PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Orang Miskin Perkotaan: Siapakah Kami?

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari
 
Baris 4: Baris 4:
''Dari Cry of the Urban Poor, 1992, MARC Publications. Digunakan dengan ijin dari penulis.''
''Dari Cry of the Urban Poor, 1992, MARC Publications. Digunakan dengan ijin dari penulis.''
-
Bagaimana jika ukuran populasi dunia Muslim atau Hindu berlipat ganda setiap sepuluh tahun? Selanjutnya, seandainya blok populasi ini ditemukan sebagai kalangan di antara yang paling responsif terhadap Injil di dunia? Bagaimana ini akan memengaruhi strategi misi Kristen kita sekarang? Apakah kita akan menerima tantangan itu? Jawabannya adalah “Ya!” yang dramatis. Namun jumlah penghuni liar perkotaan dan penghuni kawasan kumuh di kota-kota besar dunia merupakan sebuah blok besar seperti Muslim ataupun Hindu; jumlahnya berlipat ganda setiap dekade, dan semua indikator menunjukkan itu merupakan sebuah kelompok yang responsif.Secara logis, misionaris harus mengayun strategi mereka untuk menjadikan kelompok-kelompok ini sebagai target prioritas mereka. Sebagian besar orang yang pindah ke kota-kota-mega akan pindah ke kawasan kumuh (Bangkok), daerah kumuh (Manila), kota-kota kumuh (Afrika Selatan), ''bustees'' (India), ''bidonvilles'' (Maroko), ''favelas'' (Brasil), ''casbahs ''(Aljazair), ''ranchitos'' (Venezuela), ''ciudades perdidas'' (Meksiko) dan ''barriadas'' atau ''pueblos jovenes'' (Peru). Saya akan menjelaskan ini secara umum dengan istilah daerah liar. Hal-hal ini cenderung menjadi harapan pemukiman kumuh. Penghuni mereka telah datang mencari pekerjaan, menemukan beberapa tanah kosong dan lama kelamaan menjadi mapan. Mereka membangun rumah mereka, mencari pekerjaan dan mengembangkan beberapa hubungan komunal yang serupa dengan yang ada di desa-desa asal mereka. Dalam harapan pemukiman kumuh, kekuatan-kekuatan sosial dan pengharapan-pengharapan menciptakan tingkat penerimaan yang tinggi terhadap Injil.Misi hari ini harus menjangkau suku terakhir dan memenuhi komitmen awal bagi orang miskin perkotaan. Namun strategi misi yang baru harus juga berfokus pada titik penting peperangan rohani untuk kota-kota-mega. Dalam sasaran yang luas ini, misi untuk orang miskin perkotaan menjadi target sentral, karena mereka adalah korban utama penindasan dan kejahatan kota-kota-mega dan negara-negara bangsa. Mereka terbayang besar di dalam hati Allah. Di antara kelompok orang yang paling banyak dijangkau hari ini adalah orang-orang pindahan yang miskin yang telah berpindah ke kota dan hidup dalam komunitas daerah liar.  
+
Bagaimana jika ukuran populasi dunia M atau Hindu berlipat ganda setiap sepuluh tahun? Selanjutnya, seandainya blok populasi ini ditemukan sebagai kalangan di antara yang paling responsif terhadap Injil di dunia? Bagaimana ini akan memengaruhi strategi misi Kristen kita sekarang? Apakah kita akan menerima tantangan itu? Jawabannya adalah “Ya!” yang dramatis. Namun jumlah penghuni liar perkotaan dan penghuni kawasan kumuh di kota-kota besar dunia merupakan sebuah blok besar seperti M ataupun Hindu; jumlahnya berlipat ganda setiap dekade, dan semua indikator menunjukkan itu merupakan sebuah kelompok yang responsif.Secara logis, misionaris harus mengayun strategi mereka untuk menjadikan kelompok-kelompok ini sebagai target prioritas mereka. Sebagian besar orang yang pindah ke kota-kota-mega akan pindah ke kawasan kumuh (Bangkok), daerah kumuh (Manila), kota-kota kumuh (Afrika Selatan), ''bustees'' (India), ''bidonvilles'' (Maroko), ''favelas'' (Brasil), ''casbahs ''(Aljazair), ''ranchitos'' (Venezuela), ''ciudades perdidas'' (Meksiko) dan ''barriadas'' atau ''pueblos jovenes'' (Peru). Saya akan menjelaskan ini secara umum dengan istilah daerah liar. Hal-hal ini cenderung menjadi harapan pemukiman kumuh. Penghuni mereka telah datang mencari pekerjaan, menemukan beberapa tanah kosong dan lama kelamaan menjadi mapan. Mereka membangun rumah mereka, mencari pekerjaan dan mengembangkan beberapa hubungan komunal yang serupa dengan yang ada di desa-desa asal mereka. Dalam harapan pemukiman kumuh, kekuatan-kekuatan sosial dan pengharapan-pengharapan menciptakan tingkat penerimaan yang tinggi terhadap Injil.Misi hari ini harus menjangkau suku terakhir dan memenuhi komitmen awal bagi orang miskin perkotaan. Namun strategi misi yang baru harus juga berfokus pada titik penting peperangan rohani untuk kota-kota-mega. Dalam sasaran yang luas ini, misi untuk orang miskin perkotaan menjadi target sentral, karena mereka adalah korban utama penindasan dan kejahatan kota-kota-mega dan negara-negara bangsa. Mereka terbayang besar di dalam hati Allah. Di antara kelompok orang yang paling banyak dijangkau hari ini adalah orang-orang pindahan yang miskin yang telah berpindah ke kota dan hidup dalam komunitas daerah liar.  
Selama 40 tahun terakhir, sekitar dua milyar orang lebih telah pindah dari daerah pedesaan ke kota-kota. Dalam 10 tahun ke depan, 500 juta yang lain akan naik bus dengan banyak barang datang ke kota-kota. Bagi sebagian besar dari mereka, langkah pertama adalah masuk ke daerah liar, yaitu pusat dari kegelapan besar dan kegiatan setan. Antara tahun 1950 dan 1980, pertumbuhan perkotaan di kota-kota mega Dunia Ketiga naik dari 275 juta menjadi hanya di bawah satu milyar. Pada tahun 2000, hampir dua kali lipat mencapai lebih dari 1,85 milyar. Dimana pun bisa ditemukan lahan, gubuk dan tempat tinggal dari kayu akan didirikan. Sedikit pemerintah yang memiliki kapasitas untuk mencegahnya atau untuk melayani kebutuhan orang-orang yang berdatangan itu. Bahkan Amerika Serikat tidak dapat kebal ketika ekonominya melemah. Beberapa yang paling miskin dari orang miskin tinggal di rumah-rumah lumpur di jalanan kota Dhaka yang modern di Bangladesh. Di kota yang berpenduduk lebih dari 12 juta orang ini, diperkirakan 3,5 juta tinggal di lebih dari 3.000 kawasan liar. Karena kurangnya bahan baku dan faktor-faktor lainnya, ada sedikit kemungkinan bagi pertumbuhan industri kota untuk mengikuti gelombang migrasi itu. Hampir semua pertumbuhan penduduk dunia dalam dekade berikutnya akan ada di kota-kota. Penduduk pedesaan akan cenderung tetap pada tingkat saat ini. Biasanya ada satu kota-mega per negara. Sebuah kota-mega cenderung menguras sumber daya dari seluruh negerinya. Birokrasinya mengunci potensi bagi pertumbuhan di kota-kota yang lebih kecil. Kota terbesar berikutnya, lazimnya, hanya 10% dari ukuran kota-mega. Chiang Mai, kota terbesar kedua di Thailand, misalnya, 30 kali lebih kecil daripada Bangkok.
Selama 40 tahun terakhir, sekitar dua milyar orang lebih telah pindah dari daerah pedesaan ke kota-kota. Dalam 10 tahun ke depan, 500 juta yang lain akan naik bus dengan banyak barang datang ke kota-kota. Bagi sebagian besar dari mereka, langkah pertama adalah masuk ke daerah liar, yaitu pusat dari kegelapan besar dan kegiatan setan. Antara tahun 1950 dan 1980, pertumbuhan perkotaan di kota-kota mega Dunia Ketiga naik dari 275 juta menjadi hanya di bawah satu milyar. Pada tahun 2000, hampir dua kali lipat mencapai lebih dari 1,85 milyar. Dimana pun bisa ditemukan lahan, gubuk dan tempat tinggal dari kayu akan didirikan. Sedikit pemerintah yang memiliki kapasitas untuk mencegahnya atau untuk melayani kebutuhan orang-orang yang berdatangan itu. Bahkan Amerika Serikat tidak dapat kebal ketika ekonominya melemah. Beberapa yang paling miskin dari orang miskin tinggal di rumah-rumah lumpur di jalanan kota Dhaka yang modern di Bangladesh. Di kota yang berpenduduk lebih dari 12 juta orang ini, diperkirakan 3,5 juta tinggal di lebih dari 3.000 kawasan liar. Karena kurangnya bahan baku dan faktor-faktor lainnya, ada sedikit kemungkinan bagi pertumbuhan industri kota untuk mengikuti gelombang migrasi itu. Hampir semua pertumbuhan penduduk dunia dalam dekade berikutnya akan ada di kota-kota. Penduduk pedesaan akan cenderung tetap pada tingkat saat ini. Biasanya ada satu kota-mega per negara. Sebuah kota-mega cenderung menguras sumber daya dari seluruh negerinya. Birokrasinya mengunci potensi bagi pertumbuhan di kota-kota yang lebih kecil. Kota terbesar berikutnya, lazimnya, hanya 10% dari ukuran kota-mega. Chiang Mai, kota terbesar kedua di Thailand, misalnya, 30 kali lebih kecil daripada Bangkok.

Revisi terkini pada 14:54, 18 Desember 2013

Draf Buku Perspektif


Viv Grigg

Viv Grigg adalah Direktur Internasional dari Yayasan Kepemimpinan Perkotaan, memanggil para pekerja ke daerah-daerah kumuh di kota-kota dunia ketiga. Beliau telah merintis tim-tim di Manila dan Calcutta, dan mengatalisasi misi-misi apostolik dari berbagai negara bagi orang-orang di daerah kumuh. Beliau adalah penulis Companion to the Poor, Cry of the Urban Poor, danTransforming Cities.

Dari Cry of the Urban Poor, 1992, MARC Publications. Digunakan dengan ijin dari penulis.

Bagaimana jika ukuran populasi dunia M atau Hindu berlipat ganda setiap sepuluh tahun? Selanjutnya, seandainya blok populasi ini ditemukan sebagai kalangan di antara yang paling responsif terhadap Injil di dunia? Bagaimana ini akan memengaruhi strategi misi Kristen kita sekarang? Apakah kita akan menerima tantangan itu? Jawabannya adalah “Ya!” yang dramatis. Namun jumlah penghuni liar perkotaan dan penghuni kawasan kumuh di kota-kota besar dunia merupakan sebuah blok besar seperti M ataupun Hindu; jumlahnya berlipat ganda setiap dekade, dan semua indikator menunjukkan itu merupakan sebuah kelompok yang responsif.Secara logis, misionaris harus mengayun strategi mereka untuk menjadikan kelompok-kelompok ini sebagai target prioritas mereka. Sebagian besar orang yang pindah ke kota-kota-mega akan pindah ke kawasan kumuh (Bangkok), daerah kumuh (Manila), kota-kota kumuh (Afrika Selatan), bustees (India), bidonvilles (Maroko), favelas (Brasil), casbahs (Aljazair), ranchitos (Venezuela), ciudades perdidas (Meksiko) dan barriadas atau pueblos jovenes (Peru). Saya akan menjelaskan ini secara umum dengan istilah daerah liar. Hal-hal ini cenderung menjadi harapan pemukiman kumuh. Penghuni mereka telah datang mencari pekerjaan, menemukan beberapa tanah kosong dan lama kelamaan menjadi mapan. Mereka membangun rumah mereka, mencari pekerjaan dan mengembangkan beberapa hubungan komunal yang serupa dengan yang ada di desa-desa asal mereka. Dalam harapan pemukiman kumuh, kekuatan-kekuatan sosial dan pengharapan-pengharapan menciptakan tingkat penerimaan yang tinggi terhadap Injil.Misi hari ini harus menjangkau suku terakhir dan memenuhi komitmen awal bagi orang miskin perkotaan. Namun strategi misi yang baru harus juga berfokus pada titik penting peperangan rohani untuk kota-kota-mega. Dalam sasaran yang luas ini, misi untuk orang miskin perkotaan menjadi target sentral, karena mereka adalah korban utama penindasan dan kejahatan kota-kota-mega dan negara-negara bangsa. Mereka terbayang besar di dalam hati Allah. Di antara kelompok orang yang paling banyak dijangkau hari ini adalah orang-orang pindahan yang miskin yang telah berpindah ke kota dan hidup dalam komunitas daerah liar.

Selama 40 tahun terakhir, sekitar dua milyar orang lebih telah pindah dari daerah pedesaan ke kota-kota. Dalam 10 tahun ke depan, 500 juta yang lain akan naik bus dengan banyak barang datang ke kota-kota. Bagi sebagian besar dari mereka, langkah pertama adalah masuk ke daerah liar, yaitu pusat dari kegelapan besar dan kegiatan setan. Antara tahun 1950 dan 1980, pertumbuhan perkotaan di kota-kota mega Dunia Ketiga naik dari 275 juta menjadi hanya di bawah satu milyar. Pada tahun 2000, hampir dua kali lipat mencapai lebih dari 1,85 milyar. Dimana pun bisa ditemukan lahan, gubuk dan tempat tinggal dari kayu akan didirikan. Sedikit pemerintah yang memiliki kapasitas untuk mencegahnya atau untuk melayani kebutuhan orang-orang yang berdatangan itu. Bahkan Amerika Serikat tidak dapat kebal ketika ekonominya melemah. Beberapa yang paling miskin dari orang miskin tinggal di rumah-rumah lumpur di jalanan kota Dhaka yang modern di Bangladesh. Di kota yang berpenduduk lebih dari 12 juta orang ini, diperkirakan 3,5 juta tinggal di lebih dari 3.000 kawasan liar. Karena kurangnya bahan baku dan faktor-faktor lainnya, ada sedikit kemungkinan bagi pertumbuhan industri kota untuk mengikuti gelombang migrasi itu. Hampir semua pertumbuhan penduduk dunia dalam dekade berikutnya akan ada di kota-kota. Penduduk pedesaan akan cenderung tetap pada tingkat saat ini. Biasanya ada satu kota-mega per negara. Sebuah kota-mega cenderung menguras sumber daya dari seluruh negerinya. Birokrasinya mengunci potensi bagi pertumbuhan di kota-kota yang lebih kecil. Kota terbesar berikutnya, lazimnya, hanya 10% dari ukuran kota-mega. Chiang Mai, kota terbesar kedua di Thailand, misalnya, 30 kali lebih kecil daripada Bangkok.

Daftar isi

Harapan di Tengah-tengah Keputusasaan

Seorang teman saya, seorang pengusaha Kiwi, bertanya kepada dua orang di jalanan di Calcutta, “Bisnis apa yang akan kamu kerjakan jika kamu melakukannya di jalanan?” Mereka menjawab, “kami akan mendirikan warung teh.” Beberapa pembicaraan lebih lanjut mendatangkan sebuah kesimpulan bahwa yang pantas adalah untuk mendapatkan $100. Untuk mendapatkan jalanan yang tidak ditempati membutuhkan waktu 10 hari pencarian. Mereka hanya harus membayar polisi sebesar dua rupee yang wajar setiap hari untuk perlindungan, namun membayar mafia lokal memotong keuntungan mereka sampai nol. Tidak mampu membayar mafia, maka anggota keluarga akan dipukuli.

Kota Sukacita

Calcutta, oh Calcutta! Sebuah kota dimana kuasa kegelapan telah mendapatkan begitu banyak kontrol atas kepemimpinan politik dan peradilan sehingga hanya kegelapan yang berlaku, dan mafia menguasai masyarakat kota. Kemiskinan dan kejahatan menang dan menempati kehidupan orang-orang biasa sampai mereka tidak betah dengan penderitaan. Calcutta dikenal sebagai “Kota Sukacita” karena sebuah novel karya Dominique Lapierre yang dengan jelas melukiskan penghuni perkotaan yang miskin merayakan kehidupan yang bermartabat di tengah-tengah ketidakadilan yang menyiksa. 1

Calcutta memiliki lebih banyak kemiskinan dan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi daripada kota lain di dunia. Saya menyusuri jalanan, dan satu sosok seperti hantu yang kurang makan, bayi di gendongan, mengejar saya memohon, memohon. Ada empat dari mereka yang berjuang setiap hari di wilayah ini. Seorang yang diamputasi gemetar memegang cangkirnya di sudut; seorang pria tua tergeletak di jalan yang lebih jauh, hampir mati. Pada tahun 1981, Geoffrey Moorehouse memperkirakan bahwa ada 400.000 orang laki-laki di kota tanpa pekerjaan.2 Sensus tahun 1981 menyebutkan di angka 851.806. Tapash Ganguly berkomentar bahwa, di tahun 1985, mungkin tidak ada kota lain yang memiliki satu juta pemuda berpendidikan yang terdaftardi pertukaran pekerjaan.

Ada kemiskinan di seluruh India, namun tidak ada kemiskinan pada skala Calcutta. Di luar pengemis, ada 48.000 sampai 200.000 orang yang tinggal secara permanen di jalanan. Sebuah survei pada tahun 1980-an menunjukkan bahwa dua per tiga dari mereka memiliki beberapa jenis pekerjaan biasa, sedangkan 20% adalah pengemis. Sebagian besar memiliki beberapa jenis pekerjaan paruh waktu atau mendapatkan uang dengan berjualan sayuran, kertas, kayu bakar dan barang sisa. Pertanian dan kerajinan kecil, bukan manufaktur yang besar atau modern, adalah (dan masih) pekerjaan utama masyarakatnya. Sebanyak 80% dari perluasan permukaan tanah seluas 1.350 kilometer persegi, ada 3,15 juta bustee dan penghuni kawasan kumuh. 4

Ada tingkat kemiskinan yang masih lebih rendah daripada yang dialami oleh pengemis, orang yang tinggal di jalanan, atau penghuni bustee, yaitu kemiskinan orang yang mendekati kematian. Sekarat terlihat di sepanjang jalanan. Seorang pria tua, matanya menatap kosong.

Beberapa orang yang lewat meninggalkan sedikit uang receh. Sebuah kunjungan bersama Brothers of Charity kepada orang-orang yang tidur di jalanandi bawah jembatan layang yang belum selesai dibangun. Sebuah permohonan menyedihkan dari seorang ibu penuh uban menggigil hebat kena demam meminta beberapa uang receh untuk membeli obat. Di belakangnya, dua anak laki-laki yang gendut perutnya saja menunjukkan gizi buruk tingkat pertama mereka. Tuntutan sehari-hari Calcutta yang kita hadapi bukan hanya kemiskinan, bukan hanya ketidakmanusiawian, tetapi juga wajah pucat menjelang ajal ini. Beban meningkat karena mengetahui bahwa kelekatan yang terlalu dalam pada kemiskinan yang terus-menerus diduga mengakibatkan lima kali dari jumlah orang keluar dari tanah pedesaan di generasi berikutnya. Kenyataannya adalah di sana tidak ada lagi lahan, tidak mungkin lagi ada pembagian pertanian. Produktivitas pertanian yang meningkat hanya akan menambah migrasi, karena akan meningkatkan jumlah anak-anak yang hidup tanpa memperbaiki kualitas kehidupan pedesaan.

Pertengkaran terus-menerus dari para politikus Benggala adalah kematian bagi orang-orang miskin ini, juga merupakan terlepasnyaekonomi yang diperkenalkan oleh sebuah pemerintahan negara Marxis teoritis – dalam kenyataan sebuah dominasi terus berlanjut oleh kelas penguasa yang kaya.Belenggu abadi kasta dan budaya Hindu menambah kematian.

Perbedaan Antara Orang Miskin Perkotaan Dunia Pertama dengan Dunia Ketiga

Akan menjadi sebuah kesalahan untuk mempertimbangkan bahwa orang miskin hanya dapat ditemukan di daerah kumuh atau kawasan liar. Atau bahwa orang-orang di pemukiman kumuh pastilah semuanya miskin. Kumuh dan kemiskinan tidak dapat disamakan. Dan bahkan di kalangan orang miskin, ada struktur kelas atau peringkat. Lalu apa hubungan antara penghuni kawasan liar dengan kemiskinan?

Jelas kemiskinan adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemiskinan ketika orang tidak memiliki kecukupan mutlak untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka, yaitu pangan, sandang, tempat tinggal. Sesungguhnya, banyak yang berada dalam kemiskinan mutlak kelaparan sampai mati. Di dalam kategori ini ada banyak tingkat. Misalnya, kita bisa berbicara tentang gizi buruktingkat satu, dua dan tiga.

Ciri-ciri Kemiskinan Dunia Pertama dan Dunia Ketiga

Dunia Pertama Dunia Ketiga
Relatif sedikit dalam masyarakat Persentase populasi yang signifikan
Objek diskriminasi Berawal di kelas bawah dan menengah
Mobilitas meningkat yang sulit Mobilitas meningkat dari akar perkotaan dan pedesaan
Mobilitas Pekerjaan yang terbatas Tenaga kerja yang fleksibel dan adaptif
Sulit untuk mendapatkan pekerjaan tetap Generasi kerja yang berinflasi sendiri
Kemiskinan/kesejahteraan “yang pasti” Pencarian nafkah sehari-hari

Kemiskinan relatif ditemukan di negara maju dan diukur dengan melihat pada standar hidup seseorang yang relatif terhadap yang lain dalam komunitas atau bangsanya. Hal ini kadang-kadang disebut kemiskinan sekunder. Kemiskinan relatif adalah ukuran sejauh mana orang berada pada batasan masyarakat. Ukuran kemiskinan relatif atau sekunder ini sering dalam pengertian bukan pada tingkat materi atau ekonomi, namun pada kapasitas untuk memiliki dan membeli barang dan jasa dan memiliki peluang untuk pengembangan. Hal ini seringkali merupakan sebuah pengecualian dari peluang dan partisipasi, sebuah batasan dari masyarakat. Status batasan ini dikaitkan dengan dan disebabkan oleh (atau penyebab dari) standar hidup materi yang rendah dalam hubungan untuk menghadirkan perspektif sosial tentang bagaimana seseorang harus hidup dengan baik. Untuk tidak memiliki mobil di kota New Zealand, misalnya, berarti dia miskin dan sangat tidak mampu berperan dalam masyarakat. Hal ini tidak berlaku di Lima, Peru. Sebuah studi Organisasi Tenaga Kerja Internasional memakai ukuran dari pendapatan untuk menetapkan garis standar kemiskinan, membagi pendapatan total dalam negara dengan populasinya, sehingga menentukan tingkat relatif ini terhadap yang lain di dalam negara. Jadi ketika berbicara tentang kemiskinan di kawasan liar di Dunia Ketiga, kita secara umum berbicara tentang sesuatu yang muncul pada sebuah tingkat yang bahkan tidak terlihat diantara orang miskin di negara Barat. Kelas menengah Calcutta lebih miskin daripada orang miskin di Los Angeles.

Definisi kemiskinan juga adalah, lebih luasnya, sebuah masalah historis yang terus ada. Orang miskin di Manila tidaklah semiskin seperti kelas menengah di Inggris bahkan 400 tahun yang lalu. Namun mereka miskin dibandingkan dengan kelas menengah di negara mana pun di dunia saat ini. Definisi kemiskinan kita telah berubah dengan ketersediaan teknologi yang memungkinkan kita untuk menikmati hidup yang lebih sehat dan lebih bahagia.Kemiskinan juga dapat didefinisikan dalam pengertian dari bisa menjadi apa manusia dan masyarakatnya, dalam hal visi di masa depan dari gaya hidup yang wajar, atau ideal. Ahli Alkitab baru-baru ini menyatukan definisi mereka seputar tema shalom di Perjanjian Lama – damai yang keluar dari sebuah masyarakat yang adil dan aman.

Keputusasaan Orang Kumuh, Harapan Orang Kumuh

Karakteristik fisik dan budaya dari setiap masyarakat liar berbeda dari satu negara kenegara lain. Namun proses yang menghasilkan mereka dan kejahatan yang ada adalah universal di antara kota-kota besar di negara-negara Dunia Ketiga. Kita perlu membedakan antara pusat-kota kumuh yang ada dengan komunitas liar yang baru, karena yang terakhir itu adalah yang lebih sering dijangkau dengan Injil. Pusat-kota kumuh adalah rumah-rumah petak yang membusuk dan tempat tinggal dimana dulunya ada penduduk kelas menengah dan atas yang baik. Mereka mungkin dilukiskan sebagai keputusasaan daerah kumuh, menarik mereka yang telah kehilangan keinginan untuk berusaha dan mereka yang tidak bisa mengatasi. Namun di sana juga ada imigran baru, tinggal dekat kesempatan kerja, dan ribuan mahasiswa, mencari mobilitas ke atas pendidikan.

Di Sao Paulo, sekitar setengah dari imigran miskin yang datang ke kota itu pertama-tama mendapati tempat tinggal di favelas, atau kota-kota kumuh. Yang setengah lagi pindah ke corticos (perumahan pusat-kota yang mati), kemudian dalam empat tahun pindah turun ke dalam favelas. Di Lima disebut tugurios. Dalam keputusasaan perkumuhan kota-dalam ada sedikit perpaduan sosial, atau harapan positif untuk memfasilitasi respon untuk Injil. Karena itu adalah wilayah orang miskin yang lebih tua dari beberapa generasi yang berbuat dosa, mereka tidaklah responsif, dan karenanya bukan merupakan prioritas tinggi untuk perintisan gereja. Dalam hal respon, adalah lebih strategis untuk fokus pada kawasan liar, yang cenderung menjadi harapan bagi orang kumuh. Di sini, orang-orang telah menemukan pijakan ke dalam kota, beberapa lahan kosong, pekerjaan dan beberapa hubungan komunal yang mirip dengan barrio di rumah asal.

Tugas ke Depan

Ke dalam kondisi ini Yesus mengatakan, “Dan inilah hidup yang kekal, mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan Yesus Kristus yang telah Kau utus.” (Yoh 17:3). Konfrontasi hidup dan mati melibatkan bantuan, pengembangan, organisasi, dan politik. Namun sebagaimana Francis Xavier yang brilian (seorang misionaris perintis untuk Asia) belajar di awal kehidupan, masalah dunia ini tidak ditentukan oleh politik dan kekuatan, namun oleh misteri anugerah dan iman. Dalam khotbah salib datangnya pemenang atas kematian yang lambat melanda kota itu. Akhirnya pastilah gerakan orang-orang benar yang bisa mengubah turun naiknya makanan. Pertanyaannya adalah bagaimana menghasilkan gerakan pemuridan di kalangan orang-orang miskin ini dan kemudian di kalangan orang kaya.

Mendefinisikan kemiskinan, jenisnya, penyebab, dan respon yang potensial, merupakan langkah yang penting dalam proses menghasilkan gerakan tersebut. Sebuah pemahaman tentang luasnya kebutuhan dan lingkup respon yang potensialmemungkinkan kita untuk membayangkan baik pada teologi – yaitu, respon-respon Allah – maupun pada kemungkinan strategis untuk diterapkan saatkita berjalan bersama Allah.


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas