PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Rencana Manusia bagi Segala Suku Bangsa

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


Don Richardson

Richardson.jpg
Don Richardson merupakan pionir dari World Team (sebelumnya RBMU International) yang melayani suku Sawi di Irian Jaya (sekarang Papua, Indonesia) dari tahun 1962-1977. Sejak saat itu, dia telah melayani sebagai Minister-at-Large bagi World Team. Beliau menulis buku Peace Child, Lords of the Earth dan Eternity in Their Hearts, beliau sering menjadi pembicara di konferensi-konferensi misi dan kelas-kelas Perspectives.
Tulisan ini diambil dari Eternity in Their Hearts, 1981. Digunakan dengan izin dari Regal Books, Ventura, CA.


Jutaan orang Kristen mengetahui bahwa Yesus, pada akhir pelayanan-Nya di bumi, memerintahkan para murid-Nya untuk “pergi, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat. 28:19). Kita menghormati perintah terakhir dan paling luar biasa yang diberikan-Nya ini dengan satu sebutan yang megah Amanat Agung. Namun jutaan dari kita jauh di dalam hati percaya, jika perbuatan kita yang menjadi ukuran yang akurat dari kepercayaan kita (dan Alkitab mengatakan benar demikian), maka Yesus sedang menyatakan suatu perintah yang mengagumkan tanpa memberikan peringatan yang cukup bagi para murid-Nya

Jika kita membaca keempat kitab Injil secara sepintas lalu maka Amanat Agung terlihat seperti sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya yang ditempelkan pada akhir dari bagian utama pengajaran Yesus. Amanat Agung ini terlihat hampir sepertinya Tuhan kita setelah membukakan segala sesuatu yang sungguh-sungguh dekat di hati-Nya menjentikan jari-Nya dan berkata, “Oh ya, saudara-saudara, ngomong-ngomong, ada satu lagi. Aku ingin kamu sekalian mengumandangkan berita ini ke setiap orang di muka bumi, apa pun bahasa dan budayanya. Tentu, itu juga kalau kalian punya waktu dan merasa bersedia.”

Apakah Yesus dengan begitu tiba-tiba melemparkan tugas Amanat Agung ini kepada para murid-Nya? Apakah Dia memunculkan hal ini kepada mereka pada saat-saat terakhir tanpa peringatan yang cukup dan meluncur ke sorga sebelum mereka memiliki kesempatan untuk bertanya kepada Dia mengenai kelayakan dari amanat ini? Apakah Dia gagal menyediakan demonstrasi yang masuk akal mengenai cara untuk memenuhinya?

Berapa sering kita orang-orang Kristen membaca keempat Injil tanpa mengerti dengan cermat begitu limpahnya bukti yang Tuhan telah sediakan untuk menjawab seluruh kesimpulan yang berlawanan! Sebagai contoh, perhatikan betapa dengan penuh welas asih Yesus berjumpa dengan orang-orang dari bangsa lain dan orang Samaria untuk membantu para murid-Nya berpikir secara lintas budaya.

Daftar isi

Seorang Perwira Romawi

Pada suatu peristiwa (Mat. 8:5-13), seorang perwira Romawi, seorang bukan Yahudi, mendekati Yesus dengan permintaan untuk menyembuhkan pelayannya yang sakit. Orang-orang Yahudi, pada saat itu, mendesak Yesus untuk mengabulkan permintaan perwira tersebut. Mereka menjelaskan, “Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami” (Luk. 7:4-5).

Faktanya, tembok-tembok dan pilar-pilar dari sebuah sinagoge yang kemungkinan dibangun oleh perwira tersebut masih berdiri dua ribu tahun kemudian di dekat pantai utara Laut Galilea! Tetapi perhatikan implikasi dari pemikiran orang-orang Yahudi ini. Mereka berkata bahwa jika perwira tersebut tidak menolong mereka maka Yesus tidak perlu menolongnya atau merasa berbelas kasihan terhadap pelayannya yang sakit! Betapa kerdil pemikiran mereka! Tidak heran Yesus menarik nafas panjang, “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” (Mat. 17:17).

Yesus berkata kepada perwira tersebut, “Aku akan datang menyembuhkannya.” Pada saat itu, perwira tersebut mengatakan sesuatu yang mengejutkan: “’Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit….’ Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia” tulis Matius. Apa yang begitu mengherankan? Sederhananya ini?pengalaman militer perwira tersebut telah mengajarkan kepadanya sesuatu tentang otoritas. Seperti air selalu mengalir ke bawah demikian juga otoritas selalu mengalir ke eselon di bawahnya (rantai komando). Siapa pun yang tunduk kepada otoritas dari tingkat tertinggi dari sebuah eselon juga mendapat ketaatan dari otoritas yang ada dibawahnya. Perwira itu memperhatikan bahwa Yesus, berjalan dalam ketaatan penuh kepada Tuhan: maka Yesus pasti memiliki otoritas yang penuh atas segala sesuatu yang ada di bawah-Nya? seluruh alam semesta! Maka! Yesus pasti memiliki kemampuan yang tidak terbatas untuk memerintah sesuatu seperti tubuh pelayan yang sakit agar menjadi sembuh!

Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel” Seperti di dalam wacana yang lain, Yesus menggunakan peristiwa itu untuk mengajar para murid-Nya bahwa orang-orang bukan Yahudi juga berpontensi besar memiliki iman seperti orang Yahudi! Dan mereka menjadi objek yang sah untuk anugerah Allah juga!

Bertekad untuk memaksimalkan pokok ini lebih lanjut, Yesus berkata: “Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat [Lukas, seorang penulis kitab Injil yang bukan orang Yahudi menambahkan hal ini dalam catatannya: ‘dari utara dan selatan’] dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan [ini pasti orang Yahudi sebagai umat pilihan] itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi” (Mat. 8:7-12; Luk. 13:28-29).

Perjamuan biasanya untuk merayakan sesuatu. Perjamuan masa depan apa, yang Anda pikir dihadiri oleh Abraham dan sejumlah besar bangsa bukan Yahudi, yang akan dirayakan?

Hubungannya dengan Amanat Agung yang mengikuti sudah sangat jelas! Tunggu, masih ada lagi yang lain!

Seorang Wanita Kanaan

Sesudah itu, seorang wanita Kanaan dari wilayah Tirus dan Sidon memohon belas kasihan Yesus untuk mengusir setan dari tubuh anak perempuannya. Yesus pada awalnya pura-pura acuh tak acuh. Para murid-Nya, pasti lega melihat Mesias mereka tidak mempedulikan orang bukan Yahudi yang mengganggu ini, serta-merta menyimpulkan dengan apa yang mereka pikir adalah perasaan Yesus yang sebenarnya. Mereka lalu berkata, “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak” (Mat. 15:21-28).

Mereka tidak tahu kalau Yesus sedang menguji mereka. Yesus berkata kepada wanita itu, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Setelah menunjukkan suatu sikap yang tampaknya tidak sensitif terhadap wanita itu, Yesus sekarang tampaknya menunjukkan inkonsistensi juga. Dia telah menyembuhkan banyak orang bukan Yahudi. Atas dasar apa Dia sekarang menolak satu permohonan ini? Seseorang dapat membayangkan para murid mengangguk sinis. Namun mereka tetap tidak curiga. Tidak terganggu dengan semua itu, wanita Kanaan tersebut berlutut di kaki Yesus, memohon, “Tuhan, tolonglah aku!”

Yesus menjawab, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak.” Kemudian Ia menambahkan hal yang menghancurkan hati? ”dan melemparkannya kepada anjing!” “Anjing” merupakan julukan standar yang orang Yahudi gunakan bagi orang bukan Yahudi, khususnya orang bukan Yahudi yang berusaha mengganggu privasi religius dan hak istimewa dari orang Yahudi. Dengan kata lain, sekarang Yesus melengkapi sikap-sikap-Nya sebelumnya, yaitu “tidak sensitif” dan “tidak konsisten” dengan sikap yang lebih buruk lagi ”kejam.”

Benarkah ini yang dikatakan Juruselamat dunia? Tak perlu heran para murid-Nya berpikir rujukan-Nya cukup tepat dalam situasi tersebut. Tetapi ketika dada mereka membusung penuh karena kebanggaan akan ras, wanita Kanaan itu mungkin telah melihat kedipan di mata Yesus dan menyadari kebenarannya!

”Benar, Tuhan,” wanita tersebut kemudian menjawab dengan begitu rendah hati, tak perlu dikatakan secara tidak kentara, “namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (Lih. Mrk. 7:26-30).

Yesus menjawab dengan sukacita, “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Tidak, Yesus bukan sedang berubah-ubah! Inilah yang dari dulu Ia bermaksud lakukan. Tidak lama setelah peristiwa ini, Yesus mengajarkan para murid-Nya tentang perbedaan antara ketidaktahiran yang sejati dan yang semu. Inilah cara Yesus menjelaskan semua inie.

Matius mencatat, “Dan seketika itu juga anaknya sembuh” (Mat. 15:28).

Sebuah Desa Orang Samaria

Pada peristiwa berikutnya Yesus dan kelompok-Nya mendekati sebuah desa orang Samaria, orang-orang Yahudi menolak menyambut Dia. Yakobus dan Yohanes, dua murid yang disebut Yesus sebagai “anak guntur” karena tempramen mereka yang mudah meledak, sangat marah. “Tuhan,” mereka berkata dengan marah (menghentakkan kaki mereka), “apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka”

Yesus berbalik dan menegur Yakobus dan Yohanes. Beberapa manuskrip kuno mencatat bahwa Yesus berkata, “Kamu tidak tahu semangat macam apa yang ada di dalam kamu, karena Anak Manusia tidak datang untuk menghancurkan hidup manusia, tetapi menyelamatkannya.” (Luk. 9:51-56, termasuk manuskrip yang diperdebatkan).

Dengan perkataan itu, Yesus mengidentifikasi Diri-Nya sendiri sebagai Juruselamat bagi orang-orang Samaria!

Orang-orang Yunani di Yerusalem

Sesudah itu, beberapa orang Yunani datang ke perjamuan di Yerusalem dan berusaha berbicara dengan Yesus. Filipus dan Andreas, dua murid Yesus, menyampaikan permohonan tersebut kepada Yesus yang seperti biasa, menggunakan peristiwa itu untuk mengajar para murid tentang “sudut pandang segala bangsa”: “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yoh. 12:32). Nubuat ini membayangkan sebelumnya cara bagaimana Yesus mati?disalibkan! Tetapi nubuat ini juga meramalkan dampaknya! Semua orang?tidak hanya melalui penghinaan terhadap Yesus, tetapi oleh karena itu?akan dibawa kepada-Nya sebagai penyelamat yang diurapi Allah. Di permukaan, pernyataan ini dapat ditafsirkan berarti bahwa semua orang di dunia akan menjadi orang Kristen. Karena kita tahu hal ini tidak demikian adanya, pernyataan ini mungkin berarti bahwa sebagian dari semua jenis orang akan ditarik kepada Yesus ketika mereka belajar bahwa kematian-Nya untuk menebus dosa-dosa mereka. Dan inilah yang memang dijanjikan oleh Kovenan Abraham?bukan semua orang akan diberkati, tetapi bahwa semua suku bangsa akan diwakilkan di dalam berkat tersebut. Para murid Yesus telah mendapat satu lagi peringatan yang cukup mengenai Amanat Agung yang akan segera dinyatakan

Di Jalan Ke Emaus

Sama seperti para murid Yesus tetap tidak mempercayai keinginan Yesus akan penginjilan terhadap bangsa bukan Yahudi, demikian juga mereka tidak pernah benar-benar percaya ketika Dia berkata bahwa Dia akan bangkit dari antara orang mati. Tetapi Dia mengejutkan mereka dalam kedua hal tersebut! Tiga hari setelah Dia dikuburkan, Dia bangkit! Dan salah satu penampakan-Nya setelah kebangkitan terjadi secara terselubung bersama dua orang murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (Luk. 24:13-49). Selama percakapan pembuka, kedua murid tersebut, yang belum mengenali Yesus, mengeluh: “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel” (ay. 21); mereka tidak menambahkan, “dan membuat Israel menjadi berkat bagi seluruh bangsa.” Ketidaktahuan dalam hati mereka tetap mengaburkan secara efektif bagian dari Kovenan Abraham.

Yesus menjawab, “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (ay. 25-26).

“Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.” Dia sudah pernah menjelaskan hal itu sebelumnya, tetapi Dia mengulanginya kembali?dengan sabar (ay. 27). Pada kesempatan itu, hati kedua murid tersebut berkobar-kobar ketika Dia membuka Kitab Suci (ay. 32). Apakah perspektif yang lebih luas akhirnya memenangkan hati mereka?

Sesudah itu mereka mengenali Yesus, tetapi pada saat yang sama Dia menghilang dari pandangan mereka! Mereka berjalan kembali ke Yerusalem, mendapati sebelas murid (para murid berkumpul sebentar setelah pengkhianatan Yudas) dan menceritakan pengalaman mereka. Tetapi sebelum mereka selesai berbicara, Yesus sendiri menampakkan diri di antara mereka, dan kesebelas murid yang lain mengalami sendiri akhir dari cerita yang sementara diceritakan kepada mereka!

Semulus seekor burung layang-layang yang kembali ke sarangnya, Yesus kembali ke Kitab Suci dan tema utama yang ada di dalamnya:

Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa [yaitu, ethne – suku], mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini” (Luk. 24:45-48).

Pergi dan Menjadikan Murid

Akan tetapi, perhatikan bahwa Dia belum memerintahkan mereka untuk pergi. Hal tersebut baru akan terjadi beberapa hari kemudian, pada sebuah bukit di Galilea di mana?sejauh kepentingan para murid?perintah itu dimulai. Dan di sinilah pelaksanaan perintah yang sudah dibayangkan lebih dahulu oleh Kovenan Abraham 2.000 tahun yang lalu, dan yang selama tiga tahun lamanya Yesus telah mempersiapkan para murid-Nya untuk menerimanya:

Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:18-20.

Itu bukan perintah yang tidak adil. Perjanjian Lama sudah lama membayangkannya terlebih dahulu. Pengajaran Yesus sehari-hari sudah mengantisipasinya. Pelayanan-Nya yang bebas prasangka membedakan di antara orang Samaria dan orang bukan Yahudi lainnya telah memberikan para murid demonstrasi nyata tentang bagaimana cara menjalankannya. Sekarang Dia menambahkan janji tentang otoritas dan kehadiran-Nya yang akan menyertai mereka?jika mereka taat!

Sekali lagi, saat-saat sebelum Dia naik kembali ke sorga dari Bukit Zaitun (dekat Betania), Dia menambahkan janji lain: “kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku….” Kemudian ini diikuti oleh formula terkenal Yesus tentang perkembangan eksosentris Injil: “… di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8).

Itu merupakan perintah terakhir Yesus. Tanpa kata-kata lain dan tanpa menunggu diskusi tentang tugas tersebut, Dia naik ke sorga untuk menanti ketaatan penuh dari para pengikut-Nya terhadap Amanat Agung tersebut!


Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas