You are looking at the HTML representation of the XML format.
HTML is good for debugging, but probably is not suitable for your application.
See complete documentation, or API help for more information.
<?xml version="1.0"?>
<api>
  <query-continue>
    <allpages gapfrom="Sebuah Ciptaan Baru" />
  </query-continue>
  <query>
    <pages>
      <page pageid="37" ns="0" title="Rencana Manusia bagi Segala Suku Bangsa">
        <revisions>
          <rev xml:space="preserve">{{header}}
{{don richardson}}


Jutaan orang Kristen mengetahui bahwa Yesus, pada akhir pelayanan-Nya di bumi, memerintahkan para murid-Nya untuk “pergi, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat. 28:19). Kita menghormati perintah terakhir dan paling luar biasa yang diberikan-Nya ini dengan satu sebutan yang megah Amanat Agung. Namun jutaan dari kita jauh di dalam hati percaya, jika perbuatan kita yang menjadi ukuran yang akurat dari kepercayaan kita (dan Alkitab mengatakan benar demikian), maka Yesus sedang menyatakan suatu perintah yang mengagumkan tanpa memberikan peringatan yang cukup bagi para murid-Nya

	Jika kita membaca keempat kitab Injil secara sepintas lalu maka Amanat Agung terlihat seperti sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya yang ditempelkan pada akhir dari bagian utama pengajaran Yesus. Amanat Agung ini terlihat hampir sepertinya Tuhan kita setelah membukakan segala sesuatu yang sungguh-sungguh dekat di hati-Nya menjentikan jari-Nya dan berkata, “Oh ya, saudara-saudara, ngomong-ngomong, ada satu lagi. Aku ingin kamu sekalian mengumandangkan berita ini ke setiap orang di muka bumi, apa pun bahasa dan budayanya. Tentu, itu juga kalau kalian punya waktu dan merasa bersedia.”

	Apakah Yesus dengan begitu tiba-tiba melemparkan tugas Amanat Agung ini kepada para murid-Nya? Apakah Dia memunculkan hal ini kepada mereka pada saat-saat terakhir tanpa peringatan yang cukup dan meluncur ke sorga sebelum mereka memiliki kesempatan untuk bertanya kepada Dia mengenai kelayakan dari amanat ini? Apakah Dia gagal menyediakan demonstrasi yang masuk akal mengenai cara untuk memenuhinya?

	Berapa sering kita orang-orang Kristen membaca keempat Injil tanpa mengerti dengan cermat begitu limpahnya bukti yang Tuhan telah sediakan untuk menjawab seluruh kesimpulan yang berlawanan! Sebagai contoh, perhatikan betapa dengan penuh welas asih Yesus berjumpa dengan orang-orang dari bangsa lain dan orang Samaria untuk membantu para murid-Nya berpikir secara lintas budaya.

=== Seorang Perwira Romawi ===

Pada suatu peristiwa (Mat. 8:5-13), seorang perwira Romawi, seorang bukan Yahudi, mendekati Yesus dengan permintaan untuk menyembuhkan pelayannya yang sakit. Orang-orang Yahudi, pada saat itu, mendesak Yesus untuk mengabulkan permintaan perwira tersebut. Mereka menjelaskan, “Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami” (Luk. 7:4-5).

	Faktanya, tembok-tembok dan pilar-pilar dari sebuah sinagoge yang kemungkinan dibangun oleh perwira tersebut masih berdiri dua ribu tahun kemudian di dekat pantai utara Laut Galilea! Tetapi perhatikan implikasi dari pemikiran orang-orang Yahudi ini. Mereka berkata bahwa jika perwira tersebut tidak menolong mereka maka Yesus tidak perlu menolongnya atau merasa berbelas kasihan terhadap pelayannya yang sakit! Betapa kerdil pemikiran mereka! Tidak heran Yesus menarik nafas panjang, “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” (Mat. 17:17).

	Yesus berkata kepada perwira tersebut, “Aku akan datang menyembuhkannya.” Pada saat itu, perwira tersebut mengatakan sesuatu yang mengejutkan: “’Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit….’ Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia” tulis Matius. Apa yang begitu mengherankan? Sederhananya ini?pengalaman militer perwira tersebut telah mengajarkan kepadanya sesuatu tentang otoritas. Seperti air selalu mengalir ke bawah demikian juga otoritas selalu mengalir ke eselon di bawahnya (rantai komando). Siapa pun yang tunduk kepada otoritas dari tingkat tertinggi dari sebuah eselon juga mendapat ketaatan dari otoritas yang ada dibawahnya. Perwira itu memperhatikan bahwa Yesus, berjalan dalam ketaatan penuh kepada Tuhan: maka Yesus pasti memiliki otoritas yang penuh atas segala sesuatu yang ada di bawah-Nya? seluruh alam semesta! Maka! Yesus pasti memiliki kemampuan yang tidak terbatas untuk memerintah sesuatu seperti tubuh pelayan yang sakit agar menjadi sembuh!

	Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel” Seperti di dalam wacana yang lain, Yesus menggunakan peristiwa itu untuk mengajar para murid-Nya bahwa orang-orang bukan Yahudi juga berpontensi besar memiliki iman seperti orang Yahudi! Dan mereka menjadi objek yang sah untuk  anugerah Allah juga!

	Bertekad untuk memaksimalkan pokok ini lebih lanjut, Yesus berkata: “Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat [Lukas, seorang penulis kitab Injil yang bukan orang Yahudi menambahkan hal ini dalam catatannya: ‘dari utara dan selatan’] dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan [ini pasti orang Yahudi sebagai umat pilihan] itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi” (Mat. 8:7-12; Luk. 13:28-29).

	Perjamuan biasanya untuk merayakan sesuatu. Perjamuan masa depan apa, yang Anda pikir dihadiri oleh Abraham dan sejumlah besar bangsa bukan Yahudi, yang akan dirayakan?

	Hubungannya dengan Amanat Agung yang mengikuti sudah sangat jelas! Tunggu, masih ada lagi yang lain!

=== Seorang Wanita Kanaan ===

Sesudah itu, seorang wanita Kanaan dari wilayah Tirus dan Sidon memohon belas kasihan Yesus untuk mengusir setan dari tubuh anak perempuannya. Yesus pada awalnya pura-pura acuh tak acuh. Para murid-Nya, pasti lega melihat Mesias mereka tidak mempedulikan orang bukan Yahudi yang mengganggu ini, serta-merta menyimpulkan dengan apa yang mereka pikir adalah perasaan Yesus yang sebenarnya. Mereka lalu berkata, “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak” (Mat. 15:21-28).

	Mereka tidak tahu kalau Yesus sedang menguji mereka. Yesus berkata kepada wanita itu, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Setelah menunjukkan suatu sikap yang tampaknya tidak sensitif terhadap wanita itu, Yesus sekarang tampaknya menunjukkan inkonsistensi juga. Dia telah menyembuhkan banyak orang bukan Yahudi. Atas dasar apa Dia sekarang menolak satu permohonan ini? Seseorang dapat membayangkan para murid mengangguk sinis. Namun mereka tetap tidak curiga. Tidak terganggu dengan semua itu, wanita Kanaan tersebut berlutut di kaki Yesus, memohon, “Tuhan, tolonglah aku!”

	Yesus menjawab, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak.” Kemudian Ia menambahkan hal yang menghancurkan hati? ”dan melemparkannya kepada anjing!” “Anjing” merupakan julukan standar yang orang Yahudi gunakan bagi orang bukan Yahudi, khususnya orang bukan Yahudi yang berusaha mengganggu privasi religius dan hak istimewa dari orang Yahudi. Dengan kata lain, sekarang Yesus melengkapi sikap-sikap-Nya sebelumnya, yaitu “tidak sensitif” dan “tidak konsisten” dengan sikap yang lebih buruk lagi ”kejam.”

	Benarkah ini yang dikatakan Juruselamat dunia? Tak perlu heran para murid-Nya berpikir rujukan-Nya cukup tepat dalam situasi tersebut. Tetapi ketika dada mereka membusung penuh karena kebanggaan akan ras, wanita Kanaan itu mungkin telah melihat kedipan di mata Yesus dan menyadari kebenarannya!

	”Benar, Tuhan,” wanita tersebut kemudian menjawab dengan begitu rendah hati, tak perlu dikatakan secara tidak kentara, “namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (Lih. Mrk. 7:26-30).

	Yesus menjawab dengan sukacita, “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Tidak, Yesus bukan sedang berubah-ubah! Inilah yang dari dulu Ia bermaksud lakukan. Tidak lama setelah peristiwa ini, Yesus mengajarkan para murid-Nya tentang perbedaan antara ketidaktahiran yang sejati dan yang semu. Inilah cara Yesus menjelaskan semua inie.

	Matius mencatat, “Dan seketika itu juga anaknya sembuh” (Mat. 15:28).

=== Sebuah Desa Orang Samaria ===

Pada peristiwa berikutnya Yesus dan kelompok-Nya mendekati sebuah desa orang Samaria, orang-orang Yahudi menolak menyambut Dia. Yakobus dan Yohanes, dua murid yang disebut Yesus sebagai “anak guntur” karena tempramen mereka yang mudah meledak, sangat marah. “Tuhan,” mereka berkata dengan marah (menghentakkan kaki mereka), “apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka”

	Yesus berbalik dan menegur Yakobus dan Yohanes. Beberapa manuskrip kuno mencatat bahwa Yesus berkata, “Kamu tidak tahu semangat macam apa yang ada di dalam kamu, karena Anak Manusia tidak datang untuk menghancurkan hidup manusia, tetapi menyelamatkannya.” (Luk. 9:51-56, termasuk manuskrip yang diperdebatkan).

	Dengan perkataan itu, Yesus mengidentifikasi Diri-Nya sendiri sebagai Juruselamat bagi orang-orang Samaria!

=== Orang-orang Yunani di Yerusalem ===

Sesudah itu, beberapa orang Yunani datang ke perjamuan di Yerusalem dan berusaha berbicara dengan Yesus. Filipus dan Andreas, dua murid Yesus, menyampaikan permohonan tersebut kepada Yesus yang seperti biasa, menggunakan peristiwa itu untuk mengajar para murid tentang “sudut pandang segala bangsa”: “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yoh. 12:32). Nubuat ini membayangkan sebelumnya cara bagaimana Yesus mati?disalibkan! Tetapi nubuat ini juga meramalkan dampaknya! Semua orang?tidak hanya melalui penghinaan terhadap Yesus, tetapi oleh karena itu?akan dibawa kepada-Nya sebagai penyelamat yang diurapi Allah. Di permukaan, pernyataan ini dapat ditafsirkan berarti bahwa semua orang di dunia akan menjadi orang Kristen. Karena kita tahu hal ini tidak demikian adanya, pernyataan ini mungkin berarti bahwa sebagian dari semua jenis orang akan ditarik kepada Yesus ketika mereka belajar bahwa kematian-Nya untuk menebus dosa-dosa mereka. Dan inilah yang memang dijanjikan oleh Kovenan Abraham?bukan semua orang akan diberkati, tetapi bahwa semua suku bangsa akan diwakilkan di dalam berkat tersebut. Para murid Yesus telah mendapat satu lagi peringatan yang cukup mengenai Amanat Agung yang akan segera dinyatakan

=== Di Jalan Ke Emaus  ===

Sama seperti para murid Yesus tetap tidak mempercayai keinginan Yesus akan penginjilan terhadap bangsa bukan Yahudi, demikian juga mereka tidak pernah benar-benar percaya ketika Dia berkata bahwa Dia akan bangkit dari antara orang mati. Tetapi Dia mengejutkan mereka dalam kedua hal tersebut! Tiga hari setelah Dia dikuburkan, Dia bangkit! Dan salah satu penampakan-Nya setelah kebangkitan terjadi secara terselubung bersama dua orang murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (Luk. 24:13-49). Selama percakapan pembuka, kedua murid tersebut, yang belum mengenali Yesus, mengeluh: “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel” (ay. 21); mereka tidak menambahkan, “dan membuat Israel menjadi berkat bagi seluruh bangsa.” Ketidaktahuan dalam hati mereka tetap mengaburkan secara efektif bagian dari Kovenan Abraham.

	Yesus menjawab, “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (ay. 25-26).

	“Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.” Dia sudah pernah menjelaskan hal itu sebelumnya, tetapi Dia mengulanginya kembali?dengan sabar (ay. 27). Pada kesempatan itu, hati kedua murid tersebut berkobar-kobar ketika Dia membuka Kitab Suci (ay. 32). Apakah perspektif yang lebih luas akhirnya memenangkan hati mereka?

	Sesudah itu mereka mengenali Yesus, tetapi pada saat yang sama Dia menghilang dari pandangan mereka! Mereka berjalan kembali ke Yerusalem, mendapati sebelas murid (para murid berkumpul sebentar setelah pengkhianatan Yudas) dan menceritakan pengalaman mereka. Tetapi sebelum mereka selesai berbicara, Yesus sendiri menampakkan diri di antara mereka, dan kesebelas murid yang lain mengalami sendiri akhir dari cerita yang sementara diceritakan kepada mereka!

	Semulus seekor burung layang-layang yang kembali ke sarangnya, Yesus kembali ke Kitab Suci dan tema utama yang ada di dalamnya:

::Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa [yaitu, ethne – suku], mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini” (Luk. 24:45-48).

=== Pergi dan Menjadikan Murid ===

Akan tetapi, perhatikan bahwa Dia belum memerintahkan mereka untuk pergi. Hal tersebut baru akan terjadi beberapa hari kemudian, pada sebuah bukit di Galilea di mana?sejauh kepentingan para murid?perintah itu dimulai. Dan di sinilah pelaksanaan perintah yang sudah dibayangkan lebih dahulu oleh Kovenan Abraham 2.000 tahun yang lalu, dan yang selama tiga tahun lamanya Yesus telah mempersiapkan para murid-Nya untuk menerimanya:

::Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:18-20.

	Itu bukan perintah yang tidak adil. Perjanjian Lama sudah lama membayangkannya terlebih dahulu. Pengajaran Yesus sehari-hari sudah mengantisipasinya. Pelayanan-Nya yang bebas prasangka membedakan di antara orang Samaria dan orang bukan Yahudi lainnya telah memberikan para murid demonstrasi nyata tentang bagaimana cara menjalankannya. Sekarang Dia menambahkan janji tentang otoritas dan kehadiran-Nya yang akan menyertai mereka?jika mereka taat!

	Sekali lagi, saat-saat sebelum Dia naik kembali ke sorga dari Bukit Zaitun (dekat Betania), Dia menambahkan janji lain: “kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku….” Kemudian ini diikuti oleh formula terkenal Yesus tentang perkembangan eksosentris Injil: “… di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8).

Itu merupakan perintah terakhir Yesus. Tanpa kata-kata lain dan tanpa menunggu diskusi tentang tugas tersebut, Dia naik ke sorga untuk menanti ketaatan penuh dari para pengikut-Nya terhadap Amanat Agung tersebut!   

{{footer}}</rev>
        </revisions>
      </page>
      <page pageid="38" ns="0" title="Rencana Utama">
        <revisions>
          <rev xml:space="preserve">{{header}}
{{robert coleman}}


Ketika kita menelusuri jejak Kristus seperti yang digambarkan dalam kitab-kitab Injil, kita dapat mengerti alasan utama-Nya akan misi yang dijalankan-Nya. Ketika kita menganalisis taktik-Nya dari sudut pandang pelayanan-Nya secara keseluruhan, kita melihat makna yang lebih besar dari metode yang digunakan-Nya terhadap manusia.

=== Tujuan-Nya Jelas ===

Masa hidup-Nya di bumi adalah penyingkapan di dalam waktu rencana Allah yang dari sejak mulanya Rencana ini selalu ada dalam pikiran-Nya. Dia bermaksud untuk menyelamatkan satu umat dari dunia ini manusia bagi diri-Nya sendiri dan membangun satu jemaat dari Roh-Nya yang tidak akan pernah binasa. Dia sudah memandang pada hari di mana Kerajaan-Nya akan datang dalam kemuliaan dan kuasa. Dunia ini adalah milik-Nya yang diciptakan sendiri oleh-Nya, tetapi Dia tidak membuat dunia ini menjadi tempat kediaman-Nya yang permanen.

	Tak seorang pun yang dikecualikan dari tujuan-Nya yang penuh rahmat. Kasih-Nya universal. Jangan keliru tentang hal ini. Dia adalah “Juruselamat dunia” (Yoh. 4:42). Allah menginginkan semua manusia diselamatkan dan mengenal kebenaran. Bagi tujuan tersebut Yesus memberi diri-Nya untuk menyediakan keselamatan dari segala dosa bagi seluruh manusia. Karena Dia mati bagi satu orang, Dia mati bagi semua orang. Berlawanan dengan pemikiran kita yang dangkal, tak pernah ada dalam pemikiran-Nya adanya misi dalam negeri dan misi luar negeri. Bagi Yesus semuanya adalah penginjilan dunia.

=== Dia Merencanakan untuk Menang ===

Kehidupan-Nya diatur oleh tujuan-Nya. Segala sesuatu yang Dia lakukan dan katakan merupakan bagian dari keseluruhan pola. Hal ini memiliki signifikansi karena itu berkontribusi terhadap tujuan ultimat hidup-Nya untuk menebus dunia bagi Allah. Inilah visi yang memotivasi yang mengatur tindakan-Nya. Setiap langkah-Nya diatur oleh hal tersebut. Ingat hal ini baik-baik. Yesus tidak pernah satu saat pun mengalihkan pandangan tentang tujuan-Nya.

	Itulah alasannya mengapa begitu penting mengamati cara Yesus bermanuver untuk mencapai tujuan-Nya. Yesus membukakan strategi Allah untuk menguasai dunia. Dia yakin akan masa depan karena Dia hidup menurut rencana tersebut pada masa sekarang. Tidak ada yang kacau dalam hidup-Nya?tak ada tenaga terbuang percuma, tak ada perkataan sia-sia. Dia bekerja bagi Allah (Luk. 2:49). Dia hidup, Dia mati, dan Dia bangkit kembali sesuai dengan jadwal. Seperti seorang jendral merencanakan jalannya pertempuran, Anak Allah berhitung untuk menang. Dia tidak dapat mengambil risiko. Menimbang setiap alternatif dan faktor variabel dalam pengalaman manusia, Dia memikirkan sebuah rencana yang tidak akan gagal.

=== Orang-orang adalah Metode-Nya ===

Semua ini bermula dari saat Yesus memanggil beberapa orang untuk mengikuti Dia. Ini langsung menyingkapkan arah dari strategi penginjilan-Nya. Perhatian-Nya bukan kepada program-program untuk menjangkau orang banyak, tetapi kepada beberapa orang yang akan diikuti oleh orang banyak. Memang luar biasa, Yesus mulai mengumpulkan orang-orang ini sebelum Dia mengatur suatu kampanye penginjilan atau bahkan menyampaikan suatu khotbah di muka umum. Manusia harus menjadi metode yang dipakai-Nya untuk memenangkan dunia bagi Allah.

	Tujuan awal dari rencana Yesus adalah memanggil orang-orang yang dapat menjadi saksi atas hidup-Nya dan melanjutkan pekerjaan-Nya setelah Dia kembali kepada Bapa. Setelah memanggil orang-orang tersebut, Yesus menjadikannya sebuah praktik untuk bersama-sama dengan mereka. Ini merupakan inti dari program pelatihan-Nya?membiarkan para murid-Nya mengikuti Dia.

	Yesus mengharapkan orang-orang yang bersama-sama Dia taat kepada-Nya. Mereka tidak diharuskan untuk pintar, tetapi mereka harus setia. Ini menjadi tanda yang membedakan mereka sebagai pengikut Yesus. Mereka akan disebut “murid-murid” Yesus yang artinya mereka adalah “pembelajar” atau “murid” dari sang Guru. Lama setelah itu barulah mereka mulai disebut orang “Kristen” (Kis. 11:26), meskipun tidak dapat dihindari, karena di dalam perjalanan waktu para pengikut yang taat secara beragam pasti akan mengambil karakter dari pemimpin mereka.

	Yesus selalu membangun pelayanan-Nya sampai di saat para murid-Nya akan harus mengambil alih pekerjaan-Nya dan pergi ke seluruh dunia mewartakan Injil yang menebus. Rencana ini secara progresif menjadi jelas seraya mereka mengikuti Dia.

=== Strategi Yesus ===

Mengapa? Mengapa Yesus secara sengaja memusatkan hidup-Nya pada sekelompok kecil orang? Bukankah Dia datang untuk menyelamatkan dunia? Melalui pemberitaan bersemangat dari Yohanes Pembaptis yang terngiang di telinga orang banyak, sang Guru dengan mudah dapat memiliki ribuan pengikut jika Dia menginginkannya. Mengapa Dia tidak mengambil keuntungan dari kesempatan-Nya tersebut untuk merekrut sepasukan besar orang-orang percaya untuk menggoncangkan dunia? Pastilah Anak Allah dapat mengadopsi suatu program rekruitmen massal yang lebih memikat. Bukankah cukup mengecewakan bahwa pribadi yang segala kuasa alam semesta tunduk pada perintah-Nya, mau hidup dan mati untuk menyelamatkan dunia, namun pada akhirnya hanya memiliki beberapa murid gembel yang muncul pekerjaan-Nya?

	Jawaban dari pertanyaan ini langsung berfokus pada tujuan sebenarnya dari rencana penginjilan-Nya. Yesus tidak sedang berusaha mengesankan orang banyak, tetapi mengumumkan sebuah kerajaan. Ini artinya Dia memerlukan orang-orang yang dapat memimpin orang banyak. Apa baiknya bagi tujuan ultimat-Nya untuk mengumpulkan massa agar mereka mengikuti-Nya jika tak ada pengawasan terhadap orang-orang ini dan mereka tidak diajarkan tentang Jalan-Nya? Telah nyata dalam banyak peristiwa bahwa orang banyak merupakan mangsa yang mudah bagi ilah-ilah palsu ketika ditinggalkan tanpa pengawasan yang seharusnya. Orang banyak sama seperti domba-domba yang tersesat tanpa tujuan tanpa seorang gembala (Mat. 9:36; 14:14; Mrk. 6:34). Mereka rela mengikuti hampir semua orang yang datang dengan janji untuk kesejahteraan mereka, entah itu musuh atau teman. Itulah tragedinya aspirasi yang mulia dari orang banyak mudah sekali ditarik oleh Yesus, sama seperti dengan cepatnya digagalkan oleh para pemimpin agama penipu yang mengatur mereka. Para pemimpin Israel yang buta secara rohani (bdk. Mat. 23:1-39; Yoh. 8:44; 9:39-41; 12:40), meskipun sedikit jumlahnya, sepenuhnya mendominasi keadaan orang banyak. Karena alasan ini, kecuali jika orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus diberikan orang-orang yang saleh yang kompeten untuk memimpin dan melindungi mereka dalam kebenaran, mereka akan segera jatuh ke dalam kebingungan dan keputusasaan, dan keadaan akhir mereka akan lebih menyedihkan dari keadaan awalnya. Jadi, sebelum dunia dapat secara permanent ditolong, orang-orang harus dibangkitkan lebih dahulu, orang-orang yang dapat memimpin banyak orang di dalam Tuhan.

	Yesus adalah seorang realis. Dia sepenuhnya menyadari natur manusia yang sudah jatuh dalam dosa, mudah berubah. Dia pun menyadari kekuatan satanis di dunia ini yang menumpuk melawan umat manusia. Dengan pengetahuan ini Dia mendasarkan penginjilan-Nya pada sebuah rencana yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Orang banyak yang jiwanya membangkang dan bingung kemungkinan sudah siap mengikuti Dia, tetapi Yesus sendirian tidak dapat memberi mereka perhatian pribadi yang mereka butuhkan. Pengharapan-Nya satu-satunya adalah mendapatkan orang-orang yang tertarik oleh kehidupan-Nya dan mau melakukan hal tersebut bagi Dia. Maka, Dia memberi diri pada orang-orang yang akan menjadi awal dari kepemimpinan ini. Meskipun Dia telah melakukan apa yang dapat dilakukan-Nya untuk menolong orang banyak, Dia harus mengabdikan diri-Nya sendiri terutama pada sekelompok kecil orang, ketimbang banyak orang, agar pada akhirnya banyak orang dapat diselamatkan. Inilah kejeniusan strategi Yesus.

	Semua itu kembali kepada para murid-Nya. Mereka adalah pasukan yang bergerak di garis depan dari gerakan-Nya yang mulai berkembang. “Melalui pemberitaan mereka” Dia berharap banyak orang percaya kepada-Nya (Yoh. 17:20), dan pada gilirannya ini mereka akan meneruskan berita itu ke orang lain sampai seluruh dunia mengetahui siapa Dia dan untuk apa Dia datang (Yoh. 17:21-23). Keseluruhan strategi penginjilan-Nya yang merupakan pemenuhan tujuan-Nya datang ke dalam dunia, mati di atas kayu salib, dan bangkit dari kubur bergantung pada kesetiaan dari para murid yang dipilih-Nya untuk tugas ini. Tidak peduli seberapa kecil kelompok yang dimulai pada awalnya, selama mereka mengajarkan kembali murid mereka sendiri untuk mereproduksi murid-murid lainnya. Inilah cara gereja-Nya untuk menang melalui dedikasi hidup dari mereka yang mengenal Juruselamat dengan baik sehingga Roh-Nya dan metode-Nya mengikat mereka untuk memberitahukan ini kepada yang lain.

	Yesus bermaksud agar para murid-Nya menghasilkan keserupaan dengan-Nya di dalam dan melalui Gereja yang dikumpulkan dari dunia ini. Maka pelayanan-Nya dalam Roh akan dilipatgandakan melalui pelayanan-Nya dalam kehidupan dari para murid-Nya. Melalui mereka, dan orang lain yang seperti mereka, pelayanan-Nya akan terus meluas di dalam lingkaran yang semakin membesar sampai banyak orang tahu kesempatan yang mereka ketahui dengan sang Guru dengan cara yang serupa. Dengan strategi ini, penaklukkan dunia hanya masalah waktu dan kesetiaan mereka terhadap rencana-Nya.

	Yesus telah membangun di dalam diri para murid-Nya struktur dari sebuah jemaat yang akan menantang dan menang atas segala kuasa kematian dan neraka. Pada awalnya Gereja itu kecil, seperti sebutir biji sesawi, tetapi  biji itu akan bertumbuh besar dan kuat sampai menjadi lebih besar dari pada sayuran yang lain (Mat. 13:32; bdk. Mrk. 4:32; Luk. 13:18-19). Yesus tidak berharap setiap orang akan diselamatkan (Dia mengenali secara realistis pemberontakan manusia meski ada anugerah), tetapi Dia telah melihat lebih dulu hari di mana Injil keselamatan dalam nama-Nya akan diberitakan secara meyakinkan kepada setiap makhluk. Melalui kesaksian itu Gereja militan-Nya suatu hari kelak akan menjadi Gereja universal dan bahkan akan menjadi Gereja yang menang.

	Ini bukan suatu perjuangan yang mudah. Banyak yang akan menderita penindasan dan mati martir dalam pertempuran. Namun, tidak peduli berapa besar pencobaan yang akan menimpa umat-Nya, dan berapa banyak pertempuran sementara yang harus dihadapi, kemenangan akhir sudah pasti. Gereja-Nya pada akhirnya akan menang. Tidak ada yang secara permanen bisa melawannya “atau kuat terhadap kekalahan darinya, atau bisa bertahan melawannya” (Mat. 16:18, terj. bebas).

	Prinsip pemberian pekerjaan penginjilan terhadap para murid-Nya dengan jelas ditunjukkan pada saat sebelum Dia naik ke sorga setelah penyaliban dan kebangkitan-Nya. Setidaknya pada empat kesempatan Dia bertemu dengan para pengikut-Nya, Dia berkata kepada mereka untuk pergi dan melakukan pekerjaan-Nya. Itulah pertama kalinya para murid-Nya disebutkan, dengan perkecualian Thomas, pada sore Paskah pertama ketika mereka sedang berkumpul di Ruang Atas. Setelah Yesus menunjukkan tangan dan kaki-Nya yang berlobang kepada para murid-Nya yang terkesima (Luk. 24:38-40), dan makan bersama mereka (ay. 41-43), Dia kemudian berkata, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh. 20:21). Saat itu Yesus juga meneguhkan mereka kembali tentang janji dan otoritas Roh Kudus untuk melakukan pekerjaan tersebut.

	Tidak lama sesudah itu, ketika Yesus sedang mempersiapkan makan bagi para murid-Nya di Laut Tiberias, Dia mengatakan kepada Petrus tiga kali untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-17). Nasihat Yesus ini ditafsirkan bagi Petrus sebagai bukti kasihnya kepada Gurunya.

	Di sebuah bukit di Galilea, Dia memberikan Amanat Agung-Nya, bukan hanya kepada para murid-Nya (Mat. 28:16), tetapi juga kepada seluruh gereja, yang berjumlah sekitar 500 orang (1 Kor. 15:6). Itu merupakan pernyataan yang jelas tentang strategi-Nya untuk menaklukkan dunia.

Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:18-20; bdk. Mrk. 16:15-18).

	Akhirnya, sebelum Dia naik kembali kepada Bapa, Yesus mengulangi semuanya kembali kepada para murid-Nya untuk terakhir kali, menunjukkan kepada mereka bagaimana semua hal itu harus dipenuhi ketika Dia ada bersama dengan mereka (Luk. 24:44-45). Penderitaan dan kematian-Nya, dan juga kebangkitan-Nya pada hari ketiga, sudah sesuai dengan rencana (ay. 46). Yesus melanjutkan dengan menunjukkan kepada para murid bahwa “dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (ay. 47). Dan untuk memenuhi tujuan ilahi-Nya, para murid juga harus melakukan tidak kurang dari apa yang Guru mereka lakukan. Mereka harus menjadi alat untuk mewartakan kabar baik, dan Roh Kudus akan menjadi pemberi kekuatan dari Allah secara pribadi dalam misi mereka.

::Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8; bdk. Luk. 24:48-4).

	Jelasnya Yesus tidak membuat tugas penginjilan mudah dan nyaman untuk dilakukan oleh manusia. Bagi para murid-Nya tugas ini merupakan perintah yang harus dilakukan, diterima secara kesan di hati pada awal mereka menjadi murid, tetapi secara progresif menjadi jelas dalam pikiran mereka selama mereka mengikuti Dia, dan akhirnya dinyatakan secara jelas. Tidak ada orang yang telah mengikut Yesus lebih jauh yang tidak sampai pada kesimpulan ini. Ini berlaku untuk masa itu dan masa kini.

Murid-murid Kristen adalah para pria dan wanita yang diutus diutus untuk mengerjakan pekerjaan penginjilan dunia yang untuknya Tuhan telah diutus, dan untuk itu Dia telah memberikan hidup-Nya. Itu adalah inti dari siapa adanya diri kita dan apa yang kita lakukan. Penginjilan adalah tugas gereja yang memberi makna terhadap semua yang dilakukan dalam nama Kristus. Dengan tujuan ini secara jelas dalam fokusnya, segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan memiliki kepenuhannya yang mulia dalam tujuan penebusan Allah.


{{footer}}</rev>
        </revisions>
      </page>
    </pages>
  </query>
</api>