PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Asia Selatan: Sayuran, Ikan, dan tempat ibadah M Mesianik

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Shah Ali

Shah Ali adalah nama samaran sebagai pengikut Kristus dari keluarga muslim di Asia Selatan. Identitasnya disembunyikan (sekarang ini ada penganiayaan orang Kristen di negerinya). Dia menerjemahkan Perjanjian baru ke dalam bahasa nasional dengan menggunakan istilah-istilah muslim.

J. Dudley Woodberry

J. Dudley Woodberry adalah seorang Dekan Emeritus dan Profesor Senior Islamic Studies di School of Intercultural Studies, Fuller Theological Seminary. Dia telah melayani di Pakistan, Afghanistan, dan Saudi Arabia. Buku-bukunya antara lain Muslims and Chistians on the Emmaus Road and From Seed to Fruit: Global Trends, Fruitful Practices, dan Emerging Issues. Dari “South Asia: Vegetables, Fish and Messianic Mosques,” Theology, News and Notes (March 1992), pp. 12-13. Digunakan dengan izin dari Fuller Theological Seminary, Pasadena, CA.

Ayah muslim saya mencoba untuk membunuh saya dengan sebilah pedang ketika saya menjadi pengikut Yesus setelah membandingkan Qur’an dengan Alkitab. Dia mengartikan keputusan saya sebagai penolakan terhadap bukan saja iman saya, tetapi juga terhadap keluarga dan budaya saya. Berdasarkan sejarah, petobat orang Kristen sangat banyak dari komunitas Hindu dan telah memasukkan kata-kata Hindu dan bentuk-bentuk Barat ke dalam ibadah mereka.

Dalam usaha untuk menyatakan iman saya, saya menghadapi dua macam masalah. Pertama, seperti yang diindikasikan, kekristenan tampak asing. Kedua, usaha-usaha oleh orang kristen untuk memenuhi kebutuhan manusia terbesar di dalam wilayah yang seringkali membawa/menghasilkan perhatian oportunistik, petobat yang tidak sungguh-sungguh dan sebagai akibatnya kemarahan mayoritas muslim.

Iman Kristen dalam Jubah Muslim

Saya baru bisa berurusan dengan asingnya kekristenan ketika seorang misionaris mempekerjakan saya untuk menerjemahkan Perjanjian baru menggunakan perbendaharaan kata muslim bukannya Hindu dan menamainya dengan nama muslim, the Injil Sharif (“Nobel Gospel”). Ribuan injil dibawa, sebagian besar oleh kaum muslim, yang sekarang menerimanya sebagai “injil” yang diberitakan Qur’an. Pendekatan ini bisa didukung tidak hanya secara pragmatis dengan hasil yang menakjubkan tetepi, lebih penting, secara teologis juga. Tidak seperti Kitab Suci Hindu, Al Qur’an banyak bahan yang sama dengan Alkitab. Bahkan, sebagian besar istilah teologis muslim disadur dari Yahudi dan Kristen.

Setelah itu, seorang lulusan Fuller School of World Mission meminta saya untuk melatih 25 pasangan untuk tinggal di desa-desa dan mengerjakan pengembangan pertanian. Hanya satu pasangan yang berlatar belakang muslim. Semua pasangan lain yang tidak berlatar belakang muslim kesulitan. Kaum muslim akan saling berkunjung tetapi tidak akan memakan makanan mereka sampai mereka mandi di pagi hari, karena itu ada pembersihan secara formalitas berdasarkan hukum muslim setelah tidur dengan pasangan mereka. Pasangan Kristen disebut para malaikat karena mereka begitu baik, jujur, rela berkorban, dan berdoa kepada Allah. Tetapi, mereka tidak benar-benar dianggap religius karena mereka tidak melaksanakan ritual muslim berdoa lima kali sehari.

Sesudah itu, kami hanya memekerjakan pasangan yang mengikut Yesus dengan latar belakang muslim, dan kami mengembangkan sebuah ritual doa yang menjalankan semua bentuk dan isi yang dimiliki baik Muslim maupun Kristen tetapi menggantikan bagian Al Qur’an dengan Alkitab. Sedikit penyesuaian diperlukan karena Islam mula-mula menyadur banyak sekali dari kebiasaan Yahudi dan Kristen di dalam formulasi “pilar-pilar” pengamatan religius (pengakuan iman, ritual doa, persembahan, puasa dan ziarah).

Rekan muslim kita mengartikan “Kekristenan” sebagai “agama asing orang kafir,” jadi kita sering menunjuk diri kami sebagai “kaum muslim” (secara hurufiah , “hamba-hamba Allah”). Pentingnya taat kepada Allah sudah pasti orang Kristen (Yakobus 4:7) dan murid-murid Yesus menyebut diri mereka “kaum muslim” menurut Al Qur’an (5:111).

Ketika para penduduk desa telah memutuskan untuk mengikut Kristus, orang-orang terus memakai masjid untuk beribadah kepada Allah – tetapi sekarang melalui Kristus. Dimana mungkin, para pemimpin doa masjid yang lama (para imam) dilatih untuk melanjutkan peran mereka sebagai pemimpin rohani.

Bujukan, Kuasa dan Orang-orang

Allah memakai alat yang lain seperti halnya kontekstualisasi untuk membawa kaum muslim untuk beriman di dalam Kristus. Di beberapa kesempatan saya mengikuti diskusi publik dengan para guru muslim (malvis) dan telah mampu menunjukkan bahwa, bertentangan dengan keyakinan pada umumnya, Al Qur’an tidak menyebut Muhammad sebagai perantara. Melainkan, menyatakan bahwa pada hari penghakiman “perantaraan tidak akan bermanfaat , kecuali (bahwa oleh) Dia yang kepada-Nya Yang maha Pengampun akan memberi izin, dan yang perkataan-Nya Dia berkenan” (5:109 Egyptian ed./108 Fluegel ed.) tetapi Injil (“injil”), yang berasal di Allah menurut Al Qur’an (5:47/51), tidak hanya menyatakan bahwa Allah memperkenan Yesus (mis Matius 3:17) tetapi juga bahwa Dia juga adalah satu-satunya Perantara (1 Tim 2:5).

Allah juga telah menunjukkan kuasa-Nya dengan menjawab doa – kesembuhan anak gadis berusia 3 tahun yang menurut dokter akan segera meninggal dalam beberapa jam; dikirimnya hujan dan dihentikannya banjir; dan munculnya seorang tak dikenal menghentikan sekumpulan banyak orang berbelok dari pembunuhan imam yang mengikut Kristus.

Usaha yang disengaja telah dibuat untuk membantu perkembangan gerakan bagi Kristus secara kelompok daripada perorangan. Orang-orang hanya akan dibaptis jika kepala keluarga dibaptis. Usaha-usaha dibuat untuk melihat bahwa pada pemimpin memahami pesannya. Seorang syeik mistik Muslim (Sufi), setelah mengetahui bahwa selubung kuil telah disewa dari atas sampai ke bawah, melepaskan sorban muslimnya, mengikut Kristus dan membawa para pengikutnya bersama dengannya.

Karena buta huruf yang tinggi, bahan-bahan Alkitab dan pelatihan direkan di dalam kaset-kaset , dan pemutar kaset yang tidak mahal disediakan bagi para penduduk desa.

Terjadi penganiayaan. Pusat pelatihan kami ditutup. Sebuah pengadilan digelar menentang saya dan ketiga rekan kerja. Demikian juga, ada gesekan diantara para pemimpin dan kesalahpemahaman kelompok Kristen lainnya. Tetapi gerakan orang-orang bagi Kristus terus berlanjut. Sebagian besar orang percaya tetap tinggal di mesjid-mesjid Mesianik yang independen, tetapi beberapa jemaat dikontekstualisasikan telah bergabung dengan denominasi utama. Orang-orang lainnya masih terserap ke dalam gereja berlatar belakang Hindu tradisional.

Ke arah Tanggung Jawab Bantuan Sendiri

Selain berusaha untuk menyatakan iman di dalam bentuk budaya yang bermakna, kita telah berusaha untuk memenuhi kebutuhan terbesar di sekitar kita. Kita mau memproklamasikan kerajaan dan mendemonstrasikan nilai-nilainya. Berusaha untuk melakukan keduanya menghadirkan beberapa masalah tertentu.

Pertama, ada masalah memakai kebutuhan manusia untuk tujuan penginjilan – dengan memanipulasi orang-orang dan menarik orang-orang serong hati. Sebagai akibatnya, kita menolong semua penduduk desa disamping ikatan religiusnya dan tidak memberi bantuan keuangan untuk mesjid Yesus atau imam mereka.

Kedua, penjajah yang dulu menjajah kemandirian yang dengan mudah beralih ke penerima donor yang mandiri.

Ketiga, bahkan distribusi bantuan makanan dari luar hanya bisa membantu di dalam kota karena kesulitan distribusi, sementara memberi sedikit insentif kepada para petani untuk menghasilkan lebih karena harga yang dibuat menjadi rendah.

Keempat, pengenalan terhadap teknologi hanya bisa menolong mereka yang memiliki keahlian atau keuangan untuk menggunakannya, sementara orang-orang yang termiskin hanya bisa menonton jurang pemisah antara yang kaya dan yang tidak kaya semakin lebar.

Untuk mengatasi permasalahan ini kita telah mengikuti praktek perkembangan umum seperti peminjaman penanaman bibit yang dibayar pada musim menuai dan menyediakan pompa yang dibayar dari produktivitas yang meningkat. Namun, sekarang, kita sedang menyesuaikan sebuah program yang dikembangkan di Asia Tenggara yang seharusnya menyatakan kepedulian Kristen secara holistik, mengatasi permasalahan yang diuraikan dan memastikan bahwa gereja pribumi tetap menyokong diri sendiri.

Programnya adalah melatih pekerja nasional dalam membuat pendirian gereja kontekstual dan mengintegrasikan sistem pengolahan ikan dan sayuran. Sebagai balasannya, para pekerja diutus kedaerah-daerah yang membutuhkan dimana mereka bertanggung jawab untuk melatih para petani lokal di dalam teknologi yang dengan mudah dapat ditransfer supaya mereka bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Populasi yang bertambah berarti kurangnya lahan yang tersedia untuk diolah, dan sedikitnya infrastruktur transportasi berarti makanan harus diproduksi dekat dengan pemakaiannya.

Sistem produksi makanan yang intensif dikembangkan dimana-mana. Di dalam sistem itu, kolam ikan digali dan pengerukan tanah dipakai untuk menambah lahan sayuran. Kelebihan batang dan daun dari sayuran digunakan untuk memberi makan ikan, dan kotoran ikan digunakan sebagai pupuk untuk sayuran. Pusat produksi makanan ada di dalam menjalani jarak pusat urban regional untuk penjualan harian dan menyediakan ruang bagi pelatihan para petani regional dan para pemimpin mesjid Yesus.

Konsep mesjid-mesjid Mesianik dan muslim yang murni (mengikuti model rumah pertemuan mesianik dan orang-orang Yahudi murni) masih menyebabkan kesalahpahaman yang besar di antara orang-orang kristen lainnya. Kombinasi pelayanan penginjilan dan kemanusiaan oleh orang-orang yang sama juga menambah kepedulian diantara mereka yang merasa bahwa agen-agen kristen seharusnya hanya berfokus pada satu atau lainnya.

Meskipun demikian, model-model yang kita kembangkan telah dipakai oleh Allah di dalam menambah banyak murid baru dan menyatakan perhatian-Nya bagi orang-orang secara total dengan kebutuhan psikis dan fisik. Sama seperti gerakan muslim Mesianik telah meluber keluar ke negeri-negeri tetangga melalui kunjungan kerabat yang normal; ketika rekan-rekan dan saya mengunjungi negeri Asia Tenggara baru-baru ini, seluruh desa Muslim mulai mengikut Yesus.


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas