PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Situasi Injil

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Jason Mandryk

Mandryk.jpg
Jason Mandryk adalah rekan penulis dari Patrick Johnstone untuk buku pegangan yang terkenal tentang doa global yang diberi judul Operation World. Jason telah melayani bersama WEC International sebagai seorang peneliti, analis dan penulis sejak tahun 1995, berfokus pada tren global dalam iman religius dan misi.
Tulisan berikut ini diadaptasi dari sebuah ceramah yang disampaikan oleh Jason Mandryk di Lausanne Younger Leaders Gathering yang diadakan di Malaysia tahun 2006. Tantangan Jason yang sangat penting menginspirasi lebih dari 500 pemimpin muda dari lebih 100 negara.



Sebelum meneliti sebuah topik yang begitu berat seperti “situasi Injil,” kita perlu mengingatkan diri kita bahwa perkembangan penyebaran Injil sepenuhnya tergantung pada karya Allah, bukan pekerjaan manusia. Injil itu kekal, tidak berubah, sangat berkuasa dan sepenuhnya berada dalam lingkup kedaulatan Allah. Tidak akan ada keraguan tentang keadaan baik dari kondisi Injil sesejatinya.

Dengan mengingat hal tersebut, kita berpaling kepada situasi dari tugas kita?seberapa jauh yang telah kita capai, dan seberapa jauh yang masih harus kita tempuh untuk memenuhi Amanat Agung? Ada banyak yang bisa kita rayakan dalam generasi kita, tetapi kita melunakkan ini dengan kenyataan bahwa milyaran orang?dari ribuan kelompok suku yang berbeda?belum memiliki kesempatan untuk beribadah kepada Tuhan Yesus, atau bahkan untuk mendengar tentang Dia dengan suatu cara yang penuh makna. Kita mendidik diri kita tentang perkembangan dan berbagai tantangan dari Gereja modern di seluruh dunia supaya kita berpikir, berdoa dan bertindak secara strategis berkenaan dengan misi.


Daftar isi

Situasi Kekristenan di Seluruh Dunia

Dengan menganalisis penyebaran populasi orang Kristen secara geografis (dalam hubungannya dengan agama-agama dunia lainnya), kita melihat bahwa Kekristenan?tidak seperti agama lain?benar-benar telah tersebar ke seluruh dunia. Kekristenan tidak lagi merupakan sebuah fenomena Barat. Populasi orang Kristen di dunia sekarang ini meliputi enam benua, mencapai jauh ke Amerika Latin, Afrika dan Asia, di mana bangsa-bangsa seperti Filipina bahkan memiliki populasi mayoritas orang Kristen. Iman kita benar-benar sudah mendunia.

Ada lebih banyak orang Kristen yang hidup di dunia pada hari ini dibandingkan pada masa lain dalam sejarah; meski demikian, orang Kristen secara kasar membentuk persentase yang sama dalam populasi dunia sebagaimana sebelumnya. Pada tahun 1900, populasi dunia memiliki 33% orang Kristen, dibandingkan sekarang yang hanya 32,6%. Ini tidak banyak berubah?bahkan sedikit berkurang. Pada umumnya, rata-rata pertumbuhan populasi dunia dan rata-rata tingkat pertumbuhan keseluruhan Kekristenan tetap sama. Di sisi lain, Kekristenan Injili dewasa ini merupakan gerakan religius yang paling cepat pertumbuhannya di dunia hari ini. Pertumbuhan kaum Injili.1 Pertumbuhan kaum Injili mewakili lebih dari dua kali lipat tingkat pertumbuhan agama terdekat berikutnya (M), dan lebih dari tiga kali lipat tingkat pertumbuhan populasi dunia. Iman kita sungguh-sungguh subur.

Statistik ini hanya memberi kesaksian bagi kisah luar biasa yang sedang dibukakan di antara kelompok-kelompok suku di muka bumi. Kini di dalam ribuan budaya yang berbeda, kita menemukan ekspresi iman Kristen yang khas. Gedung yang kita masuki, gambaran kita tentang Yesus, gaya ibadah dan praktik berdoa kita?semua ini beragam dari satu tempat ke tempat lain, sama seperti orang-orang yang dengan mereka kita berkumpul, jumlah orang yang berkumpul dan liturgi yang kita pakai. Iman kita sungguh-sungguh beragam.


Kekristenan di Barat

Hampir semua bapa-bapa gereja mula-mula, para reformator besar dan para tokoh gerakan misi modern mewakili budaya dan peradaban Barat, menjadi contoh dari kekuatan Gereja Barat yang lebih awal. Sedihnya, Gereja di Barat, selain Amerika, kini sedang mengalami penurunan yang signifikan. Ratusan tahun terakhir membawa sebuah transisi yang monumental: orang Kristen Barat kini membentuk sebuah minoritas dari Gereja di dunia.

Eropa

Orang-orang Kristen Eropa telah menurun dari sekitar 70% dari populasi orang Kristen sedunia pada tahun 1900 menjadi sekitar 20% pada hari ini. Eropa merupakan satu-satunya benua di mana Kekristenan mengalami penurunan jumlah pengikut. Di banyak negara Eropa, kurang dari satu orang di antara 1.000 orang yang memegang iman Injili. Kita sekarang paling baik mengambarkan Eropa sebagai benua pascaKristen, dengan wawasan dunia dan nilai-nilai pascaKristen.

Namun, situasi Kekristenan Eropa tidak sepenuhnya gelap. Reformasi sedang berlangsung di dalam gereja Eropa?ekspresi yang baru dari iman yang bersemangat dan dinamis muncul di gereja pascamodern, pascadenominasional, bahkan pascastruktural. Munculnya gereja-gereja rumah, gereja-gereja mega, gereja-gereja organis, dan gerakan-gerakan pembaharuan karismatik memberi semangat baru berbagai pengakuan tradisional akan iman Kristen. Bahkan di tengah tantangan yang besar, banyak orang Eropa mulai memahami Yesus sebagai relevan, bukan hanya untuk semua budaya, tetapi juga bagi seluruh generasi.

Gelombang imigrasi legal dan ilegal yang tak bisa dihentikan terus membanjiri negara-negara Uni Eropa, dengan cepat mengubah wajah Eropa modern. Banyak yang datang dari negara-negara di mana kesaksian Kristen dilarang atau dibatasi, dan mereka belum pernah mengalami Injil. Imigran lain datang membawa iman Kristen yang bertumbuh subur, siap untuk membagikan Injil dengan orang-orang Eropa. Di Eropa tidak seperti di wilayah lainnya, orang-orang percaya yang bersungguh-sungguh sedang memancarkan perbedaan-perbedaan historis untuk bekerja bersama bagi kemuliaan Allah dalam doa, penelitian dan penginjilan.

Amerika Utara

Akankah Gereja di Amerika Utara mengikuti jalan Gereja di Eropa yang sedang merosot? Dewasa ini, orang-orang Kristen di Amerika Utara secara relatif membentuk populasi Kristen sedunia yang sama seperti mereka bentuk pada tahun 1900. Tidak seperti Eropa, sebagian besar populasi di Amerika Utara tetap mengklaim sebagai orang Kristen. Kaum Injili belakangan ini mengerahkan pengaruh yang signifikan dalam bisnis, pemerintahan dan sektor publik.

Namun, sangat mengejutkan dan memalukan bahwa sebuah negara yang nyatanya Kristen tetap menjadi negara penyedia pornografi terbesar di dunia, film-film kekerasan, konsumerisme yang tak kenal Tuhan dan kedangkalan budaya. Gereja di Amerika terlalu sering menjadi korban berbagai jebakan budaya yang sama, gagal memberi dampak pada masyarakat seperti seharusnya.

Seperti di Eropa, iman dari beberapa populasi imigran sedang memberi semangat baru gereja-gereja dari denominasi aliran utama yang sedang mandeg. Di beberapa kota, gereja-gereja mega yang multietnis sedang muncul sebagai ekspresi dominan dari evangelikalisme urban. Di dalam upaya untuk tetap relevan bagi setiap generasi, ekspresi yang baru dari gereja?seperti gereja-gereja di Eropa?sedang mengubah kondisi Gereja di Amerika Utara. Ini merupakan waktu yang krusial bagi Kekristenan di Amerika Utara seraya mereka berjuang untuk berhubungan erat di tengah-tengah dunia Barat yang semakin pascaKristen.


Kekristenan di Dunia Mayoritas

Pada tahun 1887, setelah 100 tahun aktivitas misi Protestan, ada kira-kira tiga juta orang yang bertobat menjadi Protestan, dari milyaran orang, di Dunia Mayoritas. Hari ini, lebih 100 tahun kemudian, jumlahnya telah berubah secara drastis. Sementara orang Kristen Barat menurun proporsinya di dunia Kristen, pertumbuhan dramatis dari Gereja di Afrika dan Asia mendorong orang Kristen di Dunia Mayoritas menjadi lebih dari 60% dari populasi dunia Kristen. Dengan pergeseran yang kuat ini, kita akhirnya memiliki suatu iman yang mewakili populasi dunia dan mencerminkan kasih Allah bagi semua suku bangsa. Saya pikir ini merupakan masa yang paling menyenangkan sebagai orang Kristen.

Afrika

Pada akhir abad 20, Kekristenan telah menjadi agama mayoritas di sepanjang wilayah sub-Sahara Afrika. Pada tahun 1900, ada 8 juta orang Kristen, sampai tahun 200 ada 351 juta. Meskipun hidup dengan stagnasi ekonomi, kesulitan atau bahkan penurunan, kaum Injili di Afrika telah mengutus kira-kira 13.000 misionaris lintas budaya. Penyebaran Kekristenan di seluruh Afrika pada 50 tahun terakhir begitu luar biasa.

Berjuta-juta orang telah berespons terhadap Injil, tetapi dalam banyak kasus, kebiasaan dan wawasan dunia yang kafir menjangkiti Gereja. Generasi baru (sering kali generasi ketiga dari orang-orang percaya Afrika) kini mengambil pendirian yang jelas melawan berbagai pengajaran sesat ini, tetapi kesukaan banyak gereja tetap terdapat kompromi yang serius. Adanya kebutuhan yang kritis untuk berbagai institusi teologi, kurikulum yang tepat bagi konteks Afrika dan para teolog Afrika yang dapat membawa masuk kaumnya sendiri ke dalam Kitab Suci secara tepat.

Kurangnya infrastruktur, penyakit yang tersebar luas, perang yang menghancurkan dan pemerintahan yang korup dan tidak stabil semuanya berkontribusi untuk tetap membuat berjuta-juta orang Afrika, di dalam lebih seribu kelompok suku, tidak terinjili. Hubungan antara M dan Kekristenan merupakan tantangan utama bagi benua ini, dan potensi bagi peperangan dan konfrontasi yang diperluas antara dua kelompok ini sangat besar. Kita menanti dengan rindu saat Allah melanjutkan karya-Nya yang luar biasa melalui gereja Afrika.

Asia

Seperti di Afrika, gereja di Asia telah mengalami pertumbuhan yang cepat, naik dari 22 juta pada tahun 1900 menjadi sekitar 370 juta pada tahun 2005. Kekristenan adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di Asia, dan Kekristenan di Asia bertumbuh pada tingkat yang lebih cepat ketimbang benua lainnya. Gereja tidak hanya bertumbuh dengan cepat, dalam banyak kasus, Gereja bertumbuh secara luas, melebar ke tempat-tempat baru di mana para pengikut Yesus masih sedikit atau belum ada hingga belakangan ini.

Kelompok-kelompok suku yang paling sedikit terinjili di bumi lebih dominan di Asia. Tantangan yang masih ada sangat luar biasa besar. Orang Asia membentuk 83% orang non-Kristen di dunia, dan lebih dari 87% dari orang yang belum terinjili. Banyak orang Asia menghadapi berbagai tantangan fisik dan sosial seperti yang dihadapi oleh orang Afrika. Visi misi di Asia telah bertumbuh secara spektakuler, dimulai dengan para misionaris dari gereja-gereja Asia kepada suku bangsanya sendiri, namun kini meliputi penjangkauan lintas budaya yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. India, Korea Selatan, Tiongkok dan Filipina memimpin jalan dalam upaya-upaya ini.

Seiring pertumbuhan Kristen yang besar di Asia penganiayaan juga menyebar luas. Di hampir setiap negara Asia, harga untuk mendemonstrasikan iman di dalam Yesus bisa sangat tinggi. Orang percaya sering kali dilecehkan, ditangkap dan bahkan dibunuh. Para penentang menutup gereja-gereja dengan paksa atau mencegah mereka untuk berfungsi dengan baik. Ini merupakan hari-hari penuh bahaya namun menjanjikan bagi gereja Asia yang teguh.

Amerika Latin

Pertumbuhan kaum Injili di Amerika Latin pada abad 20 sungguh spektakuler. Dari tahun 1900 sampai 2000, kaum Injili bertumbuh dari sekitar 700.000 menjadi lebih dari 55 juta. Kehadiran kaum Injili pembaca Alkitab yang terus bertumbuh di Amerika Latin memiliki dampak mendalam bagi Gereja Katolik Roma di sana (lebih dari 80% orang Amerika Latin memiliki hubungan dengan Gereja Katolik).

Meskipun populasi orang Kristen besar di kebanyakan negara-negara Amerika Latin, seluruh wilayah-wilayah dari beberapa negara tetap secara khusus kurang terjangkau ketimbang wilayah tetangganya. Ini khususnya benar di negara-negara di wilayah timur laut , di Amazonia (Brazil) dan di beberapa negara di Meksiko?sering kali merupakan wilayah-wilayah yang memiliki konsentrasi suku-suku pribumi yang besar. Perpecahan gereja dan pemuridan yang tidak memadai di antara orang percaya terkadang menghambat pertumbuhan yang sehat di Gereja Amerika Latin. Namun, sudah ada pertumbuhan yang cepat dan kematangan akan visi misi di Amerika Latin, dengan banyak inisiatif dan banyak minat yang difokuskan untuk menjangkau kelompok-kelompok suku yang paling kurang dijangkau di dunia.

Pasifik

Wilayah Pasifik secara luas mengalami penurunan populasi Kristen, meskipun sejumlah kecil kelompok bertumbuh di tengah latar belakang kemunduran emigrasi, penurunan dan peningkatan nominalisme dalam Gereja. Sekularisme yang tersebar luas telah mengikis dasar Kekristenan yang telah didirikan dengan begitu setia oleh pekerjaan misi Protestan di abad ke-19.

Beberapa pertumbuhan yang diperbarui, mirip dengan yang ada di Eropa, sedang memperbarui bagian-bagian dari Gereja di Australia dan Selandia Baru, diiringi dengan visi misi yang diperbarui. Gerakan-gerakan misi dari negara-negara di kepulauan kecil telah membawa Injil ke kelompok suku pribumi dan yang tertindas di seluruh dunia, termasuk kelompok suku di benua Amerika yang pada sebagian besarnya belum terjangkau oleh gereja-gereja di Amerika Utara dan Latin. Ada beberapa kelompok suku yang belum terjangkau di Pasifik, terutama di pedalaman Papua Nugini atau yang terserak di mana pun di sepanjang begitu banyak kepulauan di sana.

Timur Tengah

Tempat kelahiran Gereja telah mengalami penurunan yang signifikan dalam populasi Kristennya dalam abad terakhir ini. Diskriminasi, penganiayaan, emigrasi dan nominalisme telah secara signifikan mengurangi kehadiran orang Kristen di banyak negara Timur Tengah. Akan tetapi, orang-orang Kristen sedang bersatu dalam doa seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Di banyak tempat orang Kristen mengomunikasikan Injil kepada para tetangga M-nya dalam cara-cara yang tak pernah diperkirakan sebelumnya.

Ada tanda-tanda pekerjaan Roh Kudus di negara-negara ini. Munculnya cabang M yang agresif yang mengesahkan terorisme dan kekerasan, bersama dengan pelaksanaan hukum syariat di beberapa negara M, membawa banyak pemeriksaan motif dan kepercayaan di kalangan M sendiri. Pelayanan-pelayanan melalui media sudah memiliki dampak positif dalam membagikan Injil melalui radio, TV satelit, video/DVD dan internet. Program-program ini bukan hanya membagikan pesan Yesus tetapi juga mendorong dan mengajar jutaan orang Kristen di seluruh Timur Tengah. Lebih banyak orang M yang berbalik kepada Kristus di Timur Tengah ketimbang waktu-waktu lainnya dalam sejarah.


Situasi Misi Global

Pertumbuhan yang eksplosif dari Gereja Dunia Mayoritas sangat menginspirasikan, tetapi mungkin yang lebih mencengangkan adalah munculnya begitu banyak gerakan misi Dunia Mayoritas yang bisa terus bertumbuh. Hari ini, Gereja Dunia Mayoritas mengutus misionaris lintas budaya sebanyak Gereja Barat. Kegiatan misi secara dominan bukan lagi merupakan aktivitas yang mengarah dari Barat ke Timur. Kita sekarang harus melihat misi bukan dari satu tempat ke seluruh dunia, tetapi dari segala tempat ke segala tempat.

Akibat peningkatan besar jumlah misionaris dari banyak negara, seseorang mungkin bertanya-tanya negara mana yang memiliki gereja pengutus misionaris yang paling efisien.2 Seseorang mungkin menebak Korea, Filipina atau Norwegia, yang semuanya adalah tebakan yang bagus. Tetapi fakta yang mengejutkan adalah Mongolia berada di tempat teratas sebagai negara pengutus misionaris paling efisien. Satu dari setiap 222 orang percaya di Mongolia melayani bersama sebuah organisasi misi. Faktanya, dari seluruh komunitas Protestan sedunia, negara-negara pengutus misionaris yang paling efisien bukanlah negara-negara yang kaya. Negara-negara ini tidak selalu memiliki mayoritas Kristen, dan kebanyakan kurang memiliki sejarah Kristen yang sampai berabad-abad. Banyak misionaris yang diutus dari gereja-gereja ini merupakan orang-orang percaya dari generasi pertama atau kedua. Jika Mongolia dapat mengutus satu misionaris dari setiap 222 orang percaya, negara-negara lain tidak punya alasan. Semangat yang menyala-nyala dari gerakan misi Dunia Mayoritas mempermalukan negara-negara kita yang kaya dan memiliki sumber yang baik.

Sebagai contoh, Allah menggunakan budaya dan semangat Latin untuk membawa Injil ke seluruh dunia, seringkali ke tempat-tempat yang belum pernah menerima Injil sebelumnya. Berbagai ketrampilan yang dimiliki orang Brazil dan orang Latin lainnya dengan sepakbola, musik dan dansa, dan lainnya, memastikan mereka diterima dengan hangat di banyak negara selain yang bermusuhan terhadap Injil. Hasrat mereka, sukacita dan semangat telah membuka banyak pintu.

Jutaan orang Kristen dari Filipina dan Indonesia bekerja di negara-negara yang lebih kaya sebagai pembantu rumah tangga, perawat, pelaut, insinyur dan pengasuh bayi. Allah menempatkan mereka di rumah-rumah mereka yang berpengaruh di kota-kota dan budaya-budaya yang biasanya tidak ramah terhadap orang Barat kulit putih dan orang asing lainnya. Mereka memiliki hubungan dengan anak dan istri dari tuan rumah yang biasanya hanya di rumah dan dihalangi dari Injil. Orang Filipina dan Indonesia merangkul kesempatan misi yang besar ini.

Salah satu pekerjaan Allah yang paling menakjubkan hari ini adalah gerakan “kembali ke Yerusalem” yang muncul di Tiongkok. Visi dari jejaring gereja rumah Tiongkok adalah untuk mengutus sebanyak 100.000 orang pekerja Kerajaan Allah yang juga memiliki profesi ganda ke bangsa-bangsa yang terletak di selatan dan barat mereka, menelusuri kembali Jalur Sutra ke Yerusalem. Jika ada Gereja di dunia saat ini yang diperlengkapi untuk menderita dan tahan di tempat-tempat yang sulit seperti ini, Gereja itu pastilah Gereja Tiongkok.

Gereja-gereja terbesar dan tercepat pertumbuhannya di Eropa hampir semua ditanam oleh orang-orang percaya Afrika. Orang Afrika memiliki kemampuan yang luar biasa untuk bertekun, berasimilasi dan masuk ke tempat-tempat yang tampaknya sulit untuk bisa dicapai orang lain. Gereja Nigeria telah mencanangkan Visi 50/15, sebuah visi untuk memobilisasi 50.000 orang Nigeria selama 15 tahun ke depan untuk membawa Injil melalui bangsa-bangsa M di Afrika Utara, kembali ke Yerusalem. Dengan orang Tiongkok datang dari timur dan orang Nigeria dari barat, kita semestinya mengharapkan banyak perayaan di Yerusalem dalam tahun-tahun ke depan!


Tugas yang Tersisa

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pengikut Yesus berdiam di setiap negara di bumi. Di dalam beberapa kasus, mereka harus berkumpul secara diam-diam karena takut akan penganiayaan, tetapi meraka ada di sana. Akan tetapi, terlalu sering populasi orang Kristen di dunia tidak bersinggungan dengan populasi dunia yang belum terinjili. Begitu banyak wilayah konsentrasi kelompok suku yang belum mengalami Injil, dan kita harus pergi kepada mereka.

Berbagai konsentrasi besar kelompok suku hidup di negara-negara atau wilayah dunia yang didominasi iman yang tidak mengakui Yesus sebagai Juruselamat. Orang-orang yang belum diinjili hidup di tempat-tempat di mana agama-agama dunia utama lainnya memiliki tanah airnya dan kubu-kubu kuasa kegelapan. Melihat angka kasarnya saja, kita menemukan rumpun dari lima negara?India, Tiongkok, Pakistan, Banglades dan Nepal?di mana konsentrasi-konsentrasi terbesar dari orang-orang yang belum terinjili tinggal, mewakili ratusan juta orang.

Setiap manusia yang memiliki kebutuhan fisik atau rohani merupakan ladang misi yang sah bagi mereka yang ingin menginkarnasikan kasih Yesus, tak peduli di mana pun mereka berada. Pada saat yang sama, mudah untuk melihat di mana konsentrasi terbesar dari populasi orang yang belum terinjili ini tinggal. Di dalam Matius 24:14 Yesus berkata, “Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” Hanya menyebut lima bangsa di atas, tantangan yang kita hadapi untuk menjangkau mereka sangat jelas. Namun, ketika Yesus menggunakan kata yang kita terjemahkan “bangsa,” Dia tidak sedang berbicara mengenai entitas geo-politik modern. Yesus sedang berbicara mengenai identitas etnis, kelompok suku. Tiba-tiba, tantangan meningkat dalam ruang lingkup dan kompleksitasnya.

Kelompok-kelompok Suku yang Belum Terjangkau

Ribuan kelompok suku “belum terjangkau” ada di seluruh dunia pada masa kini, meliputi setiap tradisi religius yang ada di dunia, bahkan sebagian yang tidak beragama. Lima negara Asia yang disebutkan di atas juga sepertinya merupakan rumah bagi jumlah terbesar dari kelompok-kelompok suku yang belum terjangkau. Namun, tantangan untuk menjangkau mereka dengan Injil tidak sesederhana menjangkau satu kepercayaan atau satu wilayah. Ini sesungguhnya tantangan yang bersifat global.

Orang-orang percaya yang berada di wilayah-wilayah seperti India dan Tiongkok sangat penting dalam menjangkau yang belum terjangkau atau “suku-suku yang tersembunyi” yang tinggal di tengah-tengah mereka yang mungkin kalau tidak begitu akan sulit untuk diidentifikasi dan diakses. Sebagai contoh, suku Hui M adalah kelompok minoritas di Tiongkok, sering hidup di wilayah yang terpencil, mempraktikkan sebuah kepercayaan minoritas. Menjangkau mereka membutuhkan kepekaan terhadap budaya dan wawasan dunia mereka yang khusus. Suku Fulani merupakan suku penggembala yang nomaden di Sahel dari Afrika Tengah dan Barat. Mereka dikenal sebagai penjaga M di wilayah itu dan sangat berpengaruh di sana. Menjangkau mereka membutuhkan strategi yang unik?suatu Kekristenan yang lisan dan berpindah-pindah, mengikuti mereka ketika mereka bergerak dengan ternaknya. Suku Marsh di Arab telah ada sejak zaman pemerintahan Raja Nebukadnezar. Mereka membangun rumah mereka dari ilalang yang tumbuh di daerah rawa payau di selatan Irak. Suku Marsh Arab tetap tidak tersentuh oleh Injil meskipun mereka telah ada di sana selama ribuan tahun. Ini hanyalah sedikit dari ribuan kelompok-kelompok suku yang khas yang belum terjangkau.

Pengutusan yang Tidak Seimbang

Setelah hampir 20 abad aktivitas misi Kristen, kira-kira 27% dari planet bumi tetap belum terinjili. Ketika kita meneliti ukuran dan sebaran dari kekuatan misi Kristen di seluruh dunia, kita pasti mengharapkan refleksi yang memadai tentang kebutuhan ini. Sayangnya, kita mengutus misionaris asing dalam proporsi yang sangat kecil (satu dari 40 orang misionaris) ke dunia yang belum terinjili. Hasilnya, di tempat-tempat yang paling kurang terjangkau sering kali kurang dari 20 misionaris untuk setiap satu juta orang. Di beberapa tempat, bahkan kurang dari tiga misionaris asing per satu juta orang. Jumlah ini sangat mencengangkan, seperti halnya skala dari tugas yang kita hadapi hari ini. Kita harus mengutus sejumlah besar misionaris ke tempat-tempat yang sudah lama terabaikan ini.

Kebutuhan Dunia yang Mendesak

Gerakan Lausanne dan gerakan-gerakan lainnya telah membantu kita memahami bahwa Injil adalah lebih dari sekadar kata-kata dan pengalaman pertobatan sekali seumur hidup. Injil berkaitan dengan berkat yang holistik yang mentransformasi individu, keluarga dan komunitas. Beberapa kebutuhan dan masalah yang paling mendesak yang dihadapi manusia di masa kini adalah tantangan menjangkau wanita dan anak-anak (yang merupakan populasi mayoritas di antara orang-orang yang belum terinjili), membawa harapan di tengah kemiskinan yang brutal, tak berpengharapan, dan menindas yang dihadapi banyak orang-orang yang belum terinjili, atau membawa terang dan pengharapan bagi mereka yang belum terinjili, yaitu para imigran, pengungsi dan mereka yang terpaksa meninggalkan rumah atau daerahnya karena bencana atau perang. Masalah lain yang juga penting termasuk kehancuran yang disebabkan oleh AIDS dan penyakit lainnya, degradasi dan penghancuran lingkungan hidup, perubahan besar yang disebabkan urbanisasi yang sangat cepat, dan kritisnya kekurangan air dan makanan yang semakin meningkat?dan itu baru sedikit saja. Gereja di seluruh dunia harus keluar menghadapi setiap masalah ini secara strategis jika Gereja harus menyatakan Kristus dan mendemonstrasikan nilai-nilai Kerajaan Allah kepada dunia.


Menyelesaikan Pekerjaan

Apa yang akan menjadi “situasi Injil” pada 20, 50, atau 100 tahun ke depan? Perkembangan Injil seperti apa yang akan ditunjukkan oleh angka di masa depan? Dunia yang belum terinjili masih tetap tidak diinjili hari ini karena merekalah yang paling sulit untuk dijangkau, paling sulit dicari dan terletak di pusat kubu-kubu spiritual yang menolak atau melawan Injil. Menjangkau mereka tidak akan menjadi tugas yang mudah, tetapi Allah adalah Allah yang bekerja melalui kita. Gereja di seluruh dunia bisa memenuhi Amanat Agungnya di masa yang akan datang dengan memberi diri mengikuti hal-hal penting berikut ini.

Prioritas

Berbagai laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa hanya satu dari 100 orang percaya memiliki keterlibatan yang berarti dalam Amanat Agung. Bayangkan perbedaan yang akan dihasilkan dari hanya menggeser dari satu orang percaya menjadi dua orang percaya dari 100 orang. Perubahan seperti itu mungkin kelihatan tidak berarti, tetapi itu akan menggandakan sumber-sumber yang terlibat dalam tugas ini.

Pengorbanan

Untuk melihat tugas terselesaikan, kita perlu mengorbankan karir kita, keuangan kita, waktu kita, terkadang hubungan kita dan saat tertentu bahkan juga hidup kita sendiri, ditaruh di atas mezbah Allah.

Kemitraan

Kolaborasi yang sejati menghasilkan buah yang luar biasa. Kemitraan harus meningkat di antara orang yang berdoa, mengutus, melatih dan pergi ke segala bangsa. Kemitraan harus meningkat antara gereja-gereja dan misi di Dunia Barat dan Dunia Mayoritas, masing-masing menyumbangkan kekuatan dan karunia mereka. Kemitraan harus semakin dikembangkan dalam menjangkau kelompok-kelompok suku yang spesifik. Sebagai contoh, sudah ada suatu jaringan yang berkomitmen untuk membawa Injil ke suku Fulani. Demikian juga suatu jaringan doa untuk suku Marsh di Arab yang melakukan perjalanan ke lapangan ke wilayah tersebut.

Kesatuan

Tim-tim multikultur adalah ekspresi yang secara khusus menggerakkan berkenaan dengan kesatuan tubuh Kristus. Cara apa yang lebih baik untuk menunjukkan kuasa rekonsiliasi dari Injil selain melalui suatu tim yang terdiri dari orang Jerman, Brazil, Afrika Selatan, Nigeria, Korea dan Selandia Baru yang saling bekerjasama? Keragaman budaya dalam sebuah tim lapangan tidak hanya membantu setiap anggota untuk menanggalkan beban budaya yang sering disalahmengerti sebagai nilai-nilai Kristen, tetapi juga mengomunikasikan secara mendalam kepada suku lain mengenai validitas dan relevansi dari Injil di setiap budaya.

Doa

Ada kuasa dalam doa yang bersatu. Orang-orang Kristen sedang berdoa bagi penginjilan dunia dalam jumlah dan kesatuan yang semakin besar daripada yang pernah sebelumnya. Baru saja pada pertemuan tahunan Global Day of Prayer, ratusan juta orang bersatu dalam doa di seluruh dunia. Semoboyan dari Operation World adalah, “Ketika manusia bekerja, manusia bekerja, ketika manusia berdoa, Allah bekerja.”

Kita bisa menyusun strategi, menyelaraskan, berdialog dan beribadah?kita dapat memperlengkapi diri kita dengan sumber-sumber keuangan yang terbaik dan pelajaran misiologi yang paling cerdik yang tersedia?tetapi tanpa doa, kita tidak akan melihat kubu-kubu pertahanan rohani dirobohkan, ataupun kelompok-kelompok suku yang belum terinjili mengalami Injil. Situasi Injil berubah melalui doa.


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas