PERSPEKTIF
.co
christian
online
Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Babi, Kolam dan Injil

Dari Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia

Langsung ke: navigasi, cari

Draf Buku Perspektif


James W. Gustafson

Gustafson.jpg
James W. Gustafson adalah anggota pendiri dan Presiden dari Global Development Network, suatu badan pengembangan masyarakat non profit di Thailand. Beliau memberi 27 tahun hidupnya sebagai seorang misionaris di Thailand, melayani dalam bidang penanaman gereja dan pengembangan masyarakat komunitas. Beliau juga merupakan Direktur Eksekutif Misi Sedunia bagi Evangelical Covenant Church di Amerika dari tahun 1998 sampai 2002.


Selama beberapa dekade, orang Kristen telah berbicara mengenai mengintegrasikan penginjilan dan pengembangan masyarakat dalam dunia misi, tetapi ada beberapa halangan. Halangan utama mungkin adalah definisi penginjilan yang terlalu sempit, membatasi definisi penginjilan hanya kepada presentasi verbal dari Injil. Injil Yesus Kristus, bagaimanapun juga, bukan sekadar kata-kata yang diucapkan; Injil adalah Firman yang Hidup. Injil adalah Kehidupan. Injil adalah inkarnasi dari Firman Allah ke dalam kebudayaan dan kehidupan umat manusia. Definisi sekuler dari pengembangan masyarakat merupakan halangan kedua bagi orang Kristen yang berjiwa misi. Pendekatan sekuler terhadap pengembangan masyarakat paling sering berfokus kepada pertumbuhan ekonomi. Dengan sasaran guna meningkatkan keuntungan, fokus ini menjadi bersifat individualistis dan sering membuat para wirausahawan saling menjatuhkan. Penekanan pada individualisme dan pencapaian pribadi bertentangan dengan Firman Allah. Alkitab berfokus pada kebaikan kelompok, mengajarkan penyangkalan diri dan melayani sesama. Sebagai orang Kristen, penting untuk diingat bahwa definisi kita terhadap pengembangan masyarakat berasal dari beberapa prinsip dan nilai-nilai dari Firman Allah, bukan dari Wall Street. Halangan ketiga untuk mengintegrasikan pengembangan masyarakat dan penginjilan muncul ketika hal ini diupayakan oleh orang Kristen yang tidak menghidupi transformasi Kristus dalam gaya hidup mereka sendiri. Saya sangat prihatin terhadap apa yang saya rasa sebagai suatu tindakan meninggalkan Injil anugerah di dalam gereja hari ini. Kita ditipu oleh sistem nilai masyarakat Amerika yang mengajarkan bahwa manusia harus berusaha untuk menjadi baik secara moral. Hanya ketika orang Kristen sepenuhnya mengerti dan percaya pada Kabar Baik anugerah Allah―menghidupi anugerah tersebut dalam setiap aspek dari kehidupan organisasional dan pekerjaan―anugerah tersebut menghasilkan transformasi berkelanjutan di dalam Gereja dan masyarakat di sekitarnya. Halangan terakhir dalam mengintegrasikan pengembangan masyarakat dengan penginjilan adalah gereja diperhadapkan dengan banyak latar belakang sebagai orang asing secara budaya. Ini khususnya benar di negara-negara Dunia Ketiga, di mana berbagai budaya lokal dilihat oleh para misionaris secara implisit maupun eksplisit sebagai budaya yang berdosa. Bentuk gereja Barat dianggap sebagai yang paling benar. Hasilnya adalah bentuk relevan dari kehidupan gereja tidak dijajaki atau diteguhkan. Kekristenan Barat tetap menjadi asing bagi hati dan pikiran orang-orang non Barat.

Pengembangan masyarakat yang terintegrasi dan holistik
Sebagai seorang misionaris dari Evangelical Covenant Church―selama 27 tahun terakhir di Timur Laut Thailand, sebuah wilayah yang juga dikenal sebagai Issaan―saya menjadi bagian dari sebuah pelayanan yang berusaha mengatasi halangan-halangan untuk mengintegrasikan pengembangan masyarakat, penanaman gereja dan penginjilan. Beberapa misionaris dari Amerika Utara dan seorang staf dari Timur Laut Thailand (150 orang pada tahun 1998) terlibat dalam apa yang kami sebut “pengembangan masyarakat holistik yang terintegrasi.” “Pengembangan masyarakat” karena usaha kami berusaha mengubah orang dari keadaan mereka sekarang menjadi seperti yang seharusnya mereka adanya dalam Kristus. “Holistik” karena usaha kami berkaitan dengan keseluruhan orang, dalam seluruh sisi kehidupan. “Terintegrasi” karena pelayanan kami saling terkait satu sama lain dan tidak berfungsi atau ada secara independen. Pelayanan ini melibatkan Thailand Covenant Church, Issaan Development Foundation (yang mengurusi kebutuhan sosial, ekonomi, dan fisik) dan Institute for Sustainable Development (yang mengadakan riset dan pengembangan kurikulum pelatihan bagi gereja). Pelayanan ini memiliki satu fokus utama, membuat Yesus dilahirkan ke dalam budaya Timur Laut Thailand. Anggota tim yang dikaruniai kemampuan “percakapan kudus” pergi ke desa-desa untuk bercakap-cakap tentang Yesus. Mereka tidak berbicara mengenai agama. Sebaliknya mereka berkata, “Kami berada di sini bukan untuk mengubah agama Anda karena semua agama pada dasarnya sama; semua agama sebenarnya membuat orang menjadi baik.” Kemudian mereka berbicara mengenai mengetahui Firman, Firman yang Hidup yang adalah Yesus Kristus, Yesus yang berada di atas segala agama. Banyak orang yang merespons secara positif terhadap metode pengabaran Injil ini adalah orang-orang religius yang sedang mencari kebenaran, namun belum menemukannya dalam Buddhisme. Mereka setuju kalau mereka tidak bisa memenuhi tuntutan dari agama, tetapi dengan menerima Yesus mereka dapat menemukan keselamatan. Orang-orang percaya baru ini dengan cepat mulai membagikan kabar baik ini dengan anggota keluarga dan teman-teman mereka. Melalui cara ini, Gereja terus berkembang secara spontan. Beberapa anggota tim kami berfokus pada pelatihan. Mereka mengembangkan teologi dan bahan pelajaran yang dikontekstualisasikan untuk membuat orang percaya baru ini berakar dalam Firman Allah. Mereka yang mempelajari bahan ini mengajar orang-orang lain. Alih-alih menerjemahkan materi bahasa Inggris ke dalam bahasa Thai, tim ini mengajak para teolog Thai bekerja sama dengan para misionaris untuk menulis bahan-bahan berbahasa Thai untuk orang Thai. Sampai hari ini, pelayanan ini telah melahirkan lebih dari 40 jemaat “ibu” dan lebih dari 250 jemaat “anak.” Tim kami juga memiliki beberapa orang yang mengkhususkan diri pada seni. Tugas mereka adalah membawa Injil ke dalam berbagai bentuk budaya dan ekspresi orang Thai. Ketika Anda mengunjungi gereja-gereja ini, Anda akan melihat kisah-kisah Injil diceritakan melalui bentuk drama dan tarian Thai. Anda akan mendengar lagu-lagu ibadah dengan nada-nada Thai dengan alat musik Thai. Melalui semua sarana ini, kami menciptakan cara agar Yesus sungguh hidup dalam masyarakat Thai di Timur Laut dan dimengerti oleh mereka. Wilayah Timur Laut adalah wilayah miskin di Thailand. Terdapat kebutuhan besar untuk pekerjaan pengembangan masyarakat di sana, tetapi kami percaya pengembangan masyarakat harus melayani bukan memimpin. Pengembangan masyarakat yang kami lakukan selalu didasarkan pada gereja lokal. Pengembangan masyarakat ini tidak dilihat hanya secara cara penginjilan. Namun, dilihat sebagai cara agar gereja lokal dapat mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dan fisik dari orang-orang di sana. Pusatnya adalah Peternakan Udon Patina, sebuah kompleks peternakan yang memiliki tiga ekosistem yang berbeda yang mendemonstrasikan agrikultur yang berkelanjutan di wilayah ini. Salah satu peternakan meliputi sebuah sistem kolam ikan, bebek dan babi. Ketika kotoran bebek dan babi dengan rumput di permukaan kolam, ikan-ikan senang dengan phytoplankton yang berkembang. Air kolam dan ikan yang mati menyediakan pupuk organis bagi rumput dan pohon yang bertumbuh di pinggir kolam. Bebek juga makan kotoran babi. Babi, ikan dan bebek dapat digunakan untuk makanan atau dijual dan keuntungannya digunakan untuk mendukung pekerjaan gereja. Berbagai peternakan ini adalah model bagi proyek kooperatif yang dilakukan pada tingkat pedesaan.

Sebuah Proyek Kooperatif yang Dikerjakan
Desa Nong Hua Koo menyediakan pemandangan yang baik tentang sebuah proyek koopertif yang sedang berjalan. Kitlow adalah seorang penduduk desa biasa. Dia adalah seorang petani penyewa tanah orang lain. Karena setengah dari panennya dikembalikan ke tuan tanah, dia terus berhutang pada para lintah darat. Anak-anaknya sering kali tidak memiliki makanan yang cukup. Wunde juga merupakan penduduk desa biasa. Meskipun dia memiliki sebuah ladang padi yang kecil, cuaca dan tanah di wilayah tersebut tidak baik untuk ditanami padi. Dia juga sering kali terpaksa meminjam dari lintah darat untuk memenuhi kebutuhannya sampai panen berikut. Dengan bunga 120% bahkan lebih, adalah mustahil untuk membuat suatu kehidupan yang layak. Issaan Development Foundation mendekati gereja Covenan tempat Kitlow dan Wunde menjadi jemaat. Mereka menawarkan bantuan untuk memulai suatu program kooperatif ikan, bebek dan babi. Yayasan itu akan meminjamkan stok awal binatang, memberi pelatihan tentang usaha itu dan mendonasikan hibah untuk membeli tanah. Bagian gereja tersebut, sebagai anggota dari kerjasama ini, adalah mencari tanah yang dijual, membuat kandang bagi babi dan bebek, menggali kolam ikan dan setuju untuk bekerja bersama. Pada akhirnya mereka dapat membayar kembali pinjaman tersebut dengan binatang mereka sendiri. Keluarga Kitlow dan Wunde, bersama dengan lima keluarga lain, menerima tawaran tersebut. Sekarang program kerjasama ini telah berjalan, masing-masing keluarga mengerjakan usaha ini satu hari dalam seminggu. Dari sini, mereka memiliki pendapatan yang cukup dari penjualan babi dan ikan untuk menghindari lintah darat. Mereka tidak kelaparan karena mereka makan setengah dari ikan yang mereka pelihara. Mereka memberikan perpuluhan dari keuntungan mereka kepada gereja dan juga menggunakan 10% lainnya bagi proyek desa lain seperti menyisihkan ikan dari kolam untuk makan siang anak-anak sekolah dasar. Para tetangga tidak hanya memperhatikan kemurahan hati tetapi juga kerjasama yang tidak biasa. Mereka melihat anggota usaha ini mengisi jadwal tugas dari orang yang sakit atau kurang mampu bekerja, namun tetap berbagi keuntungan secara sama. Kerjasama desa seperti ini meningkatkan keadaan ekonomi dari keluarga-keluarga yang berpartisipasi dan menyediakan kesempatan bagi anggota usaha untuk menghidupi iman mereka―belajar mengasihi, melayani dan saling mengampuni. Selain proyek pertanian, badan ini juga menolong gereja lokal memberi pengaruh bagi komunitas mereka dengan pelatihan ketrampilan kerja dalam keahlian-keahlian seperti menjahit atau mekanik, pelatihan kesehatan utama, dan memenuhi kebutuhan dasar di pedesaan yang miskin. Semua program ini berfokus pada partisipasi kelompok orang bukan individu. Melalui cara ini, komunitas baru sedang dibangun di Timur Laut Thailand dan dipenuhi dengan orang-orang yang telah diubahkan. Orang-orang bertumbuh dalam suatu hubungan yang baru dengan Allah, orang lain dan alam. Meresponi anugerah Allah, mereka mengembangkan suatu gaya hidup baru yang dinamis, hasil dari perubahan dalam seluruh sistem nilai mereka. Ada tujuh prinsip dasar yang menjadi inti dari pelayanan ini:

1. Otoritas
Hal yang terutama bagi semua aktivitas kita adalah keyakinan yang teguh kepada otoritas Firman Allah. Kabar Baik anugerah Allah, dengan semua implikasinya, membentuk suatu kepercayaan di mana semua kebijakan dan praktik pelayanan didasarkan.

2. Integrasi
Setiap aspek pelayanan terikat bersama oleh anugerah Allah. Kita mengatur organisasi kita dan kehidupan kita oleh anugerah. Kita berencana, menerapkan, mengevaluasi dan memperbaiki masalah dengan merujuk kepada prinsip anugerah sebagai model dan penuntun kita, dengan bergantung pada kuasa anugerah.

3. Fleksibilitas
Kami berusaha melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mengizinkan anugerah Alah dikomunikasikan kepada orang Thai di Timur Laut. Untuk mencapai sasaran ini, kami rela mengubah segala sesuatu tentang organisasi kami jika diperlukan.

4. Kontekstualisasi
Orang hanya bisa berkomunikasi secara jelas hanya jika mereka memiliki budaya yang sama. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dimengerti, dan komunikasi yang dimengerti tidak selalu berarti apa yang diucapkan atau dimaksudkan. Maka, ibadah dan kehidupan gereja lokal, dan juga struktur dan sistem manajemen dari program pengembangan masyarakat harus tumbuh dari budaya lokal Thai di Timur Laut.

5. Perjumpaan Kekuasaan
Ketika kabar baik anugerah diinkarnasikan ke dalam budaya Thai di Timur Laut dan ke setiap wilayah pelayanan kami, hal itu mempengaruhi budaya lokal dan sistem nilai dalam cara yang luar biasa kuat dan efektif. Hasilnya adalah transformasi di tingkat nilai dan cara pikir.

6. Pendekatan Proses/Perantara
Institut dan badan misi sedang dalam suatu proses atau hubungan perantara dengan gereja lokal. Proses berarti “masuk ke dalam.” Pengembangan masyarakat dimulai dengan orang itu sendiri, terutama dengan orang miskin di tataran terbawah masyarakat. Pengembangan masyarakat dimulai dengan dialog yang melibatkan mereka dalam suatu pendekatan partisipatoris. Fungsi perantara melibatkan pergi “ke atas dan keluar.” Badan misi dapat menghubungkan gereja lokal dengan latar dan sumber di luar mereka. Badan misi dapat menilai pasar dan juga teknologi riset.

7. Fokus pada Gereja Lokal
Gereja lokal sebagai unit dasar dari masyarakat Kristen merupakan titik awal bagi pengembangan masyarakat holistik. Sasaran akhir adalah gereja lokal menjadi organisasi pengembangan masyarakat lokal yang mempengaruhi komunitasnya yang lebih besar dengan kuasa anugerah Allah yang mengubahkan.

Pelayanan ini bukannya tanpa masalah. Masalah pertama adalah kecenderungan untuk bertumbuh terlalu besar. Jumlah staf yang semakin bertambah menunjukkan bahwa filosofi dasar yang ada di balik pekerjaan ini menjadi lemah, terutama dalam kehidupan mereka yang berada di pinggiran. Ketika kami mengurangi ukuran organisasi, kami dapat mengkhususkan kembali diri kami bagi nilai-nilai inti dasar kami. Ketika kami menjadi besar, terdapat juga kecenderungan dukungan finansial menjadi prioritas tertinggi. Ketika kami menemukan bahwa kami lebih berfokus untuk mendukung biaya operasional ketimbang misi, kami tahu kami harus menyusutkan organisasi ini ke ukuran yang lebih dapat dikelola. Masalah lainnya adalah kegagalan untuk berhubungan secara jujur dan mengatasi nilai yang salah dalam diri kita dan yang lain. Budaya Thai, sama seperti budaya Barat, memiliki kecenderungan alami untuk menghindari perjumpaan seperti itu. Agar dapat bertumbuh dalam kekuasaan bagi pelayanan, kami perlu belajar bagaimana berbicara satu sama lain dan saling berbeda pendapat dalam kasih. Masalah lain dalam pekerjaan kami dapat disebutkan lebih lanjut, tetapi semuanya merujuk pada satu masalah utama: semakin kami belajar menyangkal diri, menerima kelemahan kami dan bergantung pada Allah di setiap detailnya, semakin kami menemukan hikmat dan kekuatan-Nya cukup bagi semua kebutuhan kami. Peran dari badan misi, badan bantuan kemanusiaan Kristen, dan organisasi pengembangan masyarakat lokal diikutsertakan dalam integrasi yang berlangsung terus-menerus antara penginjilan dan pengembangan masyarakat di tingkat gereja lokal. Kedua elemen tersebut merupakan bahan yang penting bagi misi gereja, dan di sinilah transformasi masyarakat dimulai. Ketika gereja lokal di setiap budaya dimampukan dan diperlengkapi untuk menjangkau ke dalam konteksnya sendiri dengan kuasa anugerah Allah, penginjilan dan pengembangan masyarakat akan menyatu untuk menghasilkan transformasi masyarakat yang sejati.



Draf Buku "Perspektif: Tentang Gerakan Orang Kristen Dunia -- Manual Pembaca" Edisi Keempat, Disunting oleh Ralph D. Winter, Steven C. Hawthorne. Hak Cipta terbitan dalam bahasa Indonesia ©2010 pada Perspectives Indonesia

... kembali ke atas