuliaan Allah, risiko, upaya, dan ketegangan sebanding dengan harganya.
Jika mungkin satu rintangan terbesar untuk melihat kaum Muslim datang beriman di dalam Kristus bukanlah rintangan teologis (yaitu, menerima Yesus sebagai Tuhan) melainkan rintangan budaya dan identitas religius (yaitu, harus meninggalkan komunitas Islam), tampaknya bahwa demi Kerajaan Allah sebagian besar energi misi kita harus ditujukan untuk mencari jalan dimana umat Islam dapat tetap menjadi Muslim, namun hidup sebagai pengikut sejati dari Tuhan Yesus. Isu-isu terkait dalam pendekatan demikian adalah penuh duri dan kompleks serta memerlukan pertimbangan dari sejumlah bidang yang berbeda (misalnya, sejarah gereja, sejarah Islam, teologi, misiologi). Konsultasi terutama terdiri dari orang-orang yang terlibat dalam menyaksikan Kristus kepada umat Islam, yang dapat memegang erat implikasi dari C5, akan berfaedah. Setiap jenis pelayanan yang dilakukan di dunia Muslim melibatkan risiko besar. Tapi demi jutaan jiwa terikat untuk selamanya tanpa Kristus, dan untuk kemuliaan Allah, risiko, upaya, dan ketegangan sebanding dengan harganya.
 +
 +
{{footer}}

Revisi per 08:22, 21 Mei 2012

Draf Buku Perspektif


John J. Travis

John J. Travis adalah nama samaran dan keluarga beliau telah terlibat dalam mendirikan jemaat kontekstual di antara umat M di Asia selama 22 tahun terakhir. Bersama istrinya, beliau telah menulis artikel untuk sejumlah buku dan jurnal, dan sering mengajar dan melatih di banyak begeri dengan topik kontekstualisasi, penyembuhan, dan membagikan kasih Yesus kepada kaum M.

John J. Travis (nama samaran) dan keluarganya telah terlibat dalam pendirian jemaat kontekstual di kalangan umat Islam di Asia selama 22 tahun belakangan ini. Bersama dengan istrinya, beliau telah menulis artikel untuk sejumlah buku dan jurnal dan sering mengajar dan melatih di banyak negara pada topik kontekstualisasi, penyembuhan dan membagi kasih Yesus dengan umat Islam.


Digunakan dengan izin dari "Must All Muslims Leave ‘Islam’ to Follow Jesus?” Evangelical Missions Quarterly, 34:4 (Oktober 1998), diterbitkan oleh EMIS, P.O. Box 794, Wheaton, IL 60189.


Selama dekade terakhir ini, keluarga saya dan saya telah tinggal di Asia dengan tetangga Muslim yang hubungannya erat. Anak perempuan saya, yang begitu mengasihi tetangga kami, suatu hari bertanya, "Ayah, bisakah seorang muslim masuk surga?" Saya menjawab dengan versi Kisah Para Rasul 15:11 "ya": "Jika seorang Muslim telah menerima Isa (Yesus) Sang Mesias sebagai Juruselamat dan Tuhan, dia diselamatkan, sama seperti kita. "Kami mengakui bahwa orang diselamatkan melalui iman di dalam Kristus, bukan melalui keanggotaan agama. Muslim pengikut Kristus (yaitu, orang percaya C5) adalah saudara dan saudari kita di dalam Tuhan, meskipun mereka tidak mengubah agama.

Dapatkah seorang Muslim benar-benar menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, dengan demikian menolak beberapa elemen dari teologi Islam yang normal, namun (demi orang-orang yang hilang) tetap berada dalam keluarga dan komunitas religiusnya? Karena sangat pentingnya komunitas bagi Islam; merupakan penghinaan yang hampir universal bagi mereka yang telah menjadi "pengkhianat" bergabung dengan Kekristenan, dan keinginan kami untuk melihat Muslim yang berharga datang kepada Kristus, menemukan jawaban atas pertanyaan ini sangatlah penting. Saya setuju dengan Parshall: ini adalah waktu untuk misiolog, teolog, dan lain-lain, terutama mereka yang bekerja bertatap muka dengan kaum Muslim, untuk dengan serius mencari kehendak Tuhan atas masalah C5 ini.

Daftar isi

Studi Kasus Islampur

Hasil studi kasus C5 dalam tulisan Parshall “Bertindak Terlalu Jauh? " menunjukkan bahwa hampir semua pemimpin gerakan ini memegang erat-erat ajaran Alkitab tentang identitas dan karya Kristus. Tidak hanya teologi dasar mereka kuat, mereka juga aktif dalam iman mereka melalui doa, membaca dan mendengarkan Kitab Suci, dan datang bersama untuk beribadah. Fakta bahwa lebih dari setengah memahami Trinitas cukup baik untuk mengakui Allah sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebenarnya mengejutkan, mengingat bahwa hal itu akan dianggap sebagai kemurtadan oleh kebanyakan umat Islam! Berapa banyak pendeta Amerika akan senang mendapati kekuatan yang sama di antara jemaat mereka sendiri?

Mengenai hak tetap memiliki atas beberapa praktek dan keyakinan Islam, kita tidak perlu heran bahwa hampir setengah dari mereka merasa dekat kepada Allah ketika mendengar Al Qur'an dibaca. Karena mereka tidak mengerti bahasa Arab, mungkin mantra-merdu akrabnya yang menyentuh hati mereka. (Beberapa orang percaya C4 dan C5 di mana saya bekerja, menyanyikan sebuah lagu penyembahan yang indah yang terdengar mirip seperti nyanyian Muslim.) Hal ini juga tidak mengherankan setengah dari mereka terus beribadah di masjid di samping menghadiri pertemuan mingguan C5. Praktek ini mengingatkan kembali pada para pengikut Kristus Yahudi awal yang bertemu baik di bait dan di rumah-rumah (dengan komunitas lama dan baru). Satu kelompok desa C5 yang saya tahu berdoa di masjid pada hari Jumat siang, kemudian setelahnya bertemu di rumah untuk pemahaman Alkitab dan doa yang dipimpin oleh "Achmad" (nama samaran), seorang pendeta C4 dan mantan guru Muslim.

Dalam hal ini, orang-orang percaya ini benar-benar mendapati bahwa pertemuan-pertemuan di masjid dangkal dan tak hidup, dan, untuk sementara waktu, tidak hadir. Ketidakhadiran mereka sangat mengancam pemimpin masjid dan ia mencoba untuk menghapus pertemuan Jumat siang mereka. Achmad menyarankan mereka kembali ke masjid, meskipun tidak berarti bagi mereka. Wajah Imam itu terselamatkan dan orang-orang percaya yang baru terus bertemu selama lebih dari setahun. Pengikut Muslim baru (bahkan dua guru Islam) telah hadir. Mengenai menjunjung tinggi Al-Qur'an diantara orang-orang percaya Islampur, respons apologetik tentang Al-Qur'an harus dikembangkan dimana kebenaran di dalamnya dapat ditegaskan (terutama untuk tujuan menjadi jembatan bagi saksi) namun tidak menempatkan statusnya sejajar (atau lebih unggul!) dengan Injil. Untungnya, sampai apologetika semacam itu dikembangkan, orang-orang percaya Islampur secara teratur membaca Injil bukannya Al-Qur'an. Kembali ke kasus Achmad teman saya, dia menyelenggarakan "sesi membaca Kitab Suci" di rumahnya pada sore hari. Dia sering memulai dengan membaca sebuah bagian Al-Quran dengan sikap hormat, kemudian melanjutkan ke inti pembacaan sore hari dari Taurat, Zabur dan Injil (Alkitab). Kaum Muslim yang belum diselamatkan lebih suka menghadiri sesi pembacaan Alkitab ketika mereka juga mengandung beberapa bacaan Al-Quran berbahasa Arab. Achmad berhati-hati untuk membaca bagian Al-Qur'an yang tidak bertentangan dengan Alkitab. Tiga poin final tentang studi Islampur. Pertama, komunitas berpusat pada Kristus C5 ini seluruhnya terdiri dari orang-orang percaya baru dari sekelompok orang yang sangat menentang. Mereka sangat banyak di dalam proses, dan perjuangan mereka tidak seperti apa yang dihadapi oleh banyak jemaat abad pertama. Kita harus berdoa agar Roh Kudus yang sama yang Paulus andalkan untuk membimbing dan memurnikan kelompok-kelompok pertama dari orang percaya juga aktif dalam kelompok-kelompok Islampur yang baru ini. Kedua, untuk mencapai perspektif yang lebih akurat, kita perlu menilai kualitas kehidupan orang percaya baru di dalam Kristus dan bukan hanya teologi mereka. Apakah buah Roh jelas terlihat dan mereka sekarang menunjukkan cinta yang lebih bagi orang lain? Alkitab jelas bahwa dengan kualitas seperti ini kita akan mengenali pengikut sejati Kristus (Mat 7:20, Yohanes 13:35). Terakhir, kalau bukan karena pendekatan C5 yang digunakan di dalam pelayanan pendirian gereja ini, akankah ada ribuan orang percaya baru untuk menganalisis sejak awal?

Misionaris C5 (Kristen Menjadi Muslim untuk Menjangkau Muslim)

Ini mungkin merupakan kekhawatiran Parshall terbesar, dan secara keseluruhan saya setuju. Kristen menjadi Muslim untuk menjangkau Muslim (yaitu misionaris C5) adalah sebuah langkah yang sekedar mendesak orang percaya baru untuk tetap berada di dalam komunitas agama kelahiran mereka (yaitu orang percaya C5) demi keluarga dan teman-teman mereka yang belum percaya. Dalam situasi kita saat ini saya telah menasihati rekan kerja saya sendiri yang berlatar belakang Kristen, terutama para ekspatriat, untuk mengambil pernyataan iman C4, dan tidak masuk Islam untuk menjangkau kaum Muslim. Namun saya bisa membayangkan bahwa dalam beberapa hal Allah bisa memakai seseorang dengan bakat yang unik, yang dipersiapkan secara baik, yang pelayanannya dengan kokoh didukung oleh doa, untuk melakukan penjangkauan dan identitas religius C5. Misionaris C5 ini akan menjadi Muslim dalam arti hurufiah dari kata bahasa Arab (yaitu, "seseorang yang tunduk pada Allah") dan teologi mereka, tentu saja, berbeda dari teologi Islam standar di beberapa poin intinya. Mereka harus siap untuk penganiayaan, dan akan paling baik jika orang-orang percaya berasal dari latar belakang Muslim.

Jika dari waktu ke waktu mereka membuat keyakinan mereka jelas, dan komunitas Muslim di sekitarnya memutuskan untuk memperbolehkan mereka untuk tinggal, bukankah seharusnya kita memuji Tuhan atas kesempatan yang telah mereka miliki untuk berbagi Kabar Baik di tempat dimana hanya sedikit orang yang berani menapakinya? Akan tampak bahwa baik "Abdul," pengikut Muslim, atau "Harry," misionaris Barat, dipanggil dan dipersiapkan untuk pekerjaan semacam ini. Mengenai bagaimana Muslim akan "merasa" dengan pendekatan demikian, saya pikir pertanyaan ini agak tidak relevan. Mayoritas Muslim yang telah berbicara dengan saya, menolak kegiatan apapun

yang mereka anggap sebagai upaya untuk menarik umat Islam pada Kekristenan. Namun, pendekatan C5, yang mengomunikasikan berita keselamatan di dalam Kristus tanpa maksud

untuk membujuk Muslim untuk "mengubah agama mereka," mungkin sesungguhnya bisa menjadi salah satu yang paling dihargai oleh umat Islam. Dengan memisahkan Injil dari berbagai isu hukum, sosial, dan budaya tersirat dalam mengubah kamp religius, yang lebih terang-terangan, pesan yang kurang dibebani dapat disebarkan dan (kami harap) diterima. Pada pertanyaan tentang bagaimana perasaan orang Kristen jika umat Islam memasuki gereja dengan tujuan memenangkan pengikut baru masuk Islam, saya pribadi tidak akan takut. Memang, untuk berbagai alasan, orang non-Kristen sering meramaikan pintu gereja, dan banyak yang sedang dalam proses datang kepada Kristus!

Menafsirkan kembali Muhammad dan Al Qur'an

Beberapa aspek dari peran Muhammad dan Al Qur'an harus ditafsirkan kembali. Hal ini mungkin akan menjadi tugas C5 yang paling menantang; untuk tidak melakukannya, pada saatnya akan menyebabkan orang percaya untuk bergerak menuju C4 (kontekstual, namun tidak Muslim) atau C6 (orang percaya bawah tanah / diam-diam). Penafsiran kembali jauh melampaui lingkup artikel singkat ini dan akan memerlukan masukan dari pemimpin Muslim yang telah menaruh iman mereka di dalam Kristus. Sebuah titik awal yang luar biasa terhadap penafsiran kembali ditemukan di buku Accad yang sangat bagus Building Bridges (1997). Sebagai seorang sarjana Arab dan pendeta, ia menyarankan cara bahwa Muhammad, Al Qur’an, dan ayat-ayat Al Qur’an yang kelihatannya menyangkal penyaliban dapat ditafsir ulang (hal. 34-46; 138-141). Dia mengutip, juga, contoh Muslim yang telah berhasil menetap dalam komunitas Islam setelah menerima Kristus, beberapa menyebut diri mereka sebagai "Muslim yang benar-benar berserah kepada Allah melalui pengorbanan Isa Sang Mesias "(hal. 35).

Panduan untuk Menghindari Sinkretisme dalam Gerakan C5

Ide kaum Muslim pengikut Yesus atau masjid Mesianik telah diusulkan oleh sejumlah misiolog utama (lihat Winter, 1981; Kraft, 1979; Conn, 1979; Woodberry, 1989). Kita perlu panduan, bagaimanapun, sehingga pernyataan iman C5 tidak tergelincir ke dalam sebuah sinkretisme yang berbahaya. Mereka yang bekerja dengan orang percaya baru harus setidaknya menekankan di dalam proses pemuridan hal-hal berikut:

  1. Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, tidak ada keselamatan di luar dirinya.
  2. Orang percaya baru mempelajari Injil (dan Taurat dan Zabur jika tersedia) dan menerapkan ajaran-ajaran dan perintah-perintahnya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
  3. Orang percaya baru bertemu secara teratur dengan orang percaya C5 lainnya memahami bahwa mereka adalah penyataan lokal dari tubuh Isa Sang Mesias.
  4. Orang percaya baru meninggalkan dan dikeluarkan dari okultisme dan praktek Islam tradisional yang berbahaya (yaitu, perdukunan, doa kepada orang-orang kudus, penggunaan susuk, kutukan, mantera, dll).
  5. Praktek dan tradisi Muslim (misalnya, puasa, sedekah, sunat, menghadiri masjid, mengenakan

penutup kepala, menahan diri dari babi dan alkohol, dll) dilakukan sebagai ungkapan kasih kepada Allah dan / atau menghormati sesama, bukan sebagai tindakan yang diperlukan untuk menerima pengampunan dosa.

  1. Al-Qur'an, Muhammad, dan teologi Muslim tradisional diperiksa, dinilai, dan ditafsirkan kembali

(jika perlu) dalam terang kebenaran Alkitab. Keyakinan dan praktek Muslim alkitabiah yang dapat diterima dipertahankan, yang lain dimodifikasi, beberapa harus ditolak.

  1. Orang percaya baru menunjukkan bukti kelahiran baru dan pertumbuhan dalam kasih karunia (misalnya, buah Roh, kasih yang bertambah, dll) dan kerinduan untuk menjangkau yang terhilang (misalnya, bersaksi dan berdoa syafaat secara verbal).

Kita harus ingat bahwa orang percaya C5 pada beberapa titik dapat dikeluarkan dari komunitas Islam. C5 mungkin hanyalah sebagai transisi, seperti yang Parshall sarankan. Namun, apakah tidak jauh lebih baik bagi kaum Muslim pengikut Yesus untuk berbagi Kabar Baik selama berbulan-bulan atau tahun dengan sesama Muslim yang akhirnya dapat mengusir mereka, daripada meninggalkan keluarga dan komunitas mereka berdasarkan pilihan mereka sendiri, dianggap sebagai pengkhianat oleh orang-orang yang mereka cintai?

Kesimpulan

Jika mungkin satu rintangan terbesar untuk melihat kaum Muslim datang beriman di dalam Kristus bukanlah rintangan teologis (yaitu, menerima Yesus sebagai Tuhan) melainkan rintangan budaya dan identitas religius (yaitu, harus meninggalkan komunitas Islam), tampaknya bahwa demi Kerajaan Allah sebagian besar energi misi kita harus ditujukan untuk mencari jalan dimana umat Islam dapat tetap menjadi Muslim, namun hidup sebagai pengikut sejati dari Tuhan Yesus. Isu-isu terkait dalam pendekatan demikian adalah penuh duri dan kompleks serta memerlukan pertimbangan dari sejumlah bidang yang berbeda (misalnya, sejarah gereja, sejarah Islam, teologi, misiologi). Konsultasi terutama terdiri dari orang-orang yang terlibat dalam menyaksikan Kristus kepada umat Islam, yang dapat memegang erat implikasi dari C5, akan berfaedah. Setiap jenis pelayanan yang dilakukan di dunia Muslim melibatkan risiko besar. Tapi demi jutaan jiwa terikat untuk selamanya tanpa Kristus, dan untuk kemuliaan Allah, risiko, upaya, dan ketegangan sebanding dengan harganya.


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas